Tampilkan postingan dengan label DJOKO LELONO 1955-1960. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label DJOKO LELONO 1955-1960. Tampilkan semua postingan

Rabu, 25 Maret 2020

PERISTIWA SURABAJA GUBENG / 1956

 

Djoko Lelono kembali terlibat dalam proyek ini dan berbagi kursi penyutradaraan dengan JUSMAN dan Hasan Basry RM. Jusman juga bermain sebagai pendukung. Film diproduksi oleh Z Hanan di bawah label rumah produksinya sendiri.

Ellya Rosa juga kembali terlibat sebagai aktris. Lalu ada Ali Sarosa, Aminah Banowati, Tan Tjeng Bok, Udjang, Ardi HS, dan Boes Boestami. Kisahnya diangkat dari cerita pendek Pram berjudul Gambir yang ditulis Mei 1953. Cerpen ini juga diterbitkan dalam buku Tjerita dari Djakarta: Sekumpulan Karikatur dengan Manusianja (1957).

Z. HANAN FILM

A. SAROSA
ELLYA ROSA
AMINAH BANOWATI
TAN TJENG BOK
UDJANG
ARDI
JUSMAN
BOES BOESTAMI

Kamis, 03 Februari 2011

DJOKO LELONO 1955-1960

DJOKO LELONO
 
Karir dalam film dimulai dari penulis cerita, pencacat Script, lalu menjadi sutradara. Rata-rata film yang disutradarainya di tulis ceritanya sendiri olehnya, kadang sekaligus merangkap pencatat script/Penata Script juga. Film yang dilakukan tanya di sutradarainya adalah: Bukit Berdarah 1985 Cerita & Penata Script sutradara Atok Suharto. Bakar Tak Berapi 1954 Cerita dan Penata Script sutradara Henry L Duarte.
 
PERISTIWA SURABAJA GUBENG1956DJOKO LELONO
Director
BINTANG PELADJAR 1957 DJOKO LELONO
Director
BERTAMASJA 1959 DJOKO LELONO
Director
RINDU DAMAI 1955 DJOKO LELONO
Director
SI DUDUNG 1956 DJOKO LELONO
Director
MOMON 1959 DJOKO LELONO
Director
SEDETIK LAGI 1957 DJOKO LELONO
Director
RINI 1956 DJOKO LELONO
Director
DESA YANG DILUPAKAN 1960 DJOKO LELONO
Director
SESUDAH SUBUH 1958 DJOKO LELONO
Director

SESUDAH SUBUH / 1958

SESUDAH SUBUH


Kisah para bekas pejuang kemerdekaan setelah revolusi fisik. Ada yang jadi polisi, ada yang kecewa oleh penerimaan masyarakat, ada yang dapat menyesuaikan diri dengan keadaan baru, tapi ada pula yang melenceng dari cita-cita mulia, bekerjasama dengan pejabat untuk mengeruk keuntungan secara melanggar hukum. Yang kecewa adalah Karim (Sukarno M. Noor). Ia diperalat Surya (Rd Ismail). Untung ada Harun (Zainal Abidin) yang membuka kedok bekas teman seperjuangannya itu. Karim bisa bebas, sementara Surya mati tertembak polisi "sesudah subuh".


TJAHAJA FILM CORP.


RD ISMAIL
LIES INDRIANI SALEH
SUKARNO M. NOOR
TUTY S
ZAINAL ABIDIN
SOFIA WD
D. HARRIS
SORAYA RUSANTI
M.S. DERITA
TERRY SHIM


NEWS

Pada waktu ini Pram sedang didalam kesibukan mewudjudkan buku roman sedjarah didalam bentuk trilogi, jaitu didalam 3 djilid. Buat sementara untuk gubahannja paling baru itu dipilihnja kepala mengandung peristiwa-peristiwa bersedjarah ditiga djaman di Indonesia. Mengenai gubahannja paling baru itu, ia terangkan bahwa jang djilid ke-I baru sudah 75%, djilid ke-II 25%, tetapi ketiganja diharapkan akan dapat selesai selekasnja,” keterangan di tulisan berjudul “Pramudya Ananta Toer”, terdapat di halaman 3. Pram menulis novel 3 jilid? Apakah judul novel? 

Di depan, perempuan berbibir merah. Eh, di halaman 3, ada foto Pram dalam tampilan necis. Ia tampak masih muda dan ganteng. Di tulisan, Pram sudah dikabarkan beristri dengan kemenakan Husni Thamrin. Perempuan  “ketjil mungil itu adalah tulen Djakarta.” Pram dan istri hidup bersama 7 anak “di sebuah rumah tanpa aliran listrik disalahsatu gang Simpat didaerah Rawamangun, Djakarta.” Rumah tanpa listrik digunakan menulis buku-buku ampuh. Nah, dirimu? Setiap hari berlistrik malah picik. Listrik cuma untuk ngecopke gawai. Kapan mau menulis? Listrik itu berurusan dengan gairah menulis. Orang malas menulis mungkin kesetrum dan terkena wabah pekok. 

