Tampilkan postingan dengan label IDA FARIDA 1979-1991. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label IDA FARIDA 1979-1991. Tampilkan semua postingan

Rabu, 26 Januari 2011

IDA FARIDA 1979-1991



 
Lahir di Rangkasbitung. Sebelum terjun ke film Ida pernah jadi wartawati. juga nenulis cerpen sejak 1953. Mungkin karena itu hampir di semua filmnya ia merangkap jadi penulis skenario. Terjun ke film ua diajak oleh Sofia WD (1925-1986), aktris yang juga sutradara. Pertama kali jadi script girl dalam Melawan Badai (1974). jadi asiten sutradara mulai Jangan Menagis Mama (1977). dan jadi sutradara pertama kalinya lewat Guruku Cantik Sekali (1979). Piala Citra diraihnya lewat Semua Sayang Kamu (Dewi-Cipluk) pada FFI 1989 sebagai penulis skenario terbaik. Sesudah menyutradarai Tak Ingin Sendiri (1985), ia pindah lahan kerja di Malaysia. Hampir 4 tahun ia disana dan sempat jadi sutradara dalam Suara Ke Kasih, yang di bintangi oleh Fauziah Achmad Daud dan Azmil Mustapha. Di masa film sepi, ia menghasilkan karya yang cukup mengesankan di sinetron. Antara lain Aku Mau Hidup, yang menghasilkan gelar terbaik untuk Meriam Bellina pada FSI 1994. Adik dari penulis skenario Misbach Yusa Biran ini pada 1996 menggarap serial TV Wanita dengan Meriam Bellina, pemain yang di"temu"kanya sejak film Perawan-Perawan (1981).

IDA FARIDA juga adik Misbach Yusa Biran
Inilah sutradara perempuan yang sering menyuarakan suara/kisah tentang perempuan ke dalam filmnya.

Pernah bertemu dengan Ibu Ida di rumahnya di Tebet. Waktu itu saya sedang membuat tugas wawancara dengan salah satu sutradara untuk tulisan mayor penyutradaraan saya semester satu. Karena saya masih teringat namanya dalam film Guru Ku cantik sekali. Maka saya tertarik untuk mewawancarainya. Film dia banyak menyuarakan tentang wanita dan permasalhannya, terutama tentang pasangan hidup mereka yaitu lelaki. Ketakutan wanita atas pacaran yang menggangu sekolah, ketakutan wanita terhadap perkawinan karena perceraian dan perselingkuhan belum lagi ketakutan wanita atas sebuah ajaran agama yang kaku. Seperti wanita tidak bisa bebas, seperti banyak layer-layer yang menghambat kebebasannya sebagai manusia, tidak semudah cowok mungkin. Wanita lebih memakai perasaannya. Ini yang sering muncul dalam film-film Ida.Hal yang paling ingat saya adalah perokoknya yang berat sekali. Dan hal yang paling dia perhatikan adalah cerita untuk kekuatan sebuah film. Apakah karena dia berasal dari penulis skenario sehingga menganggap cerita adalah nyawa/kekuatan sebuah film? Yang pasti dia suka sekali menggarap cerita tentang sosok wanita. Dimana sosok wanita dihargai di dalam cerita itu. Atau wanita yang membela hak-nya diantara para pria.

Masuk akal juga, karena sedikit sekali sutradara wanita di Indonesia ini. Bahkan di Blog saya ini hanya ada 2 orang wanita. Ida adalah sosok yang sederhana, saya sempat kaget juga ternyata dia pernah juga membuat film Warkop, dan memadukan kelucuan warkop dengan tehnik bercerita film yang enak di tonton.

Sebelum terjun ke film, Ida Farida pernah jadi peragawati. Ia Juga rajin menulis cerpen sejak tahun 1953, mungkin karena itu maka hampir semua filmnya ia sendiri yang menulis skenarionya. Ida Farida terjun ke film karena diajak oleh Sofia WD (1925-1986), artis senior yang juga sutradara. Setelah menyutradarai beberapa film ia hijrah ke Malaysia. Selama hampir 4 tahun di sana, ia sempat menyutradarai film Suara Kekasih. Kembali ke Indonesia dan mulai berkarya bikin sinetron. Salah satu karyanya yang bagus adalah Aku Mau Hidup, yang membuahkan gelar terbaik untuk Meriem Bellina pada FSI 1994.

nama:Ida Farida
Profesi : Sutradara film
Tempat Tahir : Rangkasbitung, Jawa Barat
Tanggal Lahir : 05 Mei 1939


Tak selincah dulu. Di usia senjanya, Ida Farida (70) lebih banyak diam di rumah. Baca koran, isi TTS, main sama cucu dan nge-game di komputer. Asam urat dan kesemutan lumayan membatasi geraknya. Saat ditemui Annida pada Selasa (9/6) lalu, sutradara sekaligus penulis skenario yang ngetop di era 80-an ini baru saja cek kesehatan. Ia memeriksakan kesehatan di pos gratis khusus lansia di lingkungan rumahnya, Depok II Tengah, Depok, Jawa Barat.

