Tampilkan postingan dengan label BOBBY SANDY 1974-1989. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label BOBBY SANDY 1974-1989. Tampilkan semua postingan

Rabu, 02 Februari 2011

BOBBY SANDY 1974-1989

BOBBY SANDY

Lahir di Sungai Liat, 23 November 1942. Setelah beberapa kali menjadi astrada dari sutradara senior Wim Umboh, mendapatkan kepercayaan untuk menyutradarai sendiri film “Kehormatan” (1974), produksi PT Surya Indonesia Medan Film. Menyusul “Gaun Pengantin”, tetap dengan pasangan bintang Sophan Sophiaan – Widyawati yang memang merupakan rekan-rekan terkarib Bobby.
 

Sekali Bobby mendampingi sutradara Hongkong dalam pembuatan film patungan “Balas Dendam”. Tapi hampir seluruh film garapan Bobby bertema drama atau tepat melodrama, dan rata-rata mendapat sambutan cukup memuaskan. Antara lain adalah : “Sentuhan Cinta”, “Kekasih”, “Kupu-kupu Putih”, dan yang terbaru, “Cinta Dibalik Noda”.
Meskipun dalam film-filmnya Bobby banyak mengungkapkan masalah cinta-cintaan namun sampai tahun 1984 sekarang, ia masih tetap bertahan membujang. Ditanya pendapatnya tentang film-filmnya, Bobby tersipu-sipu, “Ala, film-film saya masih terlalu banyak cacadnya, kok! Saya masih harus banyak belajar lagi !” Bagaimana cara belajarnya? “Dengan menonton banyak film-film, terutama karya sutradara-sutradara jempolan dari Amerika dan juga membaca buku-buku!”

LAKI-LAKI DALAM PELUKAN 1977 BOBBY SANDY
Director
SEKUNTUM DURI 1980 BOBBY SANDY
Director
SELAMAT TINGGAL JEANETTE 1987 BOBBY SANDY
Director
KULIHAT CINTA DI MATANYA 1985 BOBBY SANDY
Director
KEKASIH 1977 BOBBY SANDY
Director
KUPU-KUPU PUTIH 1983 BOBBY SANDY
Director
MENCARI CINTA 1979 BOBBY SANDY
Director
VALENTINE KASIH SAYANG BAGIMU 1989 BOBBY SANDY
Director
CINTA DI BALIK NODA 1984 BOBBY SANDY
Director
HONOUR 1974 BOBBY SANDY
Director
GADIS METROPOLIS II 1994 BOBBY SANDY
Director
BALAS DENDAM 1975 BOBBY SANDY
Director
GAUN PENGANTIN 1974 BOBBY SANDY
Director
SENTUHAN CINTA 1976 BOBBY SANDY
Director
AMALIA S.H. 1981 BOBBY SANDY
Director
KETIKA MUSIM SEMI TIBA 1986 BOBBY SANDY
Director.

SEKUNTUM DURI / 1980

SEKUNTUM DURI


Adaptasi dari novel, yang pertama kali dimuat bersambung di Kompas.

Inge (Lydia Kandou), anak tunggal direktur perusahaan penerbangan, punya sifat nekat. Meski dijaga ketat orang tuanya, ia jatuh cinta dan pacaran dengan Dion (Herman Felani), pemusik yang jadi guru musik di sekolahnya, dengan "menyingkirkan" sahabatnya yang juga mencintai pemuda yang sama, Sania (Dewi Irawan). Diceritakan pula masa kecil Inge yang hampir digagahi pamannya, dan kekasaran pacar pertamanya dalam bentuk sorot balik. Hubungan ini membuatnya hamil. Ketika akan mengatakan kehamilannya, Inge ragu-ragu. Dan Dion sudah pergi ke Paris untuk meneruskan sekolahnya. Dion memang diam-diam pergi karena takut ia tak jadi pergi, mengingat sifat nekat Inge. Kesedihan itu membuat Inge terjatuh dari tangga dan keguguran. Orang tua Inge sangat bersedih, apalagi ketika mendengar pesawat yang ditumpangi Dion bertabrakan dengan pesawat lain. Pesawat itu adalah pesawat milik ayah Inge. Inge sendiri juga menghembuskan nafas terakhir.

MENCARI CINTA / 1979

MENCARI CINTA


Adaptasi dari novel berjudul "Arjuna Mencari Cinta". Judul ini semula dipakai untuk judul film juga, tapi Deppen melarang penggunaan judul asli novel itu. Padahal, novel itu mendapat penghargaan novel terbaik 1977 oleh Yayasan Buku Utama P dan K.
 
Berbeda dengan novelnya yang karikatural, Bobby Sandy menyajikan kisah ini dengan "biasa" saja. (Ar)Jun(a) (Herman Felani), pelajar kelas III SMA ganteng, pandai, dan berasal dari keluarga berada. Dengan modal ini ia mudah ganti-ganti pacar. Sikap yang banyak menyakiti hati bekas-bekas pacar ini, akhirnya berbalik. Apalagi adiknya, Putri (Arie Kusmiran) dipacari oleh Pal(gunadi) (Alan Suryaningrat) yang ingin balas dendam pada Jun, karena pacarnya, Angga(eni) (Lydia Kandou) dirampas Jun lalu ditinggal. Jun lalu "insyaf". Dan dia jatuh cinta sungguhan pada sekretaris ayahnya, (Pergi)Wati (Anna Tairas), yang ternyata juga pacar ayahnya. Pemotongan nama-nama tokoh tadi karena ada larangan dari Deppen untuk menggunakan nama-nama wayang.