Dulu, Pram pernah menulis cerita mengenai subuh. Apakah dirimu menggandrungi subuh? Wah, dirimu tampak cemberut, berarti benci subuh. Kamu terbiasa melewati subuh dengan mata terpejam dan bermimpi sedang bercumbu dengan kambing di bawah pohon waru. Romantis! Pada masa 1950-an, ada produksi film berjudul Sesudah Subuh. Film itu memiliki lagu, bukan film bisu. Lagu pun berjudul sama, Sesudah Subuh. Di Varia, orang membaca tampilan lagu Sesudah Subuh, lagu oleh A Chalik dan lirik oleh Djoko Lelono. Kita membaca saksama: Dengar kawan segera,/ lihatlah tjahaja matari/ Diri djangan terlena,/ tugas menanti/ Ajo handai taulan,/ tunaikan baktmu/ Ajo handai taulan tunaikan bakti… Oh, lagu seperti milik bocah SD. Lagu kurang romantis, tak jua religius. 

Lagu bisa dilantunkan orang sudah bangung tidur, bukan orang masih tidur. Kamu tetap tidur meski subuh sudah berlalu? Barangkali kamu sedang masuk angin, setelah kemarin berpacaran dalam hujan, pacaran cap basah. Nah, lihatlah iklan di halaman 32: Balsem Bintang Toedjoe. Dulu, para leluhur kita biasa menggunakan balsem itu untuk kerokan. Kamu pernah dikeroki di geger atau di pipi? Pesan lanjutan: “Pakailah Balsem Bintang Toedjoe bila perlu boleh diminum. Dapat dibeli ditiap-tiap toko.” Begitu.

DESA YANG DILUPAKAN / 1960

 

Gunung Kidul yang tandus dan selalu diancam kelaparan, ditambah kerusuhan antarkeluarga yang saling bertentangan. Keadaan ini tak dipedulikan pak lurah. Bahkan penengah yang mencoba melerai pertikaian itu, justru berusaha cari keuntungan. Lt Sofyan (Bambang Hermanto), komandan baru di wilayah itu, berangsur-angsur bisa menguasai keadaan. Yang merasa dirugikan dengan datangnya keamanan, masih berusaha menantang, begitu juga seorang dukun. Setelah banjir besar menimpa daerah itu, barulah timbul kesadaran pada penduduk. Dengan gotong royong mereka membangun kembali desa.
 SATIVA FILM CORP.

BAMBANG HERMANTO
SUKARNO M. NOOR
MENZANO
A.N. ALCAFF
RD ISMAIL
M.S. DERITA
FIFI YOUNG
ROOSILAWATY
NANI LIDYA
INDRIATI ISKAK

SYAMSUDIN SYAFEI
LELY SULASTRI

RINI / 1956

RINI


Wartawan (A. Hamid Arif) itu sibuk sekali oleh kerjanya. Tak jarang melupakan anaknya, Rini (Henny Temple) yang cacat. Untunglah ada pelayan (Wolly Sutinah) yang setia dan baik hati. Ketenangan Rini dan ayahnya, terganggu akibat Rini dilarikan penculik (Tina Melinda). Ditambah lagi ayah Rini disangka membikin kuitansi gelap. Semua itu akhirnya membawa berkah, sang wartawan berusaha tidak kelewat sibuk, dan memperhatikan Rini...
 ANOM PICTURES

HENNY TEMPLE
A. HAMID ARIEF
WOLLY SUTINAH
TINA MELINDA
UDJANG
MISNAHATI
SOFIA WD

SEDETIK LAGI / 1957

SEDETIK LAGI


Ibu (Sofia Waldy) mengatakan pada anaknya, Tini (Ellya Rosa), bahwa ayahnya Jaya (Rd Ismail) telah meninggal. Kemudian Tini tahu bahwa ayahnya masih hidup, bahkan sempat menolong Jaya yang sakit dan membawanya ke dokter tempat ibunya bekerja. Karena Tini sudah tahu, maka ibunya bercerita bahwa Jaya pernah menyia-nyiakan ibu dan Tini. Tini tetap mengasihi ayahnya. Jaya sendiri malah putus asa, hendak menabrakkan diri ke kereta lewat. Untung sempat didorong Tini. "Sedetik lagi" terlambat, Jaya pasti tewas...
 ELLYA FILM

ELLYA ROSA
RD ISMAIL
SOFIA WD
IWAN TARUNA
BOES BOESTAMI
M.S. DERITA
IDA NURSANTI
BAMBANG IRAWAN

MOMON / 1959

MOMON


Tukang sayur (MS Derita) amat memanjakan anak angkatnya, Momon (Boes Boestami), tapi uwaknya (Fifi Young) bersikap sebaliknya. Akibatnya Momon jadi kekanak-kanakan, walau bisa jatuh cinta pada Ida (Dian Anggrianie D). Padahal, ayah Ida (S. Poniman) telah menyediakan calon suami, direktur NV Angin Ribut (Mang Topo), sebagai pelunas hutang. Keadaan ini terpecahkan dengan munculnya kakek (Ali Yugo), yang membawa warisan untuk cucunya, Momon. Film yang memang punya unsur komedi ini, dicemari oleh banyolan Suhaimi, pembantu, dan D. Harris, supir. Peran utama pertama untuk Boes Boestami, wartawan, yang dibawakannya dengan cukup berhasil.
 ELLYA FILM