"YA beginilah, sudah tua. Nggak ngapa-ngapain, ini baru coba nulis lagi, sinetron buat PH. Tapi judulnya masih rahasia ya," tutur Ida, sangat ramah. Ia mempersilakan Annida masuk ke ruang kerjanya. Kamar mungil nan sederhana, berisi seperangkat komputer (yang tak pernah dipakainya kecuali untuk main game, hehe -- untuk menulis dia cukup tulis tangan, baru diketikkan oleh salah seorang anaknya, red). Ada juga ranjang pendek serta dua lemari buku, dengan 22 album foto di dalamnya serta buku-buku agama. Sementara, dinding penuh dengan foto-foto Ida muda berbagai gaya, bersama artis dan kru film, juga lukisan diri Ida.

Piala Citra terpajang di atas almari. Inilah salah satu bukti yang mengakui kepiawaian Ida dalam menulis skenario. Tahun 1989, Ida mengalahkan senior-seniornya dalam ajang Festival Film Indonesia (FFI) lewat karya Semua Sayang Kamu. Di film yang dikenal sebagai film Dewi-Cipluk (dimainkan Neno Warisman dan Eeng Saptahadi, red), Ida juga jadi nominator sutradara terbaik.

Selama 30 tahun berkiprah di perfilman, Ida telah melahirkan banyak karya. Sekitar 14 film layar lebar, serta sinetron yang Ida tak ingat lagi jumlahnya, salah satunya Si Doel Anak Sekolahan (12 episode awal). Adik kandung Misbach Yusa Biran dan aktris Ani Hidayat ini memulai kariernya sebagai penulis cerpen (sejak masih SMP tahun 1953), wartawati film dan hiburan mulai tahun 1965 (bukan peragawati seperti yang disebutkan sebuah situs). Ida yang tamatan SMA Taman Siswa di Kemayoran (1957) ternyata serba ingin tahu dan tak bosan belajar. Terjun di dunia film dimulai dengan menjadi pencatat skrip, asisten sutradara dan seterusnya. Lantas, suatu saat ia 'diajak' oleh aktris senior (Alm) Sofia WD untuk menulis skenario, juga menyutradarinya. Karya perdana berjudul Guruku Cantik Sekali (1979) kelar dalam tempo sehari semalam saja. Dibahas cuma tiga jam, kemudian langsung disiapkan produksinya dengan pemain Leni Marlina, Rano Karno, Lidya Kandau yang kala itu tengah naik daun.

Film-film berikutnya pun susul menyusul. Busana dalam Mimpi (1980), Perawan-Perawan (1981), Merenda Hari Esok (1981), Tirai Malam Pengantin (1983), Tante Garang (1983), Asmara di Balik Pintu (1984), Tak Ingin Sendiri (1985), Semua Sayang Kamu (1989), Sabar Dulu Dong (1989), Perempuan Kedua (1990), Barang Titipan (1991).

Tak hanya 'macan' di kandang sendiri, Ida juga menancapkan kukunya di Negeri Jiran. Sepanjang 1985-1989, ia memenuhi tantangan produser Malaysia untuk membuat film di sana. Hasilnya, luar biasa. Suara Kekasih dengan pemain Fauziah Ahmad Daud dan Azmil Mustapha itu meledak di pasaran. Film ini ditengarai sebagai tonggak berdenyutnya kembali film di negara tetangga kita itu.

Ida hanya bertahan lima tahun di Malaysia. Ia lantas pulang ke Tanah Air setelah menelurkan beberapa judul film. Perempuan kelahiran Rangkasbitung, Lebak, Banten, 5 Mei 1939 ini berkutat lagi dengan kesibukan menulis dan mengarahkan kru maupun pemain film.

Oya, sebagai sutradara perempuan, ternyata ia tak menemui kendala berarti. "Nggak ada pembedaan, selama ini sama saja kok perlakuan produser kepada sutradara laki-laki atau perempuan. Kalau untuk mengarahkan kru atau pemain, ada kuncinya. Saya bertindak sebagai ibu, semua kru dan pemain saya anggap sama, anak semua. Nggak ada yang dibeda-bedain karena semua punya kelebihan dan kekurangan. Saya juga ngasih kesempatan pada mereka, ayo jangan takut-takut untuk bertanya," beber ibu empat anak, nenek dari 7 cucu dan buyut 3 orang cicit ini.

