Tampilkan postingan dengan label HERMAN SUSILO 1981-1994. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label HERMAN SUSILO 1981-1994. Tampilkan semua postingan

Rabu, 31 Agustus 2011

HERMAN SUSILO 1981-1994



Nominasi Best Cinematography FFI'89
    •    Herman Susilo - Pacar Ketinggalan Kereta

Lahir Jumat, 31 Desember 1943 di Tegal. Pendidikan: Fakultas Kedoteran Universitas Pajajaran Bandung, hingga sarjana muda I (1964-1968). Elementer sinematografi (1973), Lulus Pendidikan Asisten Editor (1983). Yang urung jadi dokter ini berminat fotografi. Belakangan berkembang ke arah sinematografi. Bekerja untuk berbagai majalah sebagai tukang potret. Diajak sutradara Wim Umboh (1933-1996) dalam pembikinan Biarlah 'ku Pergi (1971) sebagai still photo. Terus begitu sampai 1976, terkadang merangkap sebagai publicity man. Kemudian jadi asisten bagi juru kamera Lukman Hakim Nain dalam film yang juga disutradarai Wim, Kembang-Kembang Plastik (1977) dan Pengemis & Tukang Becak (1978). Biar telah jadi juru kamera pada tahun sebelumnya, Perempuan Histeris (1976) yang disutradarai Ratno Timur. Dua kali mendapat unggulan. Pertama dalam Pacar Ketinggalan Kereta (1988) pada FFI 1989, kemudian dalam Alang Alang pada Festival Sinetron Indonesia 1994. Keduanya disutradarai Teguh Karya. Juga menggarap film dokumenter dan iklan, disamping film cerita.

DENDAM MANUSIA HARIMAU 1981 RATNO TIMOER Director Of Photography
ANUNYA KAMU 1986 BAY ISBAHI Director Of Photography
REBO & ROBBY 1990 UCIK SUPRA Director Of Photography
SEBENING KACA 1985 IRWINSYAH Director Of Photography
PENGANTIN PANTAI BIRU 1983 WIM UMBOH Director Of Photography
DJAGO 1990 ABDI WIYONO Director Of Photography
MUSANG BERJANGGUT 1983 PITRAJAYA BURNAMA Director Of Photography
DIA BUKAN BAYIKU 1988 HASMANAN Director Of Photography
GOLOK SETAN 1983 RATNO TIMOER Director Of Photography
DORCE KETEMU JODOH 1990 MARDALI SYARIEF Director Of Photography
PERGAULAN 1994 YONKY SOUHOKA Director Of Photography
PERMATA BIRU 1984 WIM UMBOH Director Of Photography
SAUR SEPUH 1988 IMAM TANTOWI Director Of Photography
PACAR KETINGGALAN KERETA 1988 TEGUH KARYA Director Of Photography
SILUMAN SRIGALA PUTIH 1987 IMAM TANTOWI Director Of Photography
BIBIR-BIBIR BERGINCU 1984 MARDALI SYARIEF Director Of Photography
GADIS BERWAJAH SERIBU 1984 RATNO TIMOER Director Of Photography
SORTA 1982 ABRAR SIREGAR Director Of Photography
SUNAN KALIJAGA DAN SYECH SITI JENAR 1985 SOFYAN SHARNA Director Of Photography
GONDORUWO 1981 RATNO TIMOER Director Of Photography
SESAL 1994 SOPHAN SOPHIAAN Director Of Photography
KETIKA SENYUMMU HADIR 1991 SOPHAN SOPHIAAN Director Of Photography
KETIKA CINTA TELAH BERLALU 1989 ADISOERYA ABDY Director Of Photography.

GALERI FOTO
Bersama Teguh Karya dalam "Pacar Ketinggalan Kereta"/ 1988
Bersama Imam Tantowi "Saur Sepuh"/1988 "Saur Sepuh"/ 1988
Film " Dia Bukan Bayiku"/ 1988

Minggu, 19 Juni 2011

SEBENING KACA / 1985


Lahir di Solok, Sumatera Barat, 14 Desember 1953. meninggal dunia di Jakarta, 1 September 1991. Bekerja di TVRI sejak 1976. Meski pernah menjabat sebagai kepala Sub Seksi Drama Modern. Jabatan terakhirnya adalah Kepala Seksi Produksi Acara Drama, tapi orang mengenal dia sebagai seniman yang kreatif. Diakui oleh Direktur TVRI (waktu itu) drs. Ishadi SK, "...dia senantiasa menghsilkan karya yang berbobot." Terbukti dalam lomba sinetron, yang masih dikaitkan dalam Festival Film Indonesia (FFI). Hasil penyutradaraannya, Sayekti dan Hanafi adalah sinetron terbaik pada FFI 1988. Kemudian Tuanku Tambusai (FFI 1990), dan terakhir Aksara Tanpa Kata pada FFI 1992. Piala untuk karyanya itu diterima (atas nama almarhum) oleh Ida Leman, jandanya Irwinsyah, sempat membuat film bioskop berjudul Sebening Kaca pada 1986.

SINOPSIS
Meski sudah kawin, dan memimpin usaha mainan anak-anak, tapi Effendi (Ray Sahetapy) masih menyisakan sifat kekanakan dan kemanjaannya. Ibunya adalah satu-satunya wanita yang dicintai dan dipatuhinya. Dia menceraikan istrinya, Tining (Dewi Irawan). Entah bagaimana, Yanti (Marissa Haque), sahabat Tining dan adik sahabat Effendi, memutuskan mau dikawini Effendi. Perlakuan Effendi yang pernah diberikan kepada Tining diulang kembali pada Yanti, yang harus menekan perasaannya, apalagi melihat bagaimana Effendi memperlakukan sekretarisnya, Marina (Fanny Bauty), setiap pulang kerja. Belum lagi kelakuan kekanak-kanakan di rumah dalam soal-soal kecil seperti pakaian, minuman, dll.

Yanti sering berhubungan dengan sahabatnya, Tining, yang selalu mendorong Yanti agar tabah. Ketika memergoki Effendi bercumbu di sebuah tempat eksklusif, Yanti tak tahan lagi. Dalam keadaan hamil ia pulang ke rumah ibunya dan bertahan tak mau pulang saat Effendi --atas anjuran ibunya-- mendatangi Yanti. Sikap keras Yanti membuat Effendi mulai berbalik sikap dan menyadari kesalahannya. Setelah menunjukkan kesungguhan perubahannya, dan menyatakan cintanya --suatu hal yang tak pernah dilakukan Effendi-- barulah Yanti mau pulang.

P.T. CIPTA PERMAI INDAH FILM