Tampilkan postingan dengan label NAGA BONAR /1986. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label NAGA BONAR /1986. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 05 Februari 2011

NAGA BONAR / 1986

NAGA BONAR
BEST FILM FFI 1986
 

Banyak yang menilai hubungan Asrul Sani dengan Chairul Umam harmonis sering memfilmkan skenarionya saat itu, kenapa skenario film ini tidak jatuh ketangan Chairul Umam. Dan bagaimana seandainya skenario ini di filmkan oleh Chairul Umam, apakah akan menjadi lebih baik atau sebaliknya. Beberapa orang menganggap akan sama saja, ada yang menilai bahwa Chairul Umam terlalu sibuk dengan film lainnya, tidak ada waktu dan sebagainya.

Tokoh Naga Bonar (Deddy Mizwar), adalah seorang pencopet yang mendapatkan kesempatan menyebut dirinya seorang Jenderal di pasukan kemerdekaan Indonesia pada saat pasukan pendudukan Jepang mundur pada tahun 1945 dan Belanda berusaha kembali menguasai daerah yang ditinggalkan tersebut.
 
Pada awalnya Naga Bonar melakukan ini hanya sekedar untuk mendapatkan kemewahan hidup sebagai seorang Jenderal, akan tetapi pada akhirnya dia menjadi tentara yang sesungguhnya, dan memimpin kemenangan Indonesia dalam peperangan.

Tidak habisnya saya salut terhadap film ini, Film ini hadir disaat film Indonesia sedang suka-sukanya cerita tentang anak muda cosmopolitan, lalu muncul film ini. Dulu saya sempat nonton film ini 2 kali di bioskop. Awalnya saya tidak tahu kalau ini adalah Film Indonesia, karena posterfilmnya kerudung ibu Nagabonar lebih dominan dari pada yang lain. Dari jauh tampak kerudung itu seperti rambut wanita bule/karena putih. Sedang topi Naga adalah topi yang kurang umum di Indonesia, sehingga terkesan itu film asing, apalagi judulnya. Ternyata ini film Indonesia. Entah skenariona yang dasyat atau sutradaranya? atau keduanya kah? Kalau cerita ini untuk menyindir para Jendral karbitan (asal punya pangkat) saat itu bisa dibilang film ini cukup berani saat itu, maklum tahun itu Soeharto sedang jayanya. Bahkan digambarkan, orang inteleklah yang mencuri/korupsi beras dalam karakter Lukman, dia juga yang menghamili anak gadis orang juga. Orang yang pintar dalam sekolahan sebenarnya menggunakan kepintarannya untuk membohongi orang,  Bujang yang berjuang digaris depan, tidak mendapatkan pangkat berarti, sedang Lukman yang orang sekolahan tidak ikut berperang, korupsi dan punya pangkat lebih tinggi dari Lukman. Cerita tentang pangkat ini sangat menarik, apa definisi pangkat? Naga sendiri masa bodoh, karena mau berunding itulah, mereka membuat pangkat.

Sewaktu kuliah Pak Bustal Nawawi adalah dosen produksi film, di sempat bilang saat film itu dibuat, sangat alot diskusi adalah membuat tokoh Naga ini jelek, hingga pembahasan yang lama adalah sumpelan mulut naga agar tterlihat jelek. Maksudnya adalah, bagaimana tokoh yang sebenarnya jahat, ia mencopet, keluar masuk penjara, enggak mandi, pokoknya jeleklah untuk ukuran percintaan, sosok dan karakter tidaklah harus idola gadis. Tapi Asrul memasukan unsur yang membuat semua penonton lupa kalau dia itu jahat dan jorok. Yaitu memasukan unsur sisi baik si tokoh yang sangat sayang ibunya. Tidak ada Jendral yang bisa diperintah, kecuali ibunya. Ini yang membuat nilai sangat tinggi dalam karakter NagaBonar, selain sisi kejujurannya dalam berjuang.