KEKASIH / 1977

 

Tentang orang-orang cengeng dan bimbang. Kisahnya adalah cinta segitiga antara Roy (Marten), wartawan, Mia (Jenny Rachman), teman kuliah Roy, dan Rudy (Deddy Mizwar), teman Mia sejak kecil yang sudah jadi insinyur di luar negeri. Pacaran antara Roy dan Mia putus. Mia menikah dengan Rudy. Ternyata Roy-Mia masih saling mencinta, hingga banyak melamun dan kencan lewat pintu belakang. Kisah begini nampaknya tak pernah basi. Yang menjadikannya tampak usang, adalah dasar pijakan yang rapuh bagi tokoh-tokohnya yang seperti berhenti pada usia 17 tahun.
 JAYA BERSAUDARA

JENNY RACHMAN
ROY MARTEN
DEDDY MIZWAR
CONNIE SUTEDJA

SENTUHAN CINTA / 1976

 

Kisah perjalanan seorang pelacur bernama Nonon (Yatie Octavia). Adegan-adegan awal dilukiskan secara realis tentang kehidupan pelacur Nonon ini: cara-cara memburu lelaki, kesulitannya dengan ayahnya yang berhenti kerja, dan penderitaan keluarganya: ibunya sakit dan membutuhkan biaya operasi. Hal inilah yang membuat Nonon melacur. Sikap pokok tokoh utama ini seolah tidak peduli masa depan dan hanya memburu uang dan kenikmatan. Sifat realis film ini kemudian berubah menjadi melodrama, saat ibunya ternyata tak tertolong dan Nonon berjumpa dan jatuh cinta pada seorang polisi muda idealis, Toha (Sophan Sopiaan). Hubungan ini tak disukai Dadang (Bobby Sugara), teman Nonon yang brandalan. Nonon tertembak waktu terjadi perkelahian antara Toha dan Dadang.
 P.T. SERAMA FILM
P.T. JAYA BERSAUDARA FILM

YATIE OCTAVIA
SOPHAN SOPHIAAN
ROBBY SUGARA
W.D. MOCHTAR
MARINI
YAN BASTIAN
RACHMAT HIDAYAT
MANSJUR SJAH
MASITO SITORUS

GAUN PENGANTIN / 1974

GAUN PENGANTIN


Sebuah kisah cinta melodramatik yang berbelit-belit. Atas usaha Darmo dan istrinya (Kusno Sudjarwadi-Komalasari), Ira (Widyawati) berangkat ke Roma untuk belajar mode. Di kota ini pula Indra (Sophan Sophiaan), anak Darmo, belajar perhotelan. Pertemuan Indra-Ira tidak bisa lain kecuali menjadi erat, dan sempat keliling Eropa, apalagi sepulangnya ke Indonesia, Ira tinggal di rumah Darmo. Padahal, Darmo sudah menjodohkan Indra dengan Julia (Christine Hakim), anak kompanyon usahanya dalam membangun hotel di danau Toba, Rustam (Aedy Moward). Indra memimpin hotel kongsian ini, sementara Julia yang bekerja juga di sana, jatuh cinta pada Indra. Darmo meminta Ira melepas Indra. Ira pergi. Saat Indra tahu, ia marah, karena Ira telah hamil. Indra jadi tak keruan dan minta berhenti kerja. Akhir kisah: Indra-Ira bisa bersatu kembali, dan Yulia tahu diri, apalagi setelah sadar bahwa Ira telah punya anak dari Indra.
P.T. ELANG PERKASA FILM

SOPHAN SOPHIAAN
WIDYAWATI
CHRISTINE HAKIM
KUSNO SUDJARWATI
AEDY MOWARD
RIMA MELATI
FIFI YOUNG
KOMALASARI
RAE SITA



31 Mei 1975


Setelah wim
GAUN PENGANTIN Cerita: Wiryowibowo Skenario: Narto Irawan Sutradara: Bobby Sandy *** LAGI sebuah kisah cinta. Dan yang terlibat adalah Sophan Sophian dengan Widyawati. Karena lokasi film juga meliputi Eropa, sudah jelas para peminat film Indonesia akan segera ingat pada film Perkawinan karya Wim Umboh. Tidak seluruhnya salah ingatan itu. Sebab selain menyangkut lokasi dan pemain, sutradara film yang berjudul Gaun Pengantin ini, adalah Bobby Sandy, bekas asisten dan anak didik Wim Umboh juga. Meskipun demikian, tidak pula bisa disimpulkan bahwa film produksi Elang Perkasa Film ini hanya sekedar pengulangan sukses Perkawinan. Pak Darmo (Kusno Soedjarwadi) yang menyekolahkan Ira (Widyawati) ke Roma, menitipkan anak gadis itu pada putranya, Indra (Sophan Sophian) yang sudah lebih dahulu belajar perhotelan di Eropa. 

