Tampilkan postingan dengan label NYA ABBAS AKUP 1954-1990. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label NYA ABBAS AKUP 1954-1990. Tampilkan semua postingan

Minggu, 06 Februari 2011

NYA ABBAS AKUP 1954-1990


MENGENAL NYA ABBAS AKUB

ULASAN FILM-FILM NYA ABBAS AKUB

Saya penggemar berat film Beliau, karena saya suka dengan komedi. Abbas bisa dibilang bapak film komedi Indonesia, yang dimana komedinya sangat kreatif dan juga penuh dengan kritikan. Oleh karena itu komedinya tidak banyak mendapat celaan dari sesama temannya dalam film. Bahkan banyak yang salut atas filmnya. Masih salut dengan sutradara lama tentang kepekaan mereka melihat situasi sosial, politik, budaya, ekonomi, agama dan mistik yang terjadi di Masyarakat Indonesia saat itu. Ketika kita menonton film mereka, kita tahu tahun berapa saat cerita itu bergulir, dan tahun berapa juga pembuatannya, beda dengan yang sekarang, kita tidak pernah tahu. Nya abas akup sangat Ke Indonesian sekali, saya suka dia mencapurkan budaya Amerika dengan Koboinya tetapi tetap memasukan khas Indonesianya. Seperti Jagoannya tidak minum Jack Daniels/beer ketika di Bar, tetapi beras kencur. Seorang bartender sedang mengulek sambal terasi di meja bar dan para penjahat datang minta makan dengan pesanan petai. Dia mencapurkan settingan bar ala koboi dengan rumah makan padang/warteg. Ini yang lucu sekali. Dukun palsu juga dimana waktu dulu masyarakat lebih percaya dengan dukun, fenomenal yang terjadi di masyarakat kita dia gambarkan dalam film itu. Dia adalah bapak komedi film Indonesia yang masih terus dipakai dalam film-film komedi saat ini.

Satu diantara sutradara kita yang disebut-sebut sebagai sutradara laris sekarang ini adalah Nyak Abbas Acup. Ia pernah dapat kesempatan belajar keluar negeri ketika masih bekerja di Perfini membantu Usmar Ismail (alm). Filmnya yang pertama berjudul “Heboh”. Kemudian film-film lain setelah itu: Tiga Buronan, Jenderal Kancil, dan lain-lain. 

Kemudian ketika jaman sepi produksi film nasional Nyak Abbas dapat kesempatan untuk membuat film satire “Matt Dower”. Cuma sayang karena situasi politik pada waktu itu maka film ini tidak dapat beredar. Ketika itu tahun 68-69. Kemudian tahun selanjutnya dia mendapat kepercayaan bikin operette pop pertama berjudul “Dunia Belum Kiamat”. Film-film yang lain: Catatan Harian Seorang Gadis, Ambisi, Bing Slamet Koboi Cengeng, Ateng Minta Kawin, Dracula Mantu, Cewek Badung. Dan terbaru yang akan digarap adalah “Kampus Biru”. Ciri dari sutradara ini, setiap dia menggarap film, maka tampangnya biar sekelebatan hadir.


Oleh Soemardjono
Awalnya hanya sebuah iklan di harian PEDOMAN, INDONESIA RAYA dan MERDEKA. Iklan Ini mengundang anak muda , lulusan SMA untuk dididik menjadi asisten Sutradara, asisten juru kamera, asisten Penata Artistik dan asisten Editor. Tahunya berbondong-bondonglah anak muda lulusan SMA, bahkan tak sedikit pula yang sudah mahasiswa, telah mendaftarkan diri diperusahaan N.V. Perfini jalan Menteng Raya. Dalam ujian itu ditanyakan siapa Shakespier, Bernard Show, Andjar Asmara, Armen pane, dan Raden Saleh. Hamlet karya siapa. Apa judul asli THE LONG MARCH. Apa kepanjangan dari PFN. Uraikan apa arti Soneta, Puisi, Syair, Sajak, pantun dan Prosa. Pokoknya ujian itu cukup serem, sulit dan berbelit, sehingga dari kurang lebih 200 calon hanya lulus dua puluh lima orang. Bung Usmar lsmail berbangga hati, karena dari calon-calon itu terdapat nama, MD Aliff eks Letnan satu TNI putra Minangkabau, Suwargono mahasiswa Ul anak Jawa, Nur Alam Putra Makasar Abdul Moeis, mantan penvira CpM. Nya Abbas Akup, mahasiswa FHUI putra Aceh dan lain-lain yang mencerminkan kelompok anak muda dengan pendidikan dasar yang cukup dan berasal dari pelosok- pelosok Tanah Air Indonesia. Satu- satunya calon wanita yang lulus adalah Sriyani gadis Jawa "jebolan" ITB jurusan Seni Rupa. Anaknya manis, karuan saja menjadi bunga. Sriyani kemudian menjadi asisten Penata Artistik dibawah bimbingan Basuki Resobowo. Ujian akhir dari kursus Sinematografi PERFINI dilaksanakan. Semua peserta hadir, kecuali seorang bernama Nya Abbas Akup. Beberapa hari kemudian, Nya Abbas Akup muncul di kantor Perfini.