Jendral yang mencopet alroji Jendral Belanda saat berunding, Jendral yang menangis bagai anak kecil ketika kematian Ujang, menggendong ibunya sendiri untuk mengungsi (ini adegan saya suka, sebelumnya seorang tentara menggendong ibunya, tapi tiba-tiba diludahi ibunya karena ia bau kambing, lantas Naga sendiri yang menggendongnya. Kebanyakan orang menonton film ini lucu, saya juga pendapat demikian. Tapi ini bukan hal baru saat itu. Ada film juga yang dihasilkan Tamu Agung (Usmar Ismail 1955 dan Kejarlah Daku Kau Ku Tangkap -Charul Umam 1986). Film-film itu adalah komedi, komedi yang tanpa bintang lawak, seperti yang sedang ramai saat itu.

Saat penonton ketawa nonton Naga bonar, sadar atau tidak, kelucuan itu bersumber pada penggambaran yang jujur dan polos, karena itu tawanya adalah tawa simpatik , yang kita tertawai adalah diri kita sendiri dalam waktu silam. Film ini tentang revolusi Indonesia, tanpa banyak gangguan sensor resmi maupun tidak resmi. Padahal dulu sempat dialami oleh film Darah dan Doa (Usmar Ismail 1950).
Baca Skenario asli oleh ASRUL SANI

NEWS
Naga Bonar: Kembalinya Harta Karun
Jenis film: Komedi/Drama
Pemain: Deddy Mizwar, Nurul Arifin, Afrizal Anoda, Wawan Wanisar, Piet Pagau, Roldiah Matulesy, Yetty Mustafa, Nico Plemonia, Kaharuddin Syah
Sutradara: MT Risyaf
Penulis skenario: Asrul Sani
Produser: Bustal Nawawi
Produksi: Prasidi Teta And Citra Sinema
Dua puluh dua tahun pita seluloid film Naga Bonar arahan sutradara MT Risyaf itu tersimpan di ruangan Sinematek. Kini, lewat perjuangan yang keras, film yang skenarionya ditulis secara bernas dan cerdas oleh mendiang budayawan Asrul Sani itu, akhirnya dihadirkan kembali kepada masyarakat.

Itu sebuah kerja keras yang perlu diapresiasi. Ia hadir untuk setidaknya memaknai momen seabad Kebangkitan Nasional.

Kehadiran kembali Naga Bonar, seperti dituturkan Deddy Mizwar, salah satu pemain yang menggagas pemutaran kembali film tersebut, diharapkan bisa memberi ruang bagi masyarakat untuk mengambil pelajaran darinya tentang nilai-nilai perjuangan dalam rangka memaknai momen 100 tahun Kebangkitan Nasional.

Tak mudah memang untuk bisa menghadirkan kembali Film Terbaik Festifal Film Indonesia 1987 (FFI 1987) ini dengan kualitas di atas rata-rata. Namun, berkat kegigihan Deddy dan sejumlah rekannya, film ini bisa dinikmati lagi dengan kualitas gambar dan sound yang sangat layak.
Meski tidak sedikit adegan terpaksa dipotong lantaran tak bisa diselamatkan dari jamuran, itu tak berarti membuat Naga Bonar kehilangan ruhnya. Seperti yang pernah dilontarkan mendiang Asrul Sani tentang skenario yang ditulisnya itu, ia ingin menyuguhkan sebuah cerita yang bisa menumbuhkan rasa persahabatan, kesederhanaan berpikir, dan memiliki nilai-nilai patriotisme.

Ya, meski film ini telah melewati zamannya, ruh yang dibangun dalam ceritanya masih terasa relevan dengan suasana kebangsaan saat ini. Lewat Naga Bonar, Deddy, peraih Citra untuk Pemeran Utama Pria Terbaik FFI 1987, memang berharap nilai-nilai yang ada dalam film tersebut menjadi hal yang bisa direnungkan kembali untuk kita bangkit menjadi bangsa yang besar dan dihargai. Dan, tema perjuangan, persahabatan, dan kasih sayang dalam film itu berhasil diracik lewat pendekatan komedi yang cerdas.