Mengenai suka duka, pasti ada. Jujur Ida menyebut, suka itu datang bila film yang dibuatnya laku. "Sedihnya tentu saja kalau filmnya nggak laku. Terus kalau kinerja kru kurang pas, pemain ngaret, nggak tepat waktu. Beda banget sama pemain zaman dulu yang disiplin banget seperti Tante Sofie (Sofia WD, red)," urainya. Dari segudang pengalaman pengambilan gambar dan kl semua awak film, Ida paling nyaman jika ia melakukannya di luar kota. Lho, kenapa? "Soalnya kalau di luar kota, semua ngumpul. Nggak ada yang telat atau berhalangan dklklnggak ada kegiatan," kata Ida. Yang membuat Ida sedih, pelaku film zaman dulu seolah tak dianggap lagi. Terlupa begitu saja. "Masa tua orang film nggak ada yang merhatiin. Sekarang, ditoleh sama produser juga tidak. Sutradara-sutradara muda juga nggak ada yang beranjangsana, kayak ada gap dengan yang tua. Beda dengan kami dahulu. Mungkin karena mereka sudah pintar-pintar ya, mengenyam sinematografi secara formal, nggak kayak kami yang otodidak ini," lanjut Ida dengan suara parau. Begitu juga dengan organisasi Karyawan Film dan Televisi (KFT), tempat Ida menjabat sebagai Ketua Kelompok Penulisan Skenario (sampai sekarang). "KFT jadi kayak Al-Quran tua. Nggak dibuang tapi ditaruh aja. Padahal dulu pamornya lumayan kuat karena punya aturan yang tegas dan jelas," ujar ibunda Ivanda (alm), Inez (46), Iferdo (44) dan Shendy (30) ini. Ida dan Rokok

Foto-foto lama Ida banyak bercerita. Tampak sekali bedanya Ida dulu dan Ida sekarang. Dalam foto saat aktif sebagai sutradara film, Ida terlihat amat tomboy dan kurus. Rambutnya cepak abis. Pakaiannya kaos/kemeja dipadu celana panjang, bahkan celana pendek. Tas pinggang serta kacamata berbingkai lebar jadi ciri khas Ida. Dan lihat, selalu terselip sebatang rokok di jari tangannya!

"Dulu saya perokok berat, sehari bisa habis empat bungkus. Saya nggak ngrokok cuma pas lagi makan atau tidur saja," kata Ida mengenang.

Lalu hidayah itu pun datang. Ida berkesempatan umroh bersama rombongan Si Doel Anak Sekolahan

TAK INGIN SENDIRI1985IDA FARIDA
Director
ASMARA DI BALIK PINTU 1984 IDA FARIDA
Director
TIRAI MALAM PENGATIN 1983 IDA FARIDA
Director
TANTE GARANG 1983 IDA FARIDA
Director
SABAR DULU DONG...! 1989 IDA FARIDA
Director
GURUKU CANTIK SEKALI 1979 IDA FARIDA
Director
SEMUA SAYANG KAMU 1989 IDA FARIDA
Director
PERAWAN-PERAWAN 1981 IDA FARIDA
Director
MERENDA HARI ESOK 1981 IDA FARIDA
Director
BARANG TITIPAN 1991 IDA FARIDA
Director
BUSANA DALAM MIMPI 1980 IDA FARIDA
Director
PEREMPUAN KEDUA 1990 IDA FARIDA
Director

BUSANA DALAM MIMPI / 1980


 

Mayang (Jenny Rachman), putri tunggal pengusaha kaya, tak pernah mendapat perhatian. Ia kenal dengan Krishna (Herman Felani) yang punya nenek yang cukup tua (Marlia Hardi). Di saat terakhir hidupnya, sang nenek selalu merindukan hadirnya sang cucu yang sudah lama meninggal, tapi oleh anak-anaknya dikatakan masih studi di Amerika. Berkat tipu muslihat Bibi Riri (Rima Melati), Mayang dijadikan cucu yang sudah meninggal itu. Lama-lama Mayang jadi tahu belat-belit masalah keluarga ini. Sang cucu yang dirindukan nenek itu, mati bunuh diri karena dipaksa pisah dari suaminya yang biseksual. Sang nenek akhirnya tahu penyamaran Mayang, tapi malah bersekongkol untuk "membahagiakan" anak cucunya yang sebenarnya seharusnya dikasihani. Mayang sendiri mendapatkan apa yang lama hilang dari dirinya.

P.T. GEMINI SATRIA FILM

TIRAI MALAM PENGATIN / 1983

TIRAI MALAM PENGATIN


Ketika sedang olahraga sepeda pagi hari, Karina (Yessy Gusman) mengalami naas. Karena menghindari tabrakan, sepedanya terjungkal. Selaput daranya sobek, meski ia tak merasa. Padahal ia sudah hampir menikah. Ibunya memaksa operasi selaput dara. Karina sebenarnya tak setuju. Ia ingin berterus terang saja pada calon suaminya, Yudha (Rico Tampatty). Ia mengalah karena alasan-alasan yang diberikan ibunya tentang arti keperawanan bagi lelaki.