Sama sekali tidak dikandung niat untuk menjodohkan Indra dengan Ira, sebab hubungan dagang Pak Darmo dengan Rustam (Aedy Moward) diharapkan berkelanjutan dengan hubungan keluarga antara Indra dengan Julia (Christine Hakim), putri Rustam yang menetap di Medan. Bisa dibayangkan bahwa udara dingin Eropa dan rasa sepi di negeri orang, akhirnya menjerumuskan Indra dan Ira dalam suatu "jurang" cinta. Meskipun tidak terlalu rapi cara penggambarannya, tapi jalan cerita hingga akhir kisah n.alllpak dikerjakan dengan tekun oleh Bobby Sandy. Sebagai sutradara muda, bekas asisten Wim Umboh ini memperlihatkan kemajuan yang amat menggembirakan setelah ia gagal total dengan film pertamanya yang bernama Kehormatan. Bekas-bekas Wim --yang asyik dengan kembang-kembang serta sudut-sudut pemotretan yang genit-genit--nampak masih membekas pada Bobby. Tapi dengan kemajuan yang dicapainya lewat film Gaun Pengantin ini, rasanya ia memberi janji bagi film-film berikutnya. Ini tentu saja tidak harus berarti bahwa karyanya yang baru ini istimewa. Tontonan yang satu ini adalah tontonan ringan yang dibuat dalam tradisi Wim Umboh: manis, penuh glamor. 

Di sini tidak ada soal yang perlu direnungkan atau diresapfikirkan. Semua yang di layar adalah itu yang bisa dinikmati. Sebuah kisah yang amat dangkal - sebagai lazimnya film Indonesia yang dicoba kerjakan sebaik mungkin. Dan hasilnya memang tidak mengecewakan. Yang barangkali menarik dari film ini adalah kenyataan bahwa ia dibikin di berbagai negara. Setelah Perkawinan, ini adalah film Indonesia kedua yang berlokasi di hampir seluruh ibu kota negara Eropa Barat. Maka sambil menyaksikan Sophan Sophian untuk kesekian kalinya bercintaan dengan isterinya, anda juga bisa melihat Roma, Paris, London, Stadion Olimpiade Munchen, Amsterdam serta tumpukan salju di Swiss ana. Hasil pemotretan Akin memang boleh dipuji. Tapi Bobby Sandy harus disayangkan oleh kegagalannya memadu adegan-adegan Eropa itu dengan jalan cerita. Maka tidak dapat dipungkiri bau "travel bureau" yang tertiup dari tontonan ini bersamaan dengan deru musik Idris Sardi yang terlalu merebut banyak perhatian. Salim Said

KEHORMATAN (HONOUR) / 1974

 

Adaptasi dari judul Film India Daag
Memenuhi panggilan kerja Iwan (Sophan Sophiaan) datang dan menginap di rumah Manan (Sam Suharto), pemilik pabrik keramik yang memanggilnya. Tapi, Iwan memutuskan tak jadi bekerja di pabrik keramik, setelah tahu ia disuruh menyelundup. Ia lalu mengajak pergi Santi (Widyawati), yatim-piatu yang baru saja dikawininya. Pulang ke rumah didapatinya Santi tengah diperkosa oleh anak Manan, Anwar (Dicky Zulkatnaen), buaya perempuan. Maka duel terjadi dan Anwar mati tertembak pistolnya sendiri. Iwan ditangkap dan diadili.

Kesaksian fitnah Mat Kasim (Mansjur Sjah), pembantu rumah, memberatkan Iwan. Saat sidang ditunda dan dalam perjalanan kembali ke tahanan, mobil yang mengangkutnya terbalik dan terbakar. Iwan dikabarkan mati. Santi lalu kembali ke rumah pamannya, tapi karena sikap bibinya, yang selalu memusuhinya, ia lalu pergi dalam keadaan hamil. 

Dalam pengembaraan itu anaknya lahir. Setelah anaknya cukup besar, ia meninggalkan rumah tampungannya dan diterima bekerja sebagai guru taman kanak-kanak. Di sinipun ia dipecat karena dianggap bersuami pembunuh. Ia lalu ditolong Wati (Tanty Josepha), pengurus yayasan sekolah itu, untuk membantu di rumah. Ternyata suami Wati adalah Iwan yang kini bernama Zainal. Zainal pun menjelaskan kejadian sebenarnya. Ia tak meninggal, dan lari. Dalam pengembaraan mencari Santi, ia melihat Wati yang hendak bunuh diri. Wati ditolong dan dikawini untuk menjaga kehormatan Wati yang sedang hamil, hingga anaknya punya ayah sah, dan ia sendiri bisa dapat perlindungan. Iwan memberi juga penjelasan sebenarnya pada Wati, saat ia kepergok sedang bermesraan dengan Santi. Dalam sebuah pesta mertuanya, Iwan dikenali Kol. Rasyid (A. Hamid Arief), polisi kawan mertuanya. Setelah yakin bahwa Zainal itu Iwan, Rasyid menangkap Iwan di saat ia diangkat jadi direktur yayasan mertuanya yang memecat Santi sebagai guru. Sekali lagi ia diajukan ke pengadilan, dan terbukti tak bersalah. Yang memberi kesaksian yang membebaskannya adalah Wati. Anak Wati ternyata hasil pergaulannya dengan Anwar, yang tak mau bertanggung jawab.