Naga Bonar, tokoh rekaan Asrul Sani, menjadi simbol dari tiga tema besar tersebut. Dikisahkan, Naga Bonar bukan sosok yang terpelajar. Ia hanya seorang mantan copet yang tergerak maju ke medan perang demi mempertahankan Tanah Air dari usaha pendudukan kembali pasukan penjajah. Ia mendaulat dirinya menjadi seorang Jendral untuk memimpin pasukan kemerdekaan Indonesia di wilayah Sumatera Utara. Dengan pangkat jendral itu, awalnya ia berharap bisa menikmati segala kemewahan. Tapi, kenyataan justru lain.

Naga Bonar boleh saja terlihat tampak bodoh. Tapi, di balik itu semua, ia sosok yang memiliki nilai-nilai hidup yang luhur. Kecintaannya terhadap Mak-nya (Roldiah Matulesy), persahabatannya dengan si Bujang (Afrizal Anoda), dan ketulusan cintanya pada Kirana (Nurul Arifin)--perempuan yang jadi tawanannya semasa bergerilya--merupakan gambaran betapa ia memiliki nilai-nilai tersebut.

Sosok Naga Bonar pada akhirnya diharapkan bakal menjadi jembatan bagi generasi muda untuk memahami siapa sebenarnya Naga Bonar, yang berhasil mencuri perhatian generasi MTV lewat film Naga Bonar Jadi 2, yang disutradarai dan dimainkan oleh Deddy.

Rentetan cerita yang disuguhkan dalam Naga Bonar Jadi 2 memang tak terlepas dari film pertamanya yang disutradarai MT Risyaf. Pertemuan Maryam dan Naga Bonar dalam Naga Bonar Jadi 2 bukan tanpa alasan. Adegan tersebut menjadi bagian yang mengharu biru, tentu saja bagi mereka yang pernah menonton versi pertamanya. Generasi MTV tentu saja menganggap pertemuan itu tak ubahnya sebuah reuni biasa. Tapi, jika anda termasuk mereka yang berkesempatan menyaksikan film pertamanya, tentu saja anda akan sangat berbeda memahami makna pertemuan tersebut.

Pada akhirnya, kehadiran kembali Naga Bonar, film yang nyaris terkubur itu, pantas diberi acungan dua jempol. Terlebih butuh usaha ekstra untuk bisa menghadirkannya kembali ke masyarakat melewati sebuah perjuangan yang panjang.

Diakui Deddy, tidak gampang untuk bisa mengumpulkan ulang para pemainnya demi melakukan proses pengisian suara atau dubbing kembali, mengingat kualitas film terdahulunya sudah dalam kondisi kurang prima. ''Menyamakan suara yang tentu saja berbeda dengan suara 22 tahun itulah yang paling sulit,'' ujar Deddy.

Belum lagi usaha melakukan restorasi yang tak gampang. Banyak seluloid yang telah berjamur dan membuat sejumlah scene tidak bisa diselamatkan.

Usaha keras juga dilakukan dengan mengajak kembali Franky Raden, music director, yang pada FFI 1987 meraih Piala Citra untuk ilustrasi musik, agar bisa terlibat kembali dalam proses penggarapan ulang film itu. Franky sengaja didatangkan dari AS untuk melakukan supervisi ulang penggarapan musiknya. Hasilnya? Ya, bangsa ini patut bersyukur karena harta karun tersebut kini telah kembali untuk dijadikan bahan perenungan atau mungkin sekadar bernostalgia

Minggu, 08 November 2009

Script Naga Bonar Scene 1-16 by Asrul Sani

Film NAGA BONAR

Script Naga Bonar Scene 1-16
SEQUENCE 1 

FADE IN 

1. TRADE MARK FADE OUT FADE IN 

2. EXT. SEBUAH POS PENJAGAAN TENTARA JEPANG DI MEDAN –SIANG 

Depan pos itu berdiri sebuah tiang bendera dan puncak tiang itu berkibar bendera jepang. Adegan ini dimulai dengan adegan MS BENDERA Jepang berkibar di puncak tiang, lalu kamera pan down kebawah sambil zoom – out. 