Di malam pengantin, Karina mempersembahkan keperawanan imitasi itu. Ia tak bahagia, karena merasa tak jujur. Apalagi kawannya, Astri (Titi Dwijayati), yang kebetulan tahu masalah itu, memberitahukannya pada Erwin (Ekki Soekarno), yang sebenarnya mencintai Karina.

Maka Erwin menggunakan rahasia itu sebagai teror, agar Karina bercerai dan bisa mendapatkan Karina. Yudha termakan teror itu dan memaksa Karina mengaku siapa yang menghamilinya. Karina pulang ke rumah ibunya. Sang ibu tampil sebagai penyelamat.

P.T. GARUDA FILM

SABAR DULU DONG...! /1989



Ini lah film WARKOP yang di sutradarai perempuan. Tentu akan berbeda dengan film warkop lainnya, yang di mana wanita cantik dan sexy jadi bumbu dalam film itu. Benar saja, film ini justru peran wanita sangat menonjol dalam film. Bagaimana wanita berperan diantara kehidupan cowok-cowok (warkop ini), pesannya juga bagus. Jadi tidak hanya melucu dan wanita cantik sexy saja atau komedi kasar.

Dono, Kasino, Indro dan dua kawan wanita mereka Winny (Eva Arnaz) dan Anita (Anna Shirley) berhasil mengubah sebuah hotel tua dan jelek menjadi layak. Pengelolaan hotel itu yang menjadi sumber kelucuan: tamu wanita di salah satu kamar yang ternyata adik penghuni kamar tersebut; Dono yang sangat suka dengan binatang semacam tikus; orang mati di hotel; tamu yang berjalan dalam tidurnya dll.
P.T. SORAYA INTERCINE FILM

WARKOP D.K.I.
EVA ARNAZ
ANNA SHIRLEY
TILE

TAK INGIN SENDIRI / 1985



Satu lagi film Indonesia produksi tahun 1985 yang mempertemukan Rano Karno dan Meriam Belina yang mempunyai acting yang bagus. Adalah Prasetya (Rano Karno) seorang mahasiswa kedokteran Universitas Kristen Indonesia yang mempunya seorang kekasih bernama Kartika (Meriam Bellina) atau biasa disebut Tika. Pras demikian biasa dipanggil adalah anak tunggal dari seorang yang kaya dari seorang ayah (Dicky Zulkarnaen) dan seorang Ibu (Nany Wijaya), sedangkan Tika adalah seorang sekretaris dari sebuah perusahaan.

Suatu ketika Tika ditugaskan ke Tokyo selama dua minggu berdua bersama bosnya (Harry Capri). Mengetahui Tika akan pergi ke Tokyo, maka Pras melarangnya untuk tidak pergi ke Tokyo, apalagi hanya berdua dengan bosnya yang masih muda. Akan tetapi Tika tetap pada keputusannya untuk tetap pergi ke Tokyo, hal ini menyebabkan Pras dan Tika bertengkar. Pertengkaran keduanya didengar oleh kedua orang tua Pras yang akhirnya ikut-ikutan melarangnya pergi. Tika tetap pada keputusannya untuk tetap pergi. Hal ini menyebabkan kedua orang tua Pras mengundang orang tua Tika untuk membicarakan mereka berdua. Orang tua Pras adalah tipe orang yang menganggap bahwa Tika tidak perlu bekerja karena Pras calon dokter, sementara pemikiran orang tua Tika, bahwa Tika bekerja adalah atas kemauan sendiri menyebabkan keduanya bersitegang. Ayah Pras tidak setuju Tika bekerja dan menyuruh membatalkan kepergiannya ke Tokyo jika ingin menjadi menantunya. Merasa diremehkan orangtua Tika tersinggung dan langsung pulang.

Sementara itu ketika Tika berada di Tokyo, Pras di Jakarta yang selama ini menderita batuk tidak sembuh-sembuh bahkan akhirnya diketahui dari darah yang keluar ketika batuk, kalau Pras terkena kanker paru-paru yang mematikan. Hal ini menyebabkan pukulan berat bagi kedua orang tua Pras.


Kepulangan Tika dipercepat, sesampai di Jakarta ia tidak dijemput Pras. Akhirnya Tika datang ke rumah Pras, hingga akhirnya tau Pras terkena kanker Paru-paru. Mengetahui anaknya sakit, ayah pras berkunjung kerumah orang tua Tika untuk melamarnya. Akan tetapi orang tua TIka masih tersinggung atas perlakuannya. Hingga ia tidak mengabulkan lamarannya. Akhirnya ayah Pras tahu bahwa Tika memang gadis yang setia, karena ketika Pras sakitpun, Tika setia untuk mengunjungi dan menungguinya. Bahkan Tika bersedia untuk dilamar oleh Pras. Akan tetapi Pras menolaknya karena mengingat umurnya yang pendek dan tidak mau melihat TIka menderita.