 P.T. SURYA INDONESIA MEDAN

WIDYAWATI
SOPHAN SOPHIAAN
TANTY JOSEPHA
DICKY ZULKARNAEN
KUSNO SUDJARWADI
W.D. MOCHTAR
MIEKE WIDJAYA
RITA AARON
SANDRA MANGUNSONG
TATIEK TITO
MANSJUR SJAH
A. HAMID ARIEF
RICKY MANGUNSONG

BALAS DENDAM / 1975

BALAS DENDAM


Karena film ini bekerja sama dengan Hongkong, maka ada duet sutradaranya Bobby Sandy & CHUNG CHANG HWA
 
Lung Chien (Shen I Lung) meninggalkan seragam kepolisiannya, karena ingin membalas dendam kematian ayahnya oleh rekan-rekannya sendiri saat mereka masih aktif jadi penyelundup di Hongkong. Mula-mula ia berusaha mengobrak-abrik markas musuh di Hongkong. Karena tidak berhasil, ia memancing musuhnya datang ke Bali dengan pancingan tawaran bisnis minyak yang menggiurkan. Di pulau dewata inilah segalanya diakhiri.
Kerja sama Indonesia - Hongkong. Nama-nama karyawan Indonesia praktis hanya nama. Cerita diterjemahkan dari buatan orang Hongkong. Bahkan bentuk akhir skenario pun datang dari Hongkong, hingga waktu shooting di Bali sempat terhambat. Peran pemain Indonesia banyak berubah, karena harus disesuaikan dengan gambar yang sudah diambil terlebih dulu di Hongkong.

News
22 Mei 1976
Hong kong phoey, ciaat !
BALAS DENDAM Cerita: Usman Effendi Skenario: Narto Irawan Dalimarta Sutradara: Chung Chang Hwa & Bobby Sandy Produser: PT Elang Perkasa & Golden Harvest *** BEGITU film ini mulai, seorang tiba-tiba saja terbunuh. Supaya cerita bisa berjalan lancar sembari melaksankan penghematan macam-macam, si korban -- sebelum tewas oleh golok sudah harus siap dengan rekaman pesan pada puteranya lewat sebuah kaset. Tidak susah bagi sang anak (Sun I Lung) untuk mengikuti pesan ayahnya, yang selain tersusun rapi dengan bahasa yang baik, juga disampaikan dengan gaya penyiar berita televisi. Pokoknya, lewat rekaman itu sang ayah sudah tahu ia bakal jadi korban bekas temannya (Mr Wang), dan karena itu puteranya seorang polisi Singapura, harus melakukan pembalasan. Maka meskipun polisi mengaku telah siap untuk menggrebek pembunuh ayah Lung, sang anak tidak urung berhenti juga dari kepolisian demi kebebasan melancarkan balas dendam. 

Keributan bermula di Hongkong.Markas para pembunuh sang ayah. Sudah tentu seru perkelahian itu, sebab Mr Wang yang menguasai perjudian dan jaringan penyelundupan di Hongkong ada pula memelihara sejumlah jagoan. Dipakai juga pistol dan pisau serta sedikit pentung, namun alat utama yang laris dalam adegan perkelahian dalam film ini adalah tangan kosong juga. KungFu? Lebih kurang begitulah. Hanya kali ini para bintang dari sana itu fasih- pula berbahasa Indonesia--begitulah tekniknya. Hatta, maka ini film tentu memang bagaikan membenarkan Hongkong Phoey -- itu film kartun lucu di televisi, tentang bagaimana menggelikannya, orang meniru gaya Hongkong. Selain karena sebagian modalnya--dari pihak Indonesia - memang datang dari Konsorsium Film Mandarin, tontonan ini juga dibikin secara berkongsi dengan Golden Harvest yang bermukim di Hongkong. Jadi bagai tumbu ketemu tutup sajalah. Untuk peminat film Indonesia-- di koran-koran Jakarta film ini diiklankan sebagai film Indonesia tulen. Tapi sudah jelas repot mengunyah tontonan blasteran macam begini. Film Indonesia bukan tidak sering kehilangan akal sehat. 

Dan bedanya dengan Hongkong memang juga dalam urusan akal sehat itu: di sini ketiadaan itu karena keteledoran, sedang di Hongkong sana lantaran memang dihalalkan demi terbukanya kesempatan untuk asal main Kung Fu terus-terusan. Jadi perlu diumumkan kepada calon pembeli karcis film ini, agar memasuki gedung pertunjukan tanpa kesiapan bertanya macam-macam, meski yang dilihatnya aneh. Jangan, misalnya, bertanya mengapa semua pemain film itu akhir-akhirnya harus kumpul di Bali. Atau apakah begitu bodoh jagoan Hongkong itu sehingga bisa tertipu membeli tambang minyak di Bali hanya bagaikan membeli mobil bekas dan pejabat perminyakan serta kepolisian Bali begitu konyol, sehingga seorang bajingan sempat melakukan penipuan dengan berpura-pura menemukan minyak, mendirikan menara pemboran, sedang minyak yang keluar ternyata berasal dari pipa minyak jadi yang berasal dari kapal tanker. Dan sejumlah pertanyaan berbagai ukuran lainnya,harap disimpan saja. Tidak diketahui berapa besar modal kedua belah pihak dalam kerja sama pembuatan film ini. 