Di latar belakang kelihatan sebuah pos, depan pos itu berbaris empat serdadu Jepang yang siap untuk menggantikan penjaga yang berdiri depan sebuah rumah monyet. Mereka memberikan aba-aba lalu berjalan berbaris menuju penjaga yang bersiri depan rumah monyet itu. 

Upacara penggantian kawal pun berlangsung sedangkan di latar depan kelihatan membelakangi dua orang laki-laki yang seorang Nagabonar dan yang seorang lagi Bujang. Mereka menonton upacara genti kawal tentara Jepang itu. 

Bujang: Enak juga jadi serdadu bang. Makan dapat, rokok dapat. Kerja tak ada. 

Nagabonar: Siapa bilang? kita lebih enak. Tak ada yang memerintah. Kalau mau prei makan sekali-sekali masuk penjara. 

Bujang membalik. Lalu kelihatan mukanya yang kumal dan dahinya ditumbuhi janggut yang jarang karena tak pernah dicukur. Ia melihat kekiri-kekanan lalu berkata. 

Bujang: Banyak bendera merah putih bang. 

Nagabonar membalik. Nagabonar juga kelihatan kumal dengan dagu tak dicukur. 

Ia menyandang kain sarung dan seperti Bujang bajunya juga kotor. Setelah memperhatikan bendera merah putih yang banyak dipasang depan rumah penduduk ia berkata pada Bujang. 

Nagabonar: Hari besar rupanya. 

Bujang: Apa mungkin karena hari ini kita keluar penjara? 

Nagabonar: Tikus-tikus macam kita siapa pula yang peduli. Kita cari bang Pohan. Kalau dia tak tahu, tak ada lagi orang di Medan ini yang tahu. 

Mereka berbalik lalu mulai berjalan. 

3. EXT. SEBUAH JALAN DI MEDAN – SIANG 

Bujang dan Nagabonar berjalan menyusuri jalan itu. Disana sini kelihatan orang berbaju karung. Dua orang perwira Jepang berpapasan dengan seorang perwira lainnya. Mereka saling membungkuk memberi hormat. 

Nagabonar berjalan di dekat perwira yang mengenakan arloji tangan dipergelangan kirinya. Kelihatan ia sedikit menyenggol perwira utu. Para perwira itu saling memberi hormat sementara Nagabonar dan Bujang sudah menjauh. Perwira-perwira itu berpisah. Tapi tiba-tiba yang seorang (yang tadi mengenakan arloji dipergelangan kirinya) berhenti lalu memperhatikan pergelangan kirinya dimana arloji itu tadi berada tapi sekarang tidak ada lagi. 

Perwira 1: Nani ka ? 

Perwira itu tidak menjawab tapi cuma berbingung-bingung karena arlojinya lenyap begitu saja. Keduanya kemudian mencoba mencari arlojinya itu ditanah. 

4. INT. SEBUAH KEDAI KOPI – SIANG 

Lantai kedai kopi itu terbuat dari papan. Disebuah meja duduk Nagabonar, Pohan dan Lukman. Nurdin kelihatan asyik menulis disecerik kertas kecil sedangkan Lukman duduk termangu-mangu didepannya. 

Di hadapan mereka terletak dua buah gelas kopi yang agak kecoklat-coklatan warnanya. Lukman minum kopinya sambil mengernyitkan dahinya kaarena kopi tidak enak. 

Lukman: Kopi apa ini, Murad. Itulah kalau guru sekolah buka kedai kopi, mana lumpurpun ia tak tahu. 

Murad: Jangan banyak cakap kau Lukma. Air selokanpun kau minum. 

Lukman: Jangan begitulah, Murad. Biarpun buruk begini, aku ini anak HBS. 

Nurdin Pohan selesai menulis. Sambil menarik nafas ia berkata

Pohan: Selesai. Coba kau dengar. 

Pohan mulai membaca sedangkan Lukman dan Murad Mendengarkan. 

POHAN: 

Hai pemuda Indonesia, bangkitlah kau semua. Negeri kita sudah merdeka Genderang perang sudah berbunyi dengarkan panggilan ibu Pertiwi! Pohan berhenti menbaca. 

POHAN Bagaimana ? 

LUKMAN Bagus ! 