Tidak mau menjadi beban kedua orang tuanya, Pras pergi dari rumah dan meninggalkan secarik kertas. Pras pergi ketempat yang jauh, meski dalam keadaan sakit, tapi lambat laun Pras yang telah lulus dokter mencoba menolong orang-orang sekitar yang membutuhkannya. Lewat kemampuannya pras mempraktekan keahliannya selama ia kuliah kedokteran.

Di tempatnya yang baru, Pras biasa dipanggil pak Dokter. Pras hidup seadanya dan ikut membantu suatu klinik kecil yang sangat membutuhkan uluran tangannya. Mantri di daerah setempat mengenali Pras, orang yang pernah diiklankan di Koran. Ia pun menghubungi keluarga Pras. Bersama Tika ibunda Pras mencarinya hingga sampai di suatu gubuk yang tidak ada orangnya. Akan tetapi Tika mengenali Pras dari boneka yang ada di dalam gubuk tersebut. Begitu ketemu, Pras mengemukakan kenapa ia kabur. Pras mengungkapkan kalau kepergiannya dengan maksud agar keluarganya tidak ikut menderita akibat penderitaannya yang dialami.

Akhirnya Pras dan Tika pun bersatu dan menikah. Ibunya Tika menyesalkan kenapa Tika cepat menikah dan pergi ikut dibawa Pras ketempat yang jauh. Pras dan Tika hidup berdua ditempat yang terpencil. Pras menjadi dokter yang terkenal meski sesekali sakitnya kambuh. Ia sering memandangi Tika ketika tidur. Pras merasa Tika tidak layak untuk ikut menderita.

Meski sakit Pras memaksakan diri menolong orang yang sakit meski sedang turun hujan. Bersama Tika, Pras kerumah orang yang sakit, karena kondisinya tidak sehat, Pras pun jatuh pingsan. Ditengah hujan Tika mencoba mencari pertolongan orang untuk suami tercintanya. Akhirnya Tika pun hamil. Menjelang ajalnya meski tidak secara eksplisit di perlihatkan, Pras mencoba menghibur Tika kalau anaknya itu nanti akan secantik Tika.Tika disuruh menjaganya. Langsung deh lagu Tak Ingin Sendirinya berputar……..

Soundtrack film ini sesuai dengan Judulnya adalah Tak ingin sendiri ciptaan Pance Pondakh yang dinyanyikan oleh Meriam Bellina. Lagu ini sangat popular di era 80an.

GURUKU CANTIK SEKALI / 1979




Film ini cukup bagus ketika saya menontonnya saat dulu. Saya semopat koleksi film ini dalam VHS, dan saya hafal scene by scenenya. Ceritanya cukup sederhana seperti pada umumnya komunitas asrama putri kristien sangat ketat dalam aturan-aturannya sehingga membuat diri asrama ini yang dihuni oleh para gadis perawan dari godaan laki-laki.

Suatu saat di dekat hari natal, asrama putri ini pergi camping ke sebuah pegunungan yang nyaman. Dalam perjalanan mereka, mereka bertemu segerombolan anak muda laki-laki dengan tujuan yang sama dengan mengendarai sepeda motor trail. Ini sangat kontras sekali settingannya. Yang gadis di protect oleh aturan asrama menggunakan mini bus, sedang sang lelaki menggunakan sepeda motor trail sebagai kebebasan anak muda. Terjadilah pandang-pandangan selama perjalanan itu, sang gadis hanya tersenyum dan senang serasa melihat dunia baru terhadap para lelaki itu, si lelaki pun juga begitu. asa suka sudah dimulai di awal film. Ini cukup luar biasa, ada rasa suka di awal film dan penonton juga merasakannya. Sang guru sibuk menghalangi pandangan-pandangan mereka itu dengan terus-terusan menutup horden dalam mini bus. Dan selalu dibuka kembali oleh para gadis itu untujk terus melihat sang lelalki.

Yang paling ganjil adalah mungkin jumlah lelaki dan gadis adalah sama, sehingga memungkinkan akhir cerita mereka berpasang-pasangan. Sedangkan sang guru bagaimana? Ternyata lelaki separuh baya yang kesepian di hutan lindung yang lulusan sekolah botani, menaruh hati dengan sang guru.
Sudah pasti hambatan yang terjadi adalah bagaimana guru ini membentengi murid gadisnya dari pengaruh lelaki itu. Apalagi lokasi perkemahan mereka tidak terlalu jauh.

Pada akhirnya semua menemukan pasangannya masing-masing. Sang ibu Guru yang tadinya kaku dan traumatik dengan pria, akhirnya menjadi jatuh dipelukan pria setengah baya sebagai penjaga hutan/resercher. Dan akhirnya Ibu guru tidak galak lagi sama murid asramanya untuk mengenal seorang pria.