Tapi melihat bahwa Balas Dendam sebenarnya film Hongkong yang menggunakan bahasa Indonesia, beberapa pemain Indonesia (untuk peran kecil) serta pulau Bali, rasanya modal orang-orang Hongkong itu memang lebih meyakinkan. Dan kalau ini ternyata benar, maka untuk kesekian kalinya kita memang sudah jadi tuan rumah, dalam arti cuma penerima tamu. Ketika pemerintah dengan berbagai peraturan melindungi film nasional dari invasi filrn-film asing, para produser Hongkong dengan mudah menyelinap masuk ke mari. Dan yang mereka bawa serta bukan pula barang bermutu yang lantas bisa jadi contoh. Amat sayang bukan? Salim Said 

KETIKA MUSIM SEMI TIBA / 1986

KETIKA MUSIM SEMI TIBA


Awang (Rico Tampatty)atas bantuan ayah Margie (Paramitha Rusady), mengikuti latihan pertelevisian di Roma. Awang mulai bercinta dengan Margie meskipun Margie sudah dipertunangkan oleh orangtuanya. Orangtua Margie secara halus mendesak agar Awang meninggalkan Margie. Dalam keadaan frustasi, Awang mengalihkan perhatiannya ke seorang penari, Vivienne (Meriam Bellina)yang memegang prinsip bahwa waktu yang menentukan pertemuan, percintaan dan perpisahan.
P.T. VIRGO PUTRA FILM

PARAMITHA RUSADY
MERIAM BELLINA
RICO TAMPATTY
LEROY OSMANI
W.D. MOCHTAR
NYOMAN AYU LENORA
SRI LESTARI
H.I.M. DAMSJIK
TEDDY MALA
AGUS SIRAN
NANANG DURACHMAN
S. NARYO HADI

25 Juli 1987
Ketika musim revisi tiba

DUA orang petugas Kanwil Departemen Penerangan Jawa Barat mendatangi Bioskop Vanda di Bandung, menjelang pukul sepuluh malam, Kamis pekan lalu. Mereka tidak menuju loket, tetapi masuk ke kantor bioskop, lalu menyodorkan selembar "surat sakti". Isi surat, yang ditandatangani Kepala Kanwil Deppen Ja-Bar, Drs. Asep Saefudin, meminta agar film yang diputar saat itu bisa dihentikan secepatnya. Peristiwa yang sama terjadi di Yogyakarta, Tegal, dan berbagai kota lain di Indonesia. Perintah itu datang dari Ketua Pelaksana Badan Sensor Film (BSF), Thomas Soegito, lewat telepon. 

Maka, untuk sementara, peredaran film nasional yang agaknya bisa menjadi film terlaris tahun ini terganggu. Film itu tak lain Ketika Musim Semi Tiba (KMST). Larangan terhadap film yang sedang dalam masa putar di bioskop agaknya baru sekali ini terjadi. Dan larangan terhadap KMST itu dikeluarkan sesudah BSF menyelenggarakan sidang pleno Senin pekan lalu. "BSF mempertimbangkan banyaknya imbauan dari masyarakat," kata Thomas Soegito. "Film itu akan disensor ulang." Dibintangi Meriam Bellina dan Rico Tampatty, KMST mendapat sambutan di mana-mana. Ketika diambil dari Bioskop Vanda Bandung, KMST sudah memasuki hari putar ke-56, dan sudah ditonton lebih dari 40 ribu orang. Di Jawa Tengah dan Yogyakarta, film ini pun diserbu penonton begitu juga di Jawa Timur, Bali, Sumatera. KMST sudah menghilang dari bioskop Jakarta, tapi kaset videonya menyebar sampai ke rental paling kecil. Kabar terakhir, video KMST sudah beredar pula di Denpasar, dan bukan mustahil di kota-kota lain juga. Dalam situasi beginilah, BSF mau merevisi. Amboi! Lalu bagaimana dengan videonya yang mewabah itu? Adakah BSF, ketika melepas film ini Maret lalu -- juga lewat sidang pleno -- tidak memperhitungkan reaksi masyarakat? Tampaknya begitu. BSF hanya melaksanakan tugasnya yang biasa, tapi khusus dalam kasus KMST, kejelian sensornya diragukan banyak orang. Memang, di Yogyakarta yang terkenal rewel itu -- film ini tidak dipersoalkan Bapfida setempat. Hanya ada catatan, film boleh diputar cuma di Kota Madya Yogyakarta. Berarti di Kabupaten Sleman, Gunungkidul, Kulonprogo, dan Bantul, KMST tak laik putar. Apalah artinya itu kalau jarak tempuh ke Yogya bisa dicapai dengan mengayuh sepeda tanpa lelah? Lalu, di Jawa Tengah, yang sudah terbiasa agak longgar, tokoh-tokoh seperti Haji Karmani dan Haji Wahab Djaelani mengakui bahwa KMST "agak mengejutkan" tetapi toh dapat menerima, karena film tetap sebuah film dan urusan porno tergantung dari mana melihatnya.