Waktu itu masuk Nagabonar dan Bujang terus mendekati meja Pohan. 

POHAN Dari mana saja kalian ? Orang sudah mau perang. 

NAGABONAR Perang? 

POHAN Ya, kalau Belanda kembali lagi, kita lawan. 

BUJANG Tadi banyak bendera kulihat. 

POHAN Kemerdekaan Indonesia sudah diproklamasikan di Jakarta. Tidak tahu kailan ? 

NAGABONAR Biarlah kami baru istirahat. 

LUKMAN Beli rokok dulu bang. Sudah dua minggu tak berasap mulutku. 

Nagabonar mengeluarkan sebuah arloji dari kantongnya (arloji yang tadi dipakai perwira Jepang). 

NAGABONAR Murad, berapa kau mau beli ? 

Murad memperhatikan arloji itu sambil berkata. 

MURAD Murah ini harganya ....... 

POHAN Arloji siapa lagi yang kau copet ? Rakyat ini sudah miskin, masih kau copet juga. 

NAGABONAR Ini arloji kapten Jepang. 

LUKMAN Punya Jepang ? 

POHAN Betul-betul hebat kau. 

NAGABONAR Siapa bilang Nagabonar tak hebat. 

Tiba-tiba dia diam. 

NAGABONAR Jang, jang. Datang lagi dia Jang. Kaus kaki. 

Bujang mengeluarkan sepasang kaus kaki putih yang sudah bolong ujungnya lalu memberikannya pada Nagabonar. Nagabonar mengenakan kaus itu. 

BUJANG Teh panas, teh panas. 

NAGABONAR Selimut Jang. 

POHAN Kenapa kau ? 

NAGABONAR Biasalah. 

Tiba-tiba badan Nagabonar menggigil sejadi-jadinya. Ia berteriak. 

NAGABONAR Teh panas, teh panas. 

Murad datang berlari membawa teh panas. Nagabonar berpegang ke meja sehingga meja itu ikut bergoyang. Sendok-sendok di tasnya bergemerincing dan gelas tumpah. Bujang juga ikut memegang maje itu supaya jangan bergoncang. 

NAGABONAR Jangan meja kau pegang. Dinding pegang. Nanti roboh dia meninggal awak. 

Bujang memegang ting kedai kopi itu. Murad meminumkan teh panas. Nagabonar berhenti gemetar. Ia ..... keringatnya di kening. 

POHAN Kenapa kau ? 

NAGABONAR Sudah. Tak apa-apa lagi bang. Sudah lewat dia. Aku ini tak ubahnya ........ kereta Medan belawan. Asal lewat dia, rumah Mak si Bujang bergoyang. 

POHAN Kau sakit Naga ! kau harus kedokter. 

NAGABONAR Dokter mana pula yang dibayar tak mau. 

POHAN Kita kedokter Zulmi. 

Mereka berdiri dan membawa Nagabonar, setelah Nagabonar membuka kausnya dan menyerahkannya pada Bujang. Pohan menarik Nagabonar dan bersama dengan Lukman dan Bujang mereka pergi. 

5. INT. KAMAR PRAKTEK DR. ZULMI – SIANG 

Nagabonar berbaring diatas divan orang sakit, sedangkan Dr. Zulmi memperhatikan bagian dalam kelopak mata bawah Nagabonar. 

DR. ZULMI Malaria. 

NAGABONAR (pada Pohan) kan kau kubilang.... 

DR. ZULMI Apa yang kamu bilang ? kamu mesti diobat. Rumahmu dimana ? 

NAGABONAR Di Medan. 

DR. ZULMI Saya tahu di Medan 

Ia memperhatikan Nagabonar sebentar lalu ia tersenyum. 

DR. ZULMI Kau sering kulihat dikawasan. Kau kerja disana ? Kalau kau takpunya rumah kau boleh tinggal disini dulu. Ia berjalan kepintu lalu memanggil anaknya. 

NAGABONAR Tak usahlah....... 

DR. ZULMI Kirana ! Kirana masuk. Ia seorang gadis segar yang cantik. 

KIRANA Ya, pa. 