Dia minta maaf tidak dapat hadir pada waktu ujian. Alasannya, pada waktu bersamaan Nya Abbas juga harus menempuh ujian di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Sesuai dengan peraturan, seorang peserta kursus Perfini yang tidak disiplin otomatis gugur. Dengan sendirinya Nya Abbas kena peraturan ini. Tapi entah bagaimana caranya, dia dapat dispensasi khusus dari Bung Usmar. Dan saya mendapat kewajiban mengujinya secara khusus. Saya menaruh simpati pada anak muda ini yang umurnya pantas menjadi adik saya. Nya Abbas menjawab pertanyaan dengan sikap yang pasti. Kadang-kadang dia membuat contoh dengan humor-humor ringan. Ujian itu kemudian menjadi sebuah formalitas saja.

Nya Abbas pun resmi menjadi bagian daria Perfini, mendapat pelatihan dan ikut dalam produksi
Harimau Tjampa /Asisten Sutradara/ 1953
, Tiga Dara /Pemain /1956
Asmara dan Wanita /Cerita, skenario /1961
Penjeberangan /Pimpinan Produksi, ko-skenario /1963
Kampus Biru /ko-skenario /1976
Baig Kojak/ Cerita /1977
Petualang Citik /Skenario /1977

Pada saat itu NV Perfini sedang membangun studio film di desa Mampang Prapatan. Dan dalam persiapan produksi film berjudul "KAFEDO". Sebuah adaptasi dari sandiwara radio karya B. M. TAHAR. Dan B. M. TAHAR mulai bergabung dengan Perfini sebagai penulis skenario. Bung Usmar yang baru saja kembali dari studi perfilm di Amerika Serikat, menerapkan manajemen produksi film dengan gaya baru yang amal intensif. Lulusan kursus Perfini dalam manajemen itu mendapat tempat yang terhormat. Salah satu dari sistem manajemen itu adalah kegiatan SCRIPT CONFERENCE, yaitu rapat khusus untuk membicarakan skenario. Sekaligus sistem ini juga menjadi cara yang amat efektif untuk belajar menulis skenario yang benar. Sejak itu, ketentuan posisi kamera seperti long shot, medium shot. close shot dan sebagainya tidak lagi dicantumkan dalam skenario. Skenario menjadi daftar murni tentang adegan yang menjadi konsep dasar sebuah film. Berbagai aspek Tata Kamera atau Sinematografi benar-benar menjadi sarana atau metoda penyutradaraan. Nya Abbas Akup tercatat sangat rajin mengikuti rapat serupa ini. Dan dalam produksi KAFEDO dia dipilih oleh Usmar sebagai asisten Sutradara. 


Di Perfini ada peraturan, tidak sembarang orang boleh mengikuti pemutaran Rush-Copy (hasil cetakan pertama yang baru saja keluar dari laboratorium. Saya sebagai kepala Editing berkewajiban membuat daftar siapa saja yang boleh mengikuti pemutaran Rush-Copy itu. Nama Nya Abbas tentu ada di daftar itu. Tapi, entah bagaimana daftar yang diketik rapi itu setelah sampai ditangan Nya Abbas bertambah panjang dengan beberapa nama (dengan tulisan tangan ) orang-orang yang sama sekali tidak berhak, mbok Rin pelayan studio, Pak Marto penjaga gudang, Bung Salim pegawai administrasi, Bung Rojali penjaga malam dan sebagainya. Wah, saya tersinggung juga.