 Baru di Jawa Barat KMST kesandung, itu pun setelah masa putarnya mendekati 60 hari. Salah seorang pimpinan MUI Ja-Bar, Endang Rahmat, berkata, menonton KMST adalah haram hukumnya. Dikutip harian Pikiran Rakyat, Endang berucap, "Majelis Ulama Jawa Barat tak perlu lagi mengeluarkan fatwa. Film ini amat pornografis." Sejak itu, protes dari masyarakat bermunculan. Di Indonesia, perdebatan tentang pornografi memang seperti tak 'kan habis-habisnya. Film KMST yang sudah lolos sensor itu di mata BSF tetap tidak porno. "Pokoknya, BSF menilai film itu sudah pas," kata Thomas Soegito, akhir pekan lalu. Pertimbangan BSF: film diangkat dari novel yang sudah beredar luas, cerita film terjadi di Roma, dan untuk 17 tahun ke atas. Sampai sekarang BSF sudah berkali-kali melepas film-film panas, tapi baru dalam kasus KMST, lembaga ini dikecam keras. "Karena masyarakat punya pandangan lain, BSF harus peka terhadap imbauan masyarakat," ujar Thomas. Sikap BSF yang cenderung reaktif inilah agaknya, yang membuat Bobby Sandy (sutradara) dan Ferry Angriawan (produser KMST) berang. "Saya jadi tak tahu lagi apa kriteria BSF," kata Ferry. Ia pun menuding media massa. "Sebelum media massa meresensi film itu, tak ada komentar dari masyarakat yang negatif. Oknum-oknum tertentu kemudian memanfaatkannya," umpat pimpinan PT Virgo Putra Film ini. Bobby Sandy ikut menimpali. "Ketika saya membuat film itu, tidak terniat sama sekali menonjolkan hal-hal yang porno. 

Kalau mau membuat film begitu, kenapa jauh-jauh mencari tempat romantis sepert Roma?" ujarnya, seperti yang sudah diucapkannya berkali-kali sebelum ini. Ia sepakat dengan Ferry, film ini ditarik karena dikerjain. Tapi cobalah KMST dikaji sekali lagi. Kostum Meriem dalam adegan tari, sesungguhnya, tak polos betul. Bahkan mirip dengan film Cinta di balik Noda, yang menyebabkan ia memperoleh Citra, FFI 1984 di Yogyakarta. Kesintalan tubuh Mer ketika menari dan diangkat-angkatnya tubuh itu oleh penari lelaki pun pernah muncul dalam film Mer yang lain. Atau mengingatkan pada drama musikal Waktunya Sudah Dekat yang dipentaskan di Balai Sidang, Senayan, November 1985. Tarian dalam KMST pun dari segi artistik tak jatuh betul. Cuma, adegan berciuman dan lagi-lagi berciuman itu apa porsinya tidak terlalu berlebihan? Apa maunya, Bobby? Di sini pula gunting BSF mendadak tumpul, membiarkan adegan ciuman panjang yang sampai kulum-mengulum lidah. Kalau ini digunting dan disisakan cipokan beberapa detik, lalu membiarkan adegan pelukan untuk tak memotong dialog, jalan cerita toh masih tetap bisa diikuti. Kontinuitas tetap terjaga. Selain gunting BSF tak bekerja di bagian ini, KMST bernasib sial karena diputar menjelang FFI 1987. Film ini dijadikan salah satu bahan untuk lomba kritik FFI. 

Bandingkanlah dengan film-film lain yang terang-terangan mengeksploitasi seks, seperti Permainan yang Nakal, Bukit Berdarah, Bumi Bulat Bundar, Nyi Blorong, yang luput dari pengamatan media massa. Dan aman. Akankah KMST ini mengendap lama di BSF? Thomas Soegito menjanjikan dalam waktu dekat, setelah direvisi penyensorannya, KMST akan dilepas kembali. "Semua film nasional yang direvisi, termasuk Bung Kecil, Petualang-Petualang, Saidja dan Adinda akan dilepas menjelang pergantian anggota BSF ini," katanya. Berita menarik untuk ditunggu, karena keanggotaan BSF itu diganti akhir bulan ini juga. Putu Setia, Laporan Happy S. & Moebanoe Moera

AMALIA S.H. / 1981

AMALIA S.H.


Dalam surat izin produksi berjudul "Angin Malam, Bisikkanlah Cintaku Padanya."

Amalia S.H. (Widyawati)adalah seorang pengacara dari Lembaga Bantuan Hukum. Ia mengunjungi sahabatnya, Frans (Sophan Sophiaan) yang ditahan karena pemerasan. Frans tak mau dibela. Amalia penasaran. Dari hasil penyelidikannya ditemui buku harian Frans di rumah orangtuanya. Dari buku harian itu disimpulkan bahwa Frans bandel sejak kecil, diusir ayahnya karena mencuri. Ia lalu hidup menggelandang, sampai ditampung untuk jadi penagih hutang dalam sebuah perusahaan. Dalam pekerjaan inilah ia lalu mengenal dan bersahabat dengan Bambang (Asrul Zulmi) dan Amalia. Diam-diam Frans menyintai Amalia tetapi tidak berani mengutarakannya. Ia mulai mengetahui keruwetan rumah tangga Amalia. Ayahnya, Iskandar (W.D. Mochtar), bercerai dengan istrinya karena terpikat Shirley (Anna Tairas) pelacur yang belakangan diketahui membiayai hasil hubungannya dengan Yulius (Robby Sugara). Yulius inilah yang berhasil mengawini Amalia dengan maksud menguras harta ayahnya. Frans berhasil mendapatkan foto Iskandar berduaan dengan Shirley. Karena adik Shirley adalah pacar Bambang, Yulius memanfaatkan kelemahan Frans (cintanya pada Amalia) untuk memeras. Tetapi Frans menolak pekerjaan itu dan Yulius berusaha membunuhnya. Terjadi tembak menembak, Frans ditangkap. Berbekal informasi ini, Amalia lalu menuntut Yulius. Hakim memutuskan Frans dan Yulius masuk penjara. Akhiirnya Frans dan Amalia kembali bersatu.