DR. ZULMI] Zeg evanan Amil opdat hij de actherkamer opruimt, ik heb een patient....... 

KIRANA Goed, pa. 

Kirana memandang sebentar pada Nagabonar lalu keluar lagi. 

DR. ZuLMI Tunggu sebentar ya. Nanti anak saya akan mengurus kamu. 

POHAN Ongkosnya berapa dokter. 

DR. ZULMI Buat apa bicara ongkos. Mana kalian punya uang ? Bagai mana kabar perkembangan politik Pohan ? 

POHAN Masa dokter masuh bertanya. 

Dr. Zulmi itu keluar. 

BUJANG Barangkali dia mata-maata Belanda. 

Dari luar kedengaran radio di bunyikan. Kirana msuk membawa segelas teh lalu mengangkat kepala Nagabonar dan meminumkan teh itu pada Nagabonar. 

RADIO (off) Disini radio republik Indonesia dengan warta berita. 

6. INT. RUANG TENGAH RUMAH DR. ZULMI – SIANG 

Dr. Zulmi berdiri dekat radio, dari dalam kamar praktek keluar Pohan bersama Lukman dan Bujang. Mereka berdiri mengitari radio. 

CU RADIO RADIO 

Pasukan Inggris yang pertama-tama telah mendarat di tanjung priok. Ternyata kedatangan mereka diikuti oleh tentara Belanda. Semua ini memang telah diperkirakan. Pemerintah Indonesia akan mengajukan protes. 

7. EXT. SEBUAH GEDUNG TUA – SIANG 

Depan gedung itu kelihatan tiang bendera dipuncak tiang itu berkibar bendera Belanda. Sebuah bom meledak di halaman gedung tersebut hingga tiang bendera itu tercabut dan rebah. Dilatar belakang terdengar komentar. 

RADIO Dimana-mana Belanda membuntuti tentara serikat yang mendarat lalu mulai melakukan provokasi-provokasi. Api barkobar membakar gedung tua itu. 

DISSOLVE INTO 

8. EXT. JALAN RAYA – SIANG 

Kelihatan pejuang-pejuang berlarian sambil menembak dan bersembunyi. 

RADIO Rakyat mengadakan perlawanan. Siapa saja yang sehat dan kuat, bersenjatakan apa saja, maju kegaris depan dengan tekad merdeka atau mati. 

DISSOLVE INTO 

9. EXT. SEMAK-SEMAK DIPINGGIR JALAN – SIANG 

Kelihatan Nagabonar. Ia masih mengenakan pakaian yang baisa ia pakai. Dengan bersenjatakan pistol dan didampingi oleh Lukman dan Murad ia kelihatan memberi aba-aba pada pasukannya. Seorang pejuang melemparkan granat kearah konvoy Belanda yang lewat. Nagabonar kelihatan memberikan perintah dengan tangan kirinya. Kelihatan pejuang-pejuangnya yang berada disebelah kiri maju sambil menembak dan berteriak. PEJUANG Merdeka, merdeka ! 

RADIO (off) Pasukan rakyat yang didampingi oleh Nagaboner berhasil menghancurkan musuh. 

DISSOLVE INTO 

10. EXT. MARKAS PERJUANGAN – SIANG 

Kelihatan beberapa orang digiring masuk markas itu. 

RADIO (off) Sementara itu digaris belakang diadakan pembersihan terhadap mata – mata musuh dan penghianat – penghianat. 

DISSOLVE INTO 

11. EXT. DEPAN RUMAH DR. ZULMI – SIANG 

Pasukan rakyat yang kelihatan berwajah kejam dipimpin oleh Mariam mengepung rumah Dr. Zulmi. 

RADIO (off) Dr. Zulmi seorang dokter terkenal ternyata seorang penghianat. Pasukan rakyat dipimpin oleh meriam terlah mengepung rumah dokter penghianat itu. tapi mata – mata itu sidah melarikan diri ke kampung Nica. Pejuang – pejuang Mariam mendobrak pintu lalu masuk kedalam rumah. 

