Tampilkan postingan dengan label GEPENG BAYAR KONTAN / 1983. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label GEPENG BAYAR KONTAN / 1983. Tampilkan semua postingan

Selasa, 25 Januari 2011

GEPENG BAYAR KONTAN / 1983





Gepeng adalah tokoh dalam lawak Srimulat yang sangat populer sekali saat itu. Ketertarikan ia difilmkan dengan memboyong juga tokoh lawak Srimulat lainnya diharapkan film ini bisa menambah warna film komedi yang sudah banyak bintang saat itu, giliran Srimulat mendapat porsi untuk main ke dalam film. Tetapi sayang hanya ada dua film tentang Gepeng dan Srimulat ini, karena memang penonton tidak merasa lucu ketika srimulat di filmkan. Ternyata yang salah adalah bahwa lawakan mereka adalah lawakan ketoprak atau sandiwara panggung yang jaman dulu tahun 1920'an hingga 1930'an difilmkan juga sandiwara lawak seperti ini. Tetapi nasibnya sama, tidak selucu kalau mereka main di panggung. Ternyata Srimulat adalah lawakan panggung dengan konsep tradisional sandiwara banyolan. Ketika TVRI berhasil membuat penonton tertawa dengan tehnik shooting panggung yang dimana srimulat bermain diatas panggung dengan set panggung, sanggup mengocak penonton TVRI saat itu. Tetapi ketika di filmkan, dengan batasan skenario batas pengambilan gambar dan sebagainya, tidak selucu aslinya mereka.

Sebenarnya lawakan panggung adalah lawakan yang penuh dengan infrovisasi, hanya ada jalan cerita saja. Sedangkan ketika di filmkan, penuh dengan adegan dan dialoq-dialoq yang membuat mereka tidak bisa invrofisasi lagi. Belum lagi di film adanya batasan-batasan frame-kameranya.

Dengan menyimpan dendam, Gepeng (Gepeng) berangkat ke Jakarta untuk mencari pembunuh ayahnya. Kakaknya menitipkan sebuah benda pusaka (pistol) untuk sahabat almarhum. Di samping mencari pembunuh ayahnya, Gepeng bekerja pula membantu urusan bisnis sahabat almarhum ayahnya, Asmuni (Asmuni). Bisnis itu sedang dilanda keruwetan yang itu datang dari kawannya sendiri (Rachmat Hidayat). Keributan tak terhindarkan, bahkan sampai pada perkelahian. Akhirnya tabir rahasia terbuka dengan pengakuan Asmuni yang hampir mati sebagai pembunuh ayah Gepeng.




Terkenal sebagai salah satu jagoan Srimulat dan pelawak kenamaan Indonesia pada 1980-an, perjalanan karier Gepeng tidak mudah. Anak sulung Teguh Slamet dan Jujuk Juwariyah, Eko 'Koko' Saputro masih ingat betul awal kiprahnya.

Semula Gepeng adalah pemain kendang (pengrawit) dalam Ketoprak Cokrojiyo, cabang Aneka Ria Srimulat, yang bermarkas di Bale Kambang, Solo, Jawa Tengah. Sejak awal, Gepeng bersama bapak dan adik-adiknya memang melamar sebagai pengrawit dan diterima setelah melewati proses seleksi.

Mereka baru bekerja memainkan kendang ketika pentas lakon rehat di sela-sela pertunjukan. Namun harus siap sedia bila sewaktu-waktu dibutuhkan.

Tapi Gepeng memang tak bisa diam. Seringkali ia menyeletuk ketika pelawak seperti Matang dan Subur yang kala itu termasuk senior, tampil. Penonton pun dibuatnya terbahak-bahak.

"Sutradara Rustamhaji bingung kenapa penonton ketawa, dari belakang panggung ada celah untuk melihat ke penonton," kata Koko saat berbincang di Solo, beberapa waktu lalu. Rustam langsung melapor ke Teguh soal kelakuan Gepeng.

Teguh tak langsung percaya. Ia pun menyamar menjadi penonton untuk melihat sendiri. Faktanya, saat Gepeng usil menyeletuk, ia kepalang lucu.

Teguh lalu kembali ke belakang. Ketika esok jelang pentas, Teguh 'memutasi' Gepeng.

"Sudah, kamu mulai nanti malam enggak usah jadi pengrawit. Main ketoprak jadi dagelan," kata Koko menirukan perkataan Teguh kepada Gepeng.