Saya datangi Nya Abbas dengan agak emosi, saya tuduh dia menghina peraturan Perfini. Eh, dengan enteng dia menjawab kalau dia main-main saja. Dengan berkelakar dia menyebut masalah demokrasi, tentang hak rakyat kecil di lingkungan studio Perfini. Tapi Dia minta maaf dan menganjurkan agar lain kali kalau saya marah lagi, jangan saya mendatangi dia, tapi dia yang harus dipanggil, begitu sikap pemimpin yang baik katanya. Nya Abbas memang suka jahil untuk melampiaskan rasa humornya. Lama-lama saya memahami juga sifatnya itu. Mas Manto amat sayang padanya. Mas Manto sungguhpun menduduki posisi yang amat penting dalam Dewan Direksi Perfini, setelah Bung Usmar tapi suka iseng seperti Nya Abas. Dia suka menyebut Abbas itu, nakal tapi menarik. 


PERFINI tidak berhasil baik dalam memasarkan film-filmnya. Sungguhpun film-film Perfini karya Usmar lsmail dan Djayakusuma selalu mendapat tanggapan penuh rangkaian bunga yang indah dari Pers Film Indonesia.  Film Perfini kurang merakyat. Dalam kondisi seperti itu Perfini mengalami kesulitan keuangan. Kemudian, muncul sebuah gagasan yang "revolusioner" Bagai- mana kalau kader-kader perfini diberi kesempalan membuat film sendiri. Baik, sejak itu kader-kader itu diminta secara kolektif menciptakan cerita dan skenarionya. Muncullah Nya Akub sebagai hero. Dia amat kreatif dan aktif . Dalam waktu singkat, atas kepemimpinan Akub kader-kader Perfini berhasil mengajukan proposal kepada Dewan Direksi Perfini, lengkap dengan skenario, rincian/bagan produksi dan rencana biayanya. Satu-satunya Perfini mengatakan: Biaya produksi harus ditekan semim mungkin. Nya Abbas ditunjuk sebagai sutradara. Seluruh awak produksi terdiri dari para kader yang telah terlatih. Judul filmnya,,HEBOH,,. Sebuah istilah dari Batak yang kemudian menjadi amat populer. Mang Udel dan Mang Cepot yang sudah amat poputer di RRI Jakarta dipilih menjadi pemeran utama.

Sejak awal, Nya Abbas memang sadar akan membuat komedi slepstick. Sebuah film banyolan yang kelewat lucu oleh situasi konyol. Pemotretan (shooting) berjalan amat lancar dan penggunaan bahan baku irit ( hemat ) sekali. Nyaris satu berbanding satu. Waktu pemutaran Rush-Copy, Nya Abbas minta izin saya agar penontonnya tidak terbatas. Dia ingin memperoleh sambutan spontan untuk mengukur apakah filmnya bakal sukses. Benar juga, penonton Rush- Copy tidak dapat menahan ketawa, semua terpingkat-pingkal kecuali Usmar lsmail hanya tersenyum-senyum saja. Saya pribadi merasa sangat puas. Bukan karena filmnya; tapi Nya Abbas ternyata "murid " yang baik. Dia praktekan berbagai trik-trik yang saya ajarkan pada waktu kursus dulu, terutama tentang penggunaan kamera secara terbalik dan bagaimana editing dapat digunakan untuk membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Dalam film Heboh itu, Mang Udel mendadak saja dapat mengendarai sepeda beroda satu. Dan berkali-kali berjalan mundur dengan kecepatan yang amatinggi.......... Heboh menjadi film komidi yang amat sukses. Dan Nya Abbas diam-diam telah menjadi dewa penolong bagi Perfini. Kader-kader Perfini mulai tampak kemampuannya, namun Nya Abbas tetap saja menjadi bintangnya. Film kedua Nya Abbas berjudul "JUARA 1960" juga sebuah film slepstick yang dibintangi oleh Mang Udel dan Mang Cepot. Sungguhpun film ini juga sukses, tapi Nya Abbas menjadi jenuh. Dia mengajukan usul membuat film anak-anak. Dia memilih cerita anak-anak karya ALWi DAHLAN. Yang setelah melalui proses penulisan skenario olehnya bersama penulis ceritanya, film itu dirubah judulnya menjadi JENDRAL KANCIL.