BOES BOESTAMI
DIAN ANGGRIANIE D
FIFI YOUNG
NENENG SUHARTI
MANG TOPO
SUKARSIH
S. PONIMAN
M.S. DERITA
D. HARRIS
ARDI HS
ALI YUGO
SUHAIMI

SI DUDUNG / 1956

 

Dudung, anak pengusaha susu Permana, setiap pagi memerah susu ditemani mandor setia Badra, lalu membawa susu ke pemborong di kota. Kerja rutin itu dianggap selayaknya, sehingga sang ayah tak memperhatikan masalah pendidikan anaknya. Sekali waktu duit setoran terselip, dan Dudung diusir dengan tuduhan berbuat curang. Berbekal petuah ibu, Dudung terlempar ke Jakarta. Belakangan ayah menyadari kekeliruannya, Dudung diterima kembali, setelah Dudung matang oleh pengalaman.
 ANOM PICTURES

NANO KASIM
NENG YATIMAH
SULAKSMI
KUNTARA
JUSMAN
MISNAHATI
M.S. DERITA
ARDI
IDA REFIDA
A. THYS
ANWAR
HUSIN LUBIS

RINDU DAMAI / 1955

RINDU DAMAI


Biar sudah berumah tangga, tapi sang isteri masih saja suka menerima teman-teman lama. Hal itu membikin Rahim tersiksa. Pernah Rahim mengadakan pesta dan menembak salah seorang tamu, yang berlama-lama dansa dengan isterinya. Rahim lari bersama isteri dan kedua anaknya, menghindari kejaran polisi. Si isteri coba lari, tapi tertangkap Rahim. Kedua anak diserahkan Rahim kepada ibunya. Menjelang menarik nafas terakhir, si isteri memberi penjelasan, bahwa sebetulnya Rahim yang bersalah. Ketika Rahim datang menjenguk anak, muncul pula polisi. Rahim lari, dan tewas ditembak.

LEGONG
ANOM PICTURES

ELLYA ROSA
AMRAN S. MOUNA
ASTAMAN
SUKARSIH
YAYA HITAYATI
M.S. DERITA
I. SHOUKA
JUSMAN
DJAUHARI EFFENDI
S. TAHARNUNU

 

Film ini dari Novel Pramoedya Ananta Toer.
Digarap oleh penulis-sutradara Djoko Lelono di bawah label Anom Pictures dengan produser R Bahroen. Nama Pramoedya Ananta Toer dipasang di poster iklan sebagai salah satu materi utama promosi, tetapi judul karya aslinya tidak disebutkan. Para pemainnya yaitu Ellya Rosa, Amran S Mouna, Astaman, dan Sukarsih. Dalam iklan cetak lain, film ini diiklankan sebagai "Pramudya Ananta Tur Biggest Novel" dan "The Best Picture of the Year" tanpa penyebutan judul karya asli.

BERTAMASJA / 1959

 

Sebuah keluarga dengan tiga anak gadis bertamasya ke Bumi Siliwangi, jumpa dengan tiga mahasiswa. Ida Nursanti tertarik pada Sukarno M. Noor, sementara Sukarno memilih Roosilawaty, kakak Ida. Soal ini diselesaikan oleh si bungsu Suzanna dengan pasangannya Alwi. Maka kembalilah Ida pada pemuda yang disediakan untuknya, Kamsul. Usai bertamasya, usai pula asmara...

P.T. KALIMANTAN FILM

ROOSILAWATY
SUKARNO M. NOOR
KAMSUL
SUZANNA
RD ISMAIL
IDA NURSANTI
ALWI OSLAN
FIFI YOUNG

BINTANG PELADJAR / 1957

 
 
Ida Rosita (Ida Nursanti) adalah pelajar yang terkenal pandai, nilai hasil ujiannya selalu tinggi. Tidak demikian setelah ibunya Ermina (Sofia Waldy) meninggal dunia. Si ayah Kusuma (A. Hamid Arif) malah jadi marah-marah waktu Ida berusaha melayani. Akibatnya pikiran Ida kacau, dan nilainya turun. Setelah tahu penyebabnya, pak guru menyarankan agar dr. Yunus menasehati Kusuma. Berkat nasehat dokter yang memang kawannya itu Kusuma menyadari kekeliruannya. Ida bisa pulih, dan nilai hasil ujian akhirnya kembali bagus. Bahkan tertinggi, sehingga mendapat gelar "bintang pelajar".
 ANOM PICTURES

IDA NURSANTI
A. HAMID ARIEF
SOFIA WD
ALI YUGO