P.T. KANTA INDAH FILM
ASOSIASI IMPORTIR FILM EROPA-AMERKIKA

WIDYAWATI
SOPHAN SOPHIAAN
ROBBY SUGARA
ANNA TAIRAS
ASRUL ZULMI
HARRY CAPRI
W.D. MOCHTAR
SOFIA WD
CHITRA DEWI
KAHARUDDIN SYAH
KUSNO SUDJARWADI
ZAINAL ABDI

GADIS METROPOLIS II / 1994

GADIS METROPOLIS II

 
Film ini mula-mula disutradarai oleh Slamet Riyadi, sampai sekitar 40 persen. Karena sakit, ia lalu diganti Bobby Sandy.

Film Gadis Metropolis 1 nya dibuat oleh Slamet Riyadi 1992. Mengulang kesuksesan dari 1, yang mengulas tentang pergaulan wanita modren di kota besar Jakarta yang sudah tentu berhungan bebas, sex, drug dan lainnya.

Kisah perserongan dan perzinahan yang dilakukan tiga gadis metropolis, Fanny (Inneke Koesherawati), Sandra (Febby R. Lawrence) dan Lisa (Windy Chindyana). Mereka bertiga bersahabat. Fanny yang bersuamikan Maxi (Hudi Prayoga), komponis gay, ingin jadi penyanyi terkenal. Untuk itu ia terpaksa melayani seorang promotor hingga hamil. Untung Maxi masih mau menerimanya. Fanny mangalami keguguran akibat bertengkar dengan sang promotor, karena telah menyodorkan dirinya pada penyandang dana pertunjukan. Setelah sehat, ia sakit hati melihat Maxi ternyata bisa serong dengan seorang gadis. Fanny seolah lupa pada persoalannya sendiri, ia membantu meluruskan pertengkaran Sandra dan Lisa. Sandra yang pacaran dengan Pak Teguh (Piet Pagau) hanya demi uang yang dipakai untuk membiayai pacarnya yang bak gigolo. Tapi ternyata pacarnya serong dengan Lisa. Sandra membalas dengan merayu Sam (Jogi Jogari) pacar Lisa. Atasan Sam, bu Heru alias Tante Mirna (Yuni Arso), seorang lesbian, kesal melihat tingkah Lisa dan ingin membalas, namun keinginannya ditahan-tahan, sampai pada suatu hari ia berkelahi dengan Lisa yang dibantu Fanny, hingga mati tertabrak mobil.

CINTA DI BALIK NODA / 1984

CINTA DI BALIK NODA


FULL MOVIE

Rafli (Sandro Tobing), Atika (Meriam Bellina), dan Saskia (Maya Rumantir) adalah tiga sahabat dari daerah yang tengah berjuang mengembangkan karier bidang musik di Jakarta. Perjuangan mereka tidak sia-sia, karena kemudian menemukan produser yang berhasil membuat mereka terkenal. Rafli dan Atika kemudian terlibat cinta yang mendalam, sedang cinta Saskia terhadap Rafli tidak ditanggapi. Saskia memutuskan untuk keluar dari kelompok dan mencoba berjuang sendiri. Saskia menumpahkan cintanya kepada Eros (Abubakar Syah), seorang petualang obat bius. 

Saskia dijual oleh Eros kepada cukong-cukong, bahkan ikut terjerumus sebagai pecandu obat bius. Mengetahui nasib Saskia, Rafli dan Atika sangat bersedih. Atika pun kemudian merelakan Rafli untuk mencintai Saskia dan merawatnya. Rafli melakukan keinginan Atika, walaupun bagi Atika melepas Rafli merupakan perjuangan batin yang berat.
 P.T. VIRGO PUTRA FILM

MERIAM BELLINA
MAYA RUMANTIR
SANDRO TOBING
ABUBAKAR SYAH
ASRUL ZULMI
TARI SUTIONO
FATIMAH MARIA
ANTON SUMADI



VALENTINE KASIH SAYANG BAGIMU / 1989

VALENTINE KASIH SAYANG BAGIMU


Kisah duet penyanyi bernama Valentino, yang anggotanya bentrok karena hal-hal yang ternyata salah paham. Valens atau Val (Ari Wibowo) marah karena teman duetnya, Jay (Thomas Djorghi) banyak lalai. Karena mengurus mobil Luvi (Karina Suwandi) yang hilang, karena datang cewek agresif yang mula-mula bertingkah bagai perempuan murahan, tapi lalu menjelaskan kepada Val kenapa tingkah Jay yang tidak bisa berkata tidak. Semua teman-teman Val juga berusaha merujukkan duet itu, apalagi mereka harus mengadakan pertunjukan di hari Valentine. Termasuk di antaranya Gal (Frelly Erie David), teman duet Val saat Jay absen, tapi sebetulnya juga Valentino saat masih bertiga. Pas pada pertunjukan, Jay muncul di panggung, maka pertunjukan berlangsung sukses. Sempat pula muncul dialog pembelaan tentang hari Valentine, hari kasih sayang, yang entah bagaimana mulai dirayakan di Indonesia dengan bermacam acara dan cukup menimbulkan kontroversi dalam masyarakat. Film ini tampaknya juga dibuat untuk mengantisipasi hari itu.

P.T. NUSANTARA FILM
ASOSIASI IMPORTIR FILM EROPA-AMERIKA

KARINA SUWANDHI
ARI WIBOWO
MEMET K. ADIDARMA
THOMAS DJORGHI
STEVEN SAKARI
SOPHIA LATJUBA
HARRY CAPRI
FRELLY ERIE DAVID
IDA KUSUMAH
TYAS WAHONO
DIAN NITAMI
FARISTA

KUPU-KUPU PUTIH / 1983

KUPU-KUPU PUTIH


Riri (Anna Tairas) seolah bisa lepas dari ibu tirinya saat menikah dengan Leo (Harry Kharisma) dan pergi ke Jakarta. Ternyata Leo adalah penyalur perempuan pada rumah bordil kelas atas milik Mama Rosa (Rima Melati). Maka Riri pun "terpaksa" jadi penghuni rumah itu, setelah dikerjai oleh kawan sedesanya, Ferdi (Clift Sangra), yang membuka usaha tambal ban di depan rumah bordil itu. Ferdi dibuat mabuk, dan dalam keadaan setengah sadar melakukan penggagahan atas Riri. Ferdi kemudian disiksa, hingga memendam dendam.

Ia lalu menjadi pelayan di sebuah sasana kickboxing, hingga sampai berlatih di situ dan menjadi petinju bayaran, sementara Riri menjalani profesinya. Suatu hari mereka jumpa di sebuah pertokoan. Ferdi mengajak lari Riri. Maka terjadilah perburuan atas keduanya oleh kelompok Mama Rosa, sampai terjadi baku hantam. Tentu saja Ferdi menang setelah menghancurkan lawannya satu per satu dengan pecahan botol bir. Ia masuk penjara. Keluarnya sudah ditunggu oleh Riri.
 P.T. GARUDA FILM

ANNA TAIRAS
CLIFT SANGRA
RIMA MELATI
HARRY CAPRI
FRANS TUMBUAN
IDA LEMAN
ZAINAL ABIDIN

 
 

KULIHAT CINTA DI MATANYA / 1985

KULIHAT CINTA DI MATANYA

Disutradarai bersama  ACHIEL NASRUN & BOBBY SANDY  
Atika (Meriam Bellina) mantan penyayi tenar, berusaha untuk bangkit kembali dari lembah narkotika. Kepada ibunya yang mengajak kembali ke Yogya, ia menyatakan tetap tinggal di Jakarta dan menetap di rumah budenya. Usahanya menemui jalan buntu. Semua kawan dan pemilik tempat hiburan menolak memakai dia. Bahkan ia sempat ditipu seorang panitia pertunjukan. Meski demikian keberuntungan datang juga. Perkenalannya dengan Sakti (Achan Rachman), seorang koreografer membuatnya bergairah untuk meniti karir kembali. Namun cobaan datang lagi. Pacar lama Sakti, Elisa (Henidar Amroe), yang telah kawin dengan anak pengusaha kaya, Willy (August Melasz) berusaha untuk memisahkan mereka. Namun Atika kembali bangkit dan berhasil.

P.T. VIRGO PUTRA FILM

MERIAM BELLINA
HENIDAR AMROE
ACHAN RACHMAN
IKANG FAWZI
IDA LEMAN
PITRAJAYA BURNAMA
MARIA OENTOE
RIMA MELATI
GUSTI RANDA
NIZAR ZULMI
LEROY OSMANI
ADE IRAWAN

SELAMAT TINGGAL JEANETTE / 1987

SELAMAT TINGGAL JEANETTE


Suryono (Mathias Muchus) berasal dari Solo dan masih keturunan ningrat. Jeannette (Meriam Bellina) wanita cantik asal Perancis. Suryono membawa Jeannette ke kota kelahirannya Solo dan akhirnya menikah, sungguhpun pernikahan itu tidak disetujui oleh ibu Suryono. Cinta antar bangsa itu mengalami keretakan dan Jeanette pulang ke Perancis. Sementara itu Suryono yang kesepian sempat menggagahi pembantunya, Trimah (Ria Irawan)
P.T. VIRGO PUTRA FILM

MERIAM BELLINA
NANI WIDJAJA
DAVID ARDIANTO
RIA IRAWAN
JOHAN MOOSDIJK
ANTON INDRACAYA
ASRUL ZULMI
MATHIAS MUCHUS
JACK DANIEL
MANG UDEL
SOENDJOTO ADIBROTO

LAKI-LAKI DALAM PELUKAN / 1977

LAKI-LAKI DALAM PELUKAN

Partogi Lubis (Rudy Salam) datang dari Sumatra untuk bekerja apa saja dan iapun bekerja sebagai bell-boy di sebuah hotel international. Di sinilah Togi mulai mengenal "kehidupan". Ia mengenali kehidupan Eva Miranda (Tuty Lumanauw), seorang penyanyi yang juga menjual diri. Selain jatuh ke pelukan seorang tante, Togi bersahabat dengan Vera (Yatie Octavia), seorang pelacur kelas tinggi yang sering mangkal di hotel tersebut. Meskipun masih bermain dengan Vera,Togi jatuh cinta dengan Larasati (Rae Sita) yang sakit hati karena suaminya, Sudomo (WD Mochtar) main dengan Vera. Sudomo tak rela istrinya dicintai Togi dan menembaknya. Sudomo masuk penjara.

P.T. NUSANTARA FILM

RUDY SALAM
RAE SITA
W.D. MOCHTAR
YATIE OCTAVIA
TUTY LUMANAUW