Namun di panggung pertamanya, Gepeng justru mati kutu. Ia tak berkutik ketika Mantang dan Subur mengeroyok dirinya dengan lelucon yang jauh lebih lucu. Gepeng sadar tampil di atas panggung memang beda dengan asal nyeletuk.

Teguh tak puas dengan penampilan gagal Gepeng dan kemudian memindahkannya ke panggung Aneka Ria Srimulat Solo, yang juga dibintangi Mantang dan Subur.

Gepeng kembali mati kutu. Ia tak sanggup lagi 'dikeroyok' oleh dua seniornya itu demi memenuhi tantangan dari Teguh.

Di saat-saat inilah Gepeng kemudian mengadu kepada pelawak senior yang dijuluki Mbah Panggung. Beruntungnya, Gepeng dibela.

"Nanti saya ngomong ke sutradara. Saat kamu keluar [untuk pentas], aku juga minta dikeluarkan, biar ngikut. Aku pengin ngerti si Mantang sama Subur seberapa [lucu] sih," kata Mbah Panggung, sebagaimana dituturkan Koko.

Mbah Panggung bak balas dendam atas nama Gepeng. Mantang dan Subur tak berkutik. Sejak saat itu, Gepeng jadi anak didik Mbah Panggung. Perlahan tapi pasti, Gepeng semakin mahir melawak.


Ke Jakarta Tuk Meroket

Kemahiran Gepeng melawak masih belum membuat Teguh puas. Ia kemudian meminta Gepeng bergabung dengan Aneka Ria Srimulat Jakarta yang pentas di Taman Ria Senayan pada pertengahan 1981.

Jakarta nyatanya jadi rezeki Gepeng. Namanya meroket. Bahkan, ia mendadak jadi salah satu pelawak terlucu di masa itu. Saking lucunya, penonton sudah tertawa saat Gepeng yang tampil cepak belum berbicara.

Gepeng pun menuai massa penggemar yang besar dan jadi penyumbang penonton tertinggi Srimulat. Kepiawaiannya mengocok perut penonton menghasilkan pundi-pundi uang bagi Srimulat Jakarta.

Bahkan pernah suatu kali, seorang penggemar perempuan melemparkan kunci mobil ke arah Gepeng yang sedang mentas.

Biasanya, penonton melempar benda ke panggung sebagai bentuk apresiasi. Benda yang dilempar juga biasanya hanya rokok atau uang yang diremas.

"Kunci mobil dikembalikan, akhirnya jadi kenal kan penggemar ini. Penggemar mengajak makan Gepeng sama keluarganya, akhirnya jadi kenal dekat dan baik," kata Koko.

Tawaran mendulang uang terus datang kepada Gepeng melalui film. Semasa hidup, Gepeng pernah bermain dalam empat film yang bertajuk Gaya Merayu (1980), Untung Ada Saya (1982), Gepeng Mencari Untung (1983) dan Gepeng Bayar Korban (1983).

Gepeng menuai banyak uang dari proyek film. Jumlah yang tak pernah ia bayangkan dalam hidupnya. Gepeng mendadak jadi orang kaya.

Semakin lama ketenaran Gepeng makin di atas angin dan semakin sering menerima tawaran di luar panggung Srimulat. Teguh pun mengizinkan. Namun kadang Gepeng kerap nakal mengambil tawaran tak seizin Teguh.

Catatan Herry 'Gendut' Janarto dalam buku Teguh Srimulat Berpacu dalam Komedi dan Melodi menulis Gepeng pernah menerima pekerjaan 'liar' di Banjarmasin.

Pada 6 Januari 1986, sebuah keputusan Teguh menjadi mimpi buruk bagi Gepeng. Teguh memecat pelawak paling tenar itu dari Srimulat. Keputusan yang terbilang mengejutkan mengingat Gepeng adalah 'magnet' penonton bagi Srimulat, meski sering ambil tawaran di luar panggung.

Koko menyebut Teguh punya sejumlah pemikiran mendalam di balik keputusan itu. Alasan pertama, Gepeng dipecat karena sudah terlalu kaya dan bahkan sempat menyandang predikat pelawak terkaya pada masanya. Teguh ingin nama pelawak lain juga terangkat naik dan menambah pundi-pundi pribadi.