Film ini sangat cocok sekali dengan anak muda saat itu, apalagi dengan bintang idola pasangan Rano Karno dan Liydia Kandow yang sangat populer dan icon saat itu. Banyak yang bertanya apakah film dan cerita ini Kriestien? Karena mulai dari temanya yang salah satu asrama putri Kriestien dan momentum Natal dan tahun baru, dan juga penayangan perdana film ini juga untuk liburan natal dan tahun baru, sehingga menjadikan film ini sangat Kristien sekali. Tetapi bukan berrati tidak baik? Mungkin salah satu film yang bercerita dan mengenai dan momentum Kriestien, tidak masalah bagi saya.

Cerita sangat bagus dan skenarionya mulus, juga Ida Farida sangat baik memfilmkan adegannya.

Sekelompok siswi SMA mengadakan wisata remaja dipimpin ibu gurunya yang cantik (Lenny Marlina). Mereka memperdalam pelajaran botani di sebuah hutan lindung. Pertemuan rombongan ini dengan sekelompok pemuda membuat ibu guru itu jadi pusing. Ibu guru tadi dilukiskan sebagai perawan tua yang membenci lelaki karena pernah dikecewakan. Akhirnya ia tertarik pada seorang sarjana biologi yang sedang memperdalam studinya di hutan tersebut. Banyak "filsafat" cinta dihamburkan oleh para pemainnya.

PEREMPUAN KEDUA / 1990



Perkawinan dr. Yanuar (Sophan Sophiaan) dan Rani SH (Widyawati) yang tenteram dan bahkan ingin dijadikan teladan, terguncang. Yanuar yang dijuluki suami teladan oleh rekan-rekan dokter sekerjanya, yang umumnya tak setia, menghadapi dua kasus hampir secara bersamaan. Lia (Novia Kolopaking) minta digugurkan kandungannya berkali-kali, tapi ditolak. Patricia (Ida lasha), peliharaan Primodarso (Zainal Abidin), tiba-tiba menyulut rutinitas dokter dan suami teladan tadi. Karena tak biasa berbohong, Rani langsung curiga. Percekcokan meningkat sampai Rani pulang ke rumah orangtuanya, sementara Yanuar seolah jatuh cinta seperti remaja kembali. Hubungan Yanuar-Patricia tercium Primodarso yang tak jelas posisinya tapi kaya raya dan punya banyak tukang pukul. Di ujung film mulai tampak kebetulannya. Lia yang ngotot digugurkan oleh dokter lain, membuat Yanuar terkena getahnya, karena Lia meninggal di tempatnya praktek. Rani bangkit membela suaminya. Ternyata Lia ini anak Primodarso, yang menyiksa Patricia karena hubungannya dengan Yanuar. Dalam keadaan luka parah Patricia ditolong oleh rekan-rekan Yanuar, namun kemudian menghilang dan menusuk mati Primodarso di saat yang "dramatis": sedang meresmikan sebuah panti asuhan.

BARANG TITIPAN / 1991



Unang, Miing dan Didin (anggota grup lawak Bagito) mempunyai usaha pengiriman barang. Pengiriman dilakukan dengan sepeda. Usaha ini banyak gagalnya. Lalu mereka merekrut tenaga pengirim wanita. Suatu hari mereka mendapat order mengirimkan tempat tidur antik. Ternyata kirimannya salah alamat. Dan tempat tidur tadi berkelana, hingga yang mengirim marah-marah karena didalamnya diselipkan sebuah berlian. Maka seluruh karyawan ramai-ramai mencari tempat tidur antik dengan segala macam cara. Setelah ketemu, ternyata pemilik mengatakan bahwa berlian itu belum diselipkan. Dan dia tidak jadi mengirimkan tempat tidur antik itu, dan menghadiahkan kepada mereka.

P.T. VIRGO PUTRA FILM

MERENDA HARI ESOK / 1981



Hendra (Fadly)adalah anak tunggal kesayangan sang ibu, menikah dengan Yulia (Mila Karmila). Kebahagiaan tak lama, karena kendungan Yulia harus diangkat dan tidak bisa hamil lagi. Fakta ini disembunyikan dari ibunya (Sofia WD).Sedangkan Yulia sempat kehilangan semangat hidupnya, meski kemudian mendapat hiburan dengan mengangkat dua anak.

Ibu Hendra tetap tak suka dengan tindakan mengangkat anak ini. Ia menginginkan cucu kandung. Setelah ayah Hendra meninggal, demi ibunya, Hendra menikah lagi, kendati pernikahan sandiwara saja. Yulia marah. Ibunya merasa dibohongi. Setelah semua fakta dibeberkan, Hendra dan Yuli kembali rujuk. Anak-anak juga diberi tahu siapa orangtua mereka sebenarnya.