12. INT. RUMAH DR. ZULMI – SIANG 

Pejuang – pejuang itu masuk lalu merusak segala yang ada didalam rumah. Beberapa orang mencopet barang – barang lepas yang ada diatas meja, seperti asbak dan sebagainya. Mariam masuk. Diatas meja makan kelihatan beberapa potong roti dan beberapa potong keju. Mariam duduk dimeja makan. Ia makan roti. Seorang pejuang datang melapor. 

PEJUANG Seluruh rumah sudah diperiksa. Kosong. 

MARIAM Anak perempuannya mana ? 

PEJUANG Tidak ada. Kudanya juga tidak ada. 

Mariam kelihatan marah sekali. Ia memukul meja dengan tangannya. Kemudian ia membuka tangkep roti yang sedang ia makan lalu ia perlihatkan pada pejuang itu sambil berkata. 

MARIAM Kalian lihat. Keju ini bukti ia betul – betul mata – mata Belanda .....Pasti ada yang berkhianat. Siapa kiranya yang menculik anak perempuan itu ? Pengikut – pengikutnya diam. 

13. EXT. DAERAH BERBUKIT – BUKIT – SIANG 

Kelihatan Nagabonar lagi meneropong ke arah jalan. Sekarang penampilannya sudah lain. Ia memakai topi vilt yang pakai jambul. Dibagaian samping topi itu kelihatan sebuah kokarde merah purtih yang terbuat dari kain. Ia memakai kemeja lengan panjang. Pinggangnya diikiat dengan kain berwarna merah putih. Celananya dril dan kakinya kelihatan sepatu tinggi. Dipinggangnya terselip sebuah pedang semurai yang panjang. Dikiri kanan pinggangnya tergantung holster yang berisi pistol sedangkan dibahunya terselempang bandolir berisi peluru senapan mesin. 

Disampingnya berdiri Lukman juga sudah mengenakan pakaian perjuangan. Begitu juga Murad dan seorang yang bernama Barjo serta Bujang. Disamping Bujang kelihatan sebuah bangku brendah sedangkan disamping Nagabonar ada sebuah senapan mesin. Melalui teropong kelihatan iring – iringan konvoi Belanda. Nagabonar memberi perintah. 

NAGABONAR Pasukan tank maju ! 

Lukman berteriak mengulangi perintah Nagabonar. 

LUKMAN Divisi tank maju ! 

14. EXT. DI BAGIAN LAIN BUKIT – BUKIT – SIANG 

Kelihatan empat buah gerobak berisi batu – bati besar sudah disiapkan dilereng bukit. Beberpa orang pejuang mendorong gerobak – gerobak itu hingga meluncur menuruni lereng dengan cepat terus kejalan raya. 

15. INT. JEEP BELANDA - SIANG 

Diambil dari dalam jeep melalui kaca jeep. Kelihatan gerobak – gerobak itu menuruni lereng bukit lalu pecah di jalan hingga jalan tertutup. Dilatar depan kelihatan punggung dua orang tentara Belanda. Yang disebelah kanan rupanya seorang perwira. Ia mengangkat tangannya memberi tanda untuk berhenti. Dari jeep itu kelihatan Nagabonar diatas bukit menaiki suatu tempat ketinggian dan berdiri memandang kearah konvoi Belanda itu sambil melipat tanganya di belakang (gaya napoleon). 

PERWIRA God daar is die geke vent weer. 

TENTARA BELANDA (off) Wie luitenant ? 

PERWIRA BELANDA Nagabonar ! Perwira itu melompat keluar. 

16. EXT. SEBUAH JALAN SEKITAR PERBUKITAN – SIANG 

Serdadu – serdadu Belanda berlompatan dari atas truk, bersiap – siap untuk melakukan serangan. Beberapa orang memasang mortir. Dari tempat mereka masih kelihatan Nagabonar berdiri ditempat tadi. Kedengaran perintah. 

PERINTAH Vuur ! Peluruh mortir itu meledak didepan Nagabonar. Debu membumbung keudara. Dan waktu debu itu sudah hilang, Nagabonar sudah tak kelihatan lagi. 

PERWIRA BELANDA Weg Nagabonar ! Now, det is vlug geddan