Alasan kedua, Gepeng telalu terkenal. Teguh khawatir ketenaran Gepeng membuat Srimulat tenggelam.

Ketiga, Teguh ingin Gepeng mengelola Ketoprak Cokroiyo. Ia merasa pelawak itu punya kemampuan jadi dalang dan sutradara.

"Aku kepengin ketoprakku ini dipegang oleh orang yang benar. Aku pilih kamu yang pegang," kata Teguh kepada Gepeng, dituturkan kembali oleh Koko.

Bukan hanya memberikan grup Ketoprak, Teguh juga disebut memodali puluhan juta rupiah untuk pengelolaannya. Meski begitu, tetap Gepeng merengek kepada Teguh karena dipecat dari Srimulat.

Namun Teguh bersikukuh. Suami Jujuk itu bahkan memberikan uang sebesar Rp400 juta kepada Gepeng, tabungan dari upah Gepeng menerima tawaran di luar Srimulat.

Teguh memang kerap menyisihkan pendapatan pemainnya untuk tabungan mereka di kemudian hari.

Usai diusir Teguh, Gepeng berusaha mengelola Ketoprak Cokroiyo. Namun apa daya, ia tak seandal mentornya. Grup itu pun bangkrut. Bahkan memiliki utang.

Ketika mendengar kabar itu, Teguh kecewa berat. Ia menyesal memberikan uang tunai kepada Gepeng yang gampang menghamburkan uang.

Dari pelawak terkaya, Gepeng terperosok dan tak punya apa-apa. Bahkan, kata Koko, Gepeng tak sanggup membayar kontrakan di Jakarta yang berada di dekat rumah Teguh di Slipi, Jakarta Barat.

Gepeng memberanikan diri untuk kembali ke Srimulat dengan mendatangi Teguh, walau ia amat malu. Ia sempat ragu bertamu ke rumah Teguh dan hanya menunggu di warung. Sampai akhirnya Koko yang masih remaja memergoki Gepeng.

"Karena saya tahu banget watak bapak saya kayak apa, enggak mau ketemu pemain yang sudah dikeluarkan," kata Koko.

"Saya cuma ngomong (pada Teguh) 'pak dicariin itu lho'. Setelah Gepeng masuk, saya disuruh pergi. Tapi saya menguping."

Teguh sebenarnya senang Gepeng datang karena ingin sang bintang kembali ke panggung. Utang Gepeng senilai Rp5 juta pada dirinya pun tak terlalu dihitung-hitung.

Gepeng berbinar mendapatkan tawaran tersebut. Ia dijadwalkan tampil di Srimulat Jakarta tiga hari, di Semarang selama dua hari, dan Surabaya pada dua hari -- sebagai cara membayar utang.

Di akhir perbincangan, Teguh memanggil Koko yang asyik menguping di balik pintu. Teguh lalu meminta putranya itu mengantar Gepeng ke dealer penjualan mobil keesokan harinya.

Setelah mengantar Gepeng membeli mobil Mitsubishi Galant hijau di keesokan hari, Koko melihat Teguh sudah menunggunya di rumah dengan mata berkaca-kaca. Suatu hal yang tak pernah Koko alami sebelumnya.

"Saya mau nanya enggak berani," kata Koko.

"Akhirnya saya pura-pura makan di dekat ruang makan. Bapak saya lagi duduk baca koran. Terus bapak saya ngomong lagi ke saya, 'udah dianterin? Udah dikasihkan?'"

Sembari keheranan Koko bertanya kepada ayahnya, mengapa ia mau memanjakan anak buahnya. Kebiasaan itu memang jarang dilakukan Teguh.

"Jawabannya cuma satu dan itu saya enggak bisa tanya apa-apa lagi. 'Umurnya enggak panjang'," kata Koko menirukan ucapan Teguh soal Gepeng.

Ramalan itu jadi kenyataan. Freddy Aris alias Gepeng meninggal dunia pada 16 Juni 1988, hanya lima bulan setelah ia manggung kembali dengan Srimulat. Disebutkan, ia meninggal karena penyakit liver.

Dalam masa lima bulan itu, Gepeng kembali menjadi magnet bagi penonton Srimulat. Saat ia manggung gedung selalu ramai. Dalam tujuh kali penampilan, 90 persen lebih kursi penonton selalu terisi.

Mantra 'untung ada saya' ternyata mustajab hingga akhir hayatnya.