Film ini mendapat tanggapan publik luar biasa, tidak hanya komersial tetapi juga mutunya dipuji oleh siapa saja. Bahkan para ahli menganggap film ini adalah film anak-anak Indonesia yang sangat edukatif Sampai pada saat itu, sungguhpun telah mencapai sukses berulang kali belum juga terjadi perubahan sikap pada pribadi Nya Abbas. Dia tetap amikal dan bersemangat tinggi. untuk mengembangkan karirnya sebagai sutradara. Honorariumnya tetap kecil, tapi dia sama sekali tidak pernah mengeluh. Pada suatu hari NYa Abbas menyatakan kepada saya bahwa dia berniat membuat film detektif . Rupanya dia memang penuh fantasi yang variatif. Tapi beberapa minggu kemudian saya sebagai salah seorang anggota Direksi mendapat skenario berjudul TIGA BURONAN. Dalam proposalnya Nya Abbas mencalonkan Bing Slamet sebagai peran utama. Setelah skenario itu sempat saya baca, biasa sebagai persiapan rapat Dewan Direksi perfini, saya sempat menegur Nya Abbas. "Bas. kau mau membuat komedi lagi, katanya mau membuat film detektif". "Ah, enggak" jawabnya. Bagaimana tidak kalau peran utamanya Bing Slamet. Lalu dia bicara panjang lebar tentang Gagasannya. Dalam film "Tiga Buronan" Bing Slamet harus benar- benar acting sesuai dengan perannya sebagai "BOSS" penjahat. Bing Slamet sama sekali dilarang melawak. Bing Slamet akan didampingi oleh Tukijo dan Menzano, bukan oleh Ateng dan lskak. ldea Nya Abbas ini dapat menjadi tantangan luar biasa. Tapi apa mungkin terlaksana, sebab Bing Slamet itu sudah menyatu dengan pribadinya sebagai pelawak yang amat terkenal. Dalam rapat Direksi Perf ini saya menyokong gagasannya.

Dan dalam rapat Direksi itu diputuskan Nya Abbas boleh melaksanakan projeknya. Di mata saya, dengan Tiga Buronan ini Nya Abbas tampak makin matang sikapnya sebagai sutradara. Dan kemajuan-kemajuannya tampak sekali dalam menentukan konsep dasar tematiknya, dan pengadeganan. Juga dalam menggunaan aspek-aspek sinema berarti lebih jelas sebagai upaya kedekatan Sinematik. Hasilnya tampak sekali, pada upaya perhatian penonton Nya Abbas melaksanakannya dengan penuh kesadaran. Sayang sekali gagasannya untuk membuat detective Story" tidak tercapai. Kehadiran Bing Slamet dimata penonton tak dapat dirubah oleh gagasan Nya Abbas.

Namun demikian TIGA BURONAN berhasil menampilkan profil pedesaan yang tidak terjangkau oleh aparat keamanan. Barangkali tidak banyak yang tahu, bahwa "TIGA BURONAN" Ditolak oleh Badan Sensor Film. Alasannya, film ini dapat menstimuir timbulnya kejahatan di daerah- daerah pedesaan. Kami semua terkejut dan tidak dapat memahami keputusan BSF itu. Bagaimana pun seriusnya Nya Abbas Akup diam menggarap Film Tiga Buronan, tetap saja hasilnya "Lucu". Apa lagi dengan kehadiran Bing Slamet. Memang sudah sifat Nya Abbas yang rasional (tidak emosional), menghadapi keputusan BSF itu dia tenang-tenang saja. Oleh Direksi NV Perfini diputuskan untuk meminta BSF meninjau kembali penolakannya atas Tiga Buronan melalui sidang Pleno. Mas Manto dan saya diperintahkan untuk membela Tiga Buronan di pengadilan Pleno BSF. Saya terkejut sekali, setelah sidang Pleno selesai, mendadak Mas Manto meminta pimpinan sidang Pteno agar saya diberi kesempatan bicara dengan komentar bahwa saya adalah Editor Supervisi yang dapat mewakili aspirasi Sutradara. Baiklah, saya mengemukakan kepada Pleno bahwa masyarakat lndonesia setelah merdeka dari kolonialisme Belanda keadaannya tidak lagi sebodoh perkiraan kita. Mereka tidak begitu saja mudah terpengaruh oleh sebuah film komidi seperti ini.

