Tampilkan postingan dengan label KURNAEN SUHARDIMAN 1960-1979. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KURNAEN SUHARDIMAN 1960-1979. Tampilkan semua postingan

Jumat, 04 Februari 2011

KURNAEN SUHARDIMAN 1960-1979



Lahir Minggu, 05 Agustus 1928 di Surabaya. Pendidikan: Sarjana Muda Hukum UNPAD.Tahun 1961, untuk pertama kali Kurnain menyutradarai film "Kuntilanak" merangkap sebagai Penulis Skenario dan cerita. Kemudian dilanjutkan dalam film: "Nji Ronggeng" (1970), "Lampu Merah" (1971), "Kabut Di Kintamani" (1972). "Pemburu Mayat" (1972). Dalam waktu2 itu Kurnair bekerja di Avadara Film Inkopau sebagai Kepala Bagian Produksi.

KABUT DI KINTAMANI1972KURNAEN SUHARDIMAN
Director
LAMPU MERAH 1971 KURNAEN SUHARDIMAN
Director
KUNTILANAK 1961 KURNAEN SUHARDIMAN
Director
SI DJIMAT 1960 KURNAEN SUHARDIMAN
Director
PEMBURU MAYAT 1972 KURNAEN SUHARDIMAN
Director
SINILA1979KURNAEN SUHARDIMAN
Director

SINILA / 1979

PFN

Kawah Sinila di pegunungan Dieng meletus. Keluarga Warso dari desa Kepucukan harus menyingkir karena lahar menerjang desanya. Karena panik, Warso meninggalkan mbahnya yang sudah renta. Peristiwa itu membuat desa tak layak huni lagi dan penduduknya diminta bertransmigrasi. Warso berangkat dengan sedih hati karena mbahnya belum ketemu juga. Ternyata mereka jumpa di pemukiman transmigran Baturaja.

Peristiwa ini cukup tragis, dan ini peristiwa nyata.

PEMBURU MAYAT / 1972


Kisah kriminal dengan latar belakang kelainan jiwa nekrofil alias menyetubuhi mayat. Masalah berawal dari terbunuhnya seorang penari striptease dan mayatnya diperkosa. Bahkan mayat di kuburan juga sempat dibongkar dan diperkosa. Pemerkosanyalah yang lalu dicari polisi dengan cara mengumpan polisi cantik. Sang pemerkosa sempatjuga pacaran dengan Nenny Triana, pegawai klab malam, yang pandai karate. Lewat Nenny inilah akhirnya ketahuan siapa pemburu mayat itu.

KUNTILANAK / 1961

 

Tuty (Tien Rostini) pergi ke Bandung untuk mengunjungi pamannya yang bekerja sebagai juru kunci kuburan. Ia diantar seorang pemuda. Ketika sampai di kuburan dan Tuty terta-tawa, maka sang pemuda tadi lari terbirit-birit. Suara ketawa Tuty tadi dianggapnya mirip suara kuntil anak. Ketawa itu didengar Iskak juga yang lalu lari tunggang langgang. Maka berita kuntilanak menyebar. Justru Tuty merasa senang dengan berita itu karena akhirnya ia dapat pacar, Eddy Sud, wartawan yang ditugaskan meliput berita itu.

SI DJIMAT / 1960

 

Didi (Aam Harun) sangat keranjingan main kelereng dan punya gacoan yang dinamainya Si Jimat. Suatu hari sepulang membeli korek api atas suruhan ayahnya (Alam Surawidjaja), ia terbujuk untuk main kelereng dan lupa pulang. Keasyikan itu baru teralihkan waktu ada iringan sunatan. Mereka berhamburan mengikuti arak-arakan itu. Didi lupa Si Jimat dan korek apinya. Seorang anak menemukan korek api itu, memain-mainkannya hingga menimbulkan kebakaran besar. Dari pemeriksaan kemudian diketahui Si Jimat ada dekat korek api yang sedikit hangus. Ayah Didi marah, hingga Didi lari dari rumah sampai ke puncak bukit kapur. Ayah dan Ibu yang mencari-cari, menemukan tempat Didi, tapi tak bisa menolong. Bantuan helikopter AURI yang berhasil menyelamatkan Didi.

LAMPU MERAH / 1971

 

Suri (Sri Muljani) diculik dan diperkosa pemuda. Keluarganya yang gelisah, baru keesokan harinya didatangi polisi yang membawa Suri. Pacarnya yang takut dituduh, pulang kampung. Mula-mula yang dicurigai polisi adalah Asman, kawan Suri juga. Ternyata keliru, Asman dilepas. Giliran Budi (Iwan Hermawan), teman Surijuga, yang bergiat dalam narkotika, yang digrebeg, tapi berulang kali bisa lolos, sampai akhirnyatewas karena mobilnya masuk jurang. Budi ini yang kemudian terbukti memperkosa Suri, dan pacarnya yang merasa sudah aman kembali lagi.

KABUT DI KINTAMANI / 1972


 
Ada dua kisah. Pertama, Sotar (WD Mochtar) bersama tiga kawannya lari dari penjara Nusakambangan dan berlindung di sebuah gua di lereng Gunung Batur, Kintamani, Bali. Dari gua perlindungan itu ia beroperasi lagi mencuri dan merampok. Kedua, Ida Ayu Dewani (Cempaka Blanco), penari cantik di desanya, pacaran dengan Sugriwa (Arman Effendy), tapi Sebetan (Sentot S) berusaha keras merebutnya. Dua kisah tadi menjadi satu dengan diculik dan diperkosanya Dewani. Mula-mula sangkaan jatuh pada Sebetan, ternyata yang melakukan adalah Sotar dkk. Polisi dan Sugriwa yang sudah mencari Sotar, mulai mengerahkan tenaga. Alam ikut membantu. Gunung Batur meletus, hingga para penjahat itu satu-persatu mati, kecuali Sotar yang berduel dulu dengan Sugriwa. Sementara Dewani yang merasa sudah kotor, menganggap dirinya yang jadi sumber malapetaka desa dan ingin bunuh diri. Untung bisa disadarkan. Film ini tampaknya berniat menjual Bali sebagai daya tariknya.