PERAWAN-PERAWAN / 1981



Penampilkan perdana Meriam Belina.
Mengisaahkan sebuah asrama putri yang dihuni oleh para pelajar tingkat SLA di Bandung. Berbagai permasalahan muncul dengan problem sejumlah remaja di asrama dengan berbagai latar belakangnya. Anggi (Farah Meuthia) menyimpan dendam kesumat atas ayah tirinya (AN Alcaff) yang merampas kegadisannya, dan membuat ibunya (Sofia WD) terganggu kesehatan jiwanya. Dhani (Yatti Surahman) mengidap penyakit lesbi karena sejak kecil ayahnya mengharap ia lahir sebagai anak lelaki. Ratih (Lydia Kandou) selalu murung, karena ibunya bekerja sebagai hostes. Sedangkan Intan (Vita Yulianti)adalah teman mereka tempat mengadu. Ia suka membaca buku harian teman untuk bahan kesukaannya meramal. Wary (Paulina Djakman) si biang gosip, selalu sinis dengan apa yang dilakukan Intan.Ia suka menyebar gosip tentang teman seasramanya. Poppy (Meriam Bellina) lincah dan suka melucu. Intan suka mengkhotbahi temannya, suka menulis buku harian, mengarang buku tentang masalah yang dialaminya dan juga suka mengurus masalah orang lain.Inilah yang digunakan untuk menggambarkan seluruh penyelesaian masalah dengan karakter yang ada. Akhirnya mereka semua berpisah saat lulus sekolah dan bermimpi jadi sarjana yang berguna.

SEMUA SAYANG KAMU / 1989



Cerita ini dari kisah nyata
Nuraini (Neno Warisman) melahirkan bayinya lebih awal dari Kartini (Uci Bing Slamet). Salahnya, dia mengambil bayi dari kamar bayi untuk disusui tanpa seizin suster. Kartini curiga, karena bayinya berambut tipis dan berdahi lebar, sementara bayi yang ada di sisinya berambut tebal. Kartini dan suaminya, Suripno (Dian Hasry), merasa yakin bahwa bayinya tertukar. Kejadian ini dilaporkan pada suster. Nuraini menolak dan berkeras bahwa bayi itu bayinya sendiri, apalagi setelah ada surat keterangan dokter. Masalah ini akhirnya sampai ke pengadilan. Dan Nuraini dinyatakan bersalah.



06 Januari 1990
Dewi dan cipluk yang lamban

DEWI-CIPLUK, SEMUA SAYANG KAMU Pemain: Neno Warisman, Iyut Bing Slamet, Eeng Saptohadi, Dyan Hasri Skenario/Sutradara: Ida Farida Produksi: PT Tobali Film KASUS bayi Dewi dan Cipluk merebut perhatian besar ma- syarakat dan tak tertandingi oleh bayi-bayi yang lain. Bayi-bayi perempuan ini lahir 28 Maret 1987 di Puskesmas Cilandak, Jakarta Selatan. Namun, sampai ulang tahunnya yang pertama, keduanya tetap menjadi berita besar di koran-koran. Keduanya tertukar di Puskesmas. Namun. Nuraini tetap tak melepaskan bayi Dewi yang sejak awal dibawanya pulang dan diakuinya sebagai anaknya sendiri. Sedangkan Kartini, yang sempat sebelas hari memelihara Cipluk dan kemudian mengembalikan bayi yang bukan dilahirkannya ini, menuntut supaya Dewi dikembalikan kepadanya.

Pengadilan, akhirnya, menyelesaikan sengketa ini. Sebenarnya, kepastian bahwa kedua bayi itu tertukar sudah positif lebih awal, ketika pihak Puskesmas mengaku teledor dan pemeriksaan tes darah menunjukkan bukti-bukti yang jelas. Masalahnya bertele-tele sampai ke pengadilan karena Nuraini, yang buta huruf, tak mau percaya pada sesuatu yang "ilmiah". Sidang pun menjadi menarik karena, sebagai terdakwa, Nuraini tak mematuhi tata krama pengadilan -- karena memang ia tidak tahu. Maka, ketika kisah nyata ini diangkat ke layar perak, dan film beredar hampir setahun setelah "heboh" itu berlalu, yang enak ditonton hanyalah tokoh Nuraini yang dalam film disebut Nurani. Apalagi, Penyanyi Neno Warisman memainkannya dengan bagus. Keceplas-ceplosan Nurani dan "kebodohannya" menjadi hidup, dan Neno berusaha menirukan dialek Betawi yang kadang pas. Selebihnya, film ini lamban dengan gambar-gambar yang miskin. Memang, serba sulit. Sutradara dihadapkan pada sikap mendua -- mungkin juga karena ada faktor lain -- yakni antara menyajikan cerita yang berdasarkan fakta dan mengaburkan kenyataan itu.

Ida Farida memirip-miripkan nama tokoh-tokoh (Nuraini menjadi Nurani, Ambam menjadi Abam, dan seterusnya) serta mengaburkan nama-nama tempat, misalnya, tempat kelahiran Dewi-Cipluk. Sikap ini membuat film menjadi tanggung. Mereka yang mengikuti secara saksama kasus Dewi-Cipluk -- lewat pemberita- an koran atau hadir di persidangan setelah melihat film ini, tentu, banyak menjumpai kejanggalan-kejanggalan. Setting keluarga Nuraini dikatrol lebih "berada", keadaan rumahnya rapi, dan sulit akhirnya untuk bisa percaya bahwa ibu itu buta huruf. Dramatisasi berlebihan. Lihatlah bagaimana obrolan ibu-ibu kaya yang ingin mengadopsi Cipluk. Adegan itu menyindir, maunya. Lalu, tangis petugas Puskesmas (dalam film disebut Rumah Bersalin) ketika harus berpisah dengan Cipluk, setelah setahun lebih diasuhnya. Tangis itu berlebihan dan jadi antiklimak, apalagi saat-saat film berakhir ketika Cipluk diambil ibunya. Mestinya ada cara lain untuk menggambarkan bagaimana keterkaitan emosi seorang perawat (yang tentu saja berpendidikan) ketika berpisah dengan Cipluk -- tanpa harus meraung-raung. Bagi mereka yang "lupa" atau sama sekali tak mengikuti kisah sebenarnya, barangkali akan bertanya-tanya apa pentingnya kisah ini difilmkan.

Cerita itu menjadi amat sederhana: dua bayi lahir di satu tempat, kedua ibunya di satu kamar, satu ibu salah mengambil bayi. Ialu tertukar dan perkara sampai ke pengadilan. Proses pembuktian bahwa bayi itu benar-benar tertukar -- misalnya test darah dan analisa-analisanya -- kurang ditampilkan. Padahal, itu penting dan bisa ditampilkan dengan teknik kilas balik. Kehadiran Dewi dan Cipluk, di awal dan akhir film, bisa saja mengharukan bagi mereka yang memang tahu bahwa itu Dewi dan Cipluk yang asli. Tapi, bagaimana dengan penonton yang tak tahu? Satu contoh kisah nyata yang tetap menarik untuk dilihat filmnya adalah Arie Hanggara -- perbandingan sengaja dibuat dalam lingkup film nasional. Tragedi kematian Arie ini juga ramai diberitakan di berbagai koran dan majalah. Ketika diangkat ke layar film, kehidupan keluarga Arie Hanggara digali kembali. Pada Dewi-Cipluk hal seperti ini tak ada. Putu Setia

TANTE GARANG / 1983



Mira (Itje Trisnawati) adalah seorang gadis yatim piatu yang ikut bibinya, Surti (Rina Hassim). Berkat bimbingan Wisnu (Yos Santo), Mira berhasil menjadi biduanita lagu-lagu dang- dut yang digemari masyarakat. Akibat keserakahan Surti, para penggemar Mira mulai menjauhinya. Surti bahkan melarang Mira berhubungan lagi dengan Wisnu. Kekacauan situasi di rumah Mira membuat ketiga pembantunya, Benyamin (Benyamin S.), Basuki (Basuki), dan Icah (Laila Sari) berusaha menyingkirkan Surti dari rumah Mira. Didalangi oleh Benyamin, Surti betul-betul dibuat tidak kerasan lagi tinggal di rumah Mira. Kepergian Surti membuat suasana rumah kembali cerah. Wisnu tidak harus sembunyi-sembunyi lagi untuk bertemu Mira. Semangat Mira kembali muncul, dan berhasil sukses. Bersamaan dengan itu, Surti datang lagi, tetapi Mira tidak lagi mau menyerah kepada Surti. Cinta Wisnu kepada Mira tidak terhalang lagi, dan Surtipun akhirnya yang menyesuaikan diri.

ASMARA DI BALIK PINTU / 1984


 

Andika (Rano Karno) berhasil jadi arsitek berkat bantuan kakaknya Rendy (Kaharuddin Syah). Tiba-tiba ia kehilangan ingatan karena sangat terguncang saat melihat Melisa (Marissa Haque), pacarnya tergeletak tak benyawa. Melisa diperkosa orang. Saat Andika datang untuk minta maaf atas kejadian sehari sebelumnya, di mana Andika hampir bertindak melampaui batas. Berbagai cara ditempuh Rendy untuk menyembuhkan adiknya tetapi tidak berhasil. Suatu saat Rendy berjumpa dengan Nisye (Marissa Haque)seorang pramuria. Rendy minta Nisye membantu memulihkan ingatan Andika. Nisye yang pada awalnya terguncang melihat reaksi Andika, tersentuh akan kasih sayang kakak.

P.T. GARUDA FILM


MARISSA HAQUE
RANO KARNO
KAHARUDDIN SYAH
ZAINAL ABIDIN
EMMA SEMBIRING
WOLLY SUTINAH
H.I.M. DAMSJIK
WAYLAN GERUNG
IDA ROSWITA
DASRI YACOB