Sebagai bukti bahwa film ini adalah komidi terlihat dalam pertunjukan tadi, semua anggota BSF yang hadir pada sidang Pleno ini terus menerus tertawa terpingkal-pingkal. Bahkan pada saat film selesai dan lampu ruangan menyala, saya menyaksikan wajah para anggota berseri-seri seperli belum selesai menikmati kekekocakan Tiga Buronan. Kita perlu bersikap wajar-wajar saja. Dan mohon difahami di belakang Tiga Buronan ini tertanam sekian ratus ribu rupiah dari perusahaan film nasionai yang bermodal lemah. Rupanya tidak terjadi perdebatan sengit dalam pleno itu. Setelah saya menunggu beberapa saat,tidak lebih dari satu jam, sudah dikabarkan bahwa sidang Pleno BSF meloloskan Tiga Buronan tanpa potongan. Film itu tak lama kemudian beredar dan mendapat sambutan bagus dari masyarakat Sampai artikel ini ditulis saya belum pernah mendengar ada sebuah desa didatangi perampok yang terilhami oleh film Nya Abbas Akup ini.

Dari Rockefeller Foundation ditawarkan kepada Perfini sebuah bea siswa untuk belajar Tealer dan Film di Amerika. Bung Usmar serta merta menawarkan bea siswa itu kepada Nya Abbas. Pada mulanya Nya Abbas ragu-ragu untuk menerima tawaran itu. Maklum Nya Abbas saat itu sudah berkeluarga. Tapi, akhirnya dia berangkat juga. Dia belajar di Universitas Los Angeles California (U.C.L.A) departemen Teater dan Film. Pada lembaga yang sama Bung Usmar dan Djayakusuma juga belajar perfilman. Bea siswa yang tersedia hanya untuk satu dua semester saja. Tapi entah bagaimana Nya Abbas dapalt memperpanjang waktu belajar menjadi dua tahun, malahan di juga diperbolehkan membawa keluarganya. Bagaimana caranya. Menurut pengamatan saya, disamping pandai membuat film komidi, Nya Abbas juga lihay dalam membujuk dan menyakinkan orang lain. llmu itu selama ini juga menjadi salah satu senjatanya untuk tetap jaya. Tanpa terasa waktu telah bergulir sesuai dengan jadwal kehidupan.

Nya Abbas pun pulang ke Tanah Airnya. Pers tidak ada yang menyambutnya. Dia memang biasa diam-diam dan menjauhi publikasi. Saya pun terkejut menjumpai dia di kantor Bung Usmar jalan Menteng Raya 244. Dari wajah Bung Usmar yang agak kemerah-merahan saya menduga telah terjadi silang kata yang serius antara dua tokoh lulusan U.C.L.A. ini. Wajah Nya Abbas biasa- biasa saja. Tenang dengan sedikit senyum yang sinis. Baru belakangan saya tahu rupanya Bung Usmar marah karena Nya Abbas menuntut honorarium yang lebih tinggi. Dan apabila tuntutannya tidak di kabulkan maka dia terpaksa tidak dapat kembali bekerja di Studio perfini. Bung Usmar menganggap sia-sia saja mengirim Nya Abbas belajar ke Amerika kalau akhirnya tidak dapat dimanfaatkan untuk Perfini. Saya tetap bersahabat dengannya. Malahan pada waktu Nya Abbas mendapat projek baru, yakni membuat film Action berjudul "TIKUNGAN MAUT", dia minta saya menjadi editornya dengan honorarium Rp. 5.000.000,-. Suatu jumlah yang tidak mungkin saya impikan selama kerja di studio Perfini. Bekerja sama dengan dia menjadi amat asyik, kecuati didorong oleh honorarium yang tinggi juga karena wawasan Sinernatografinya sudah melangkah ke depan jauh sekali. Dia sama sekali tidak mencampuri pekerjaan saya, bahkan senang sekali filmnya saya sunting dengan gaya eleptikal.

Tikungan Maut yang bicara soal anak muda yang gila kebut-kebutan itu menjadi amat dinamis. Satu-satunya adegan yang dia minta saya merubahnya dengan lamban untuk dapat lebih menikmati oleh penonton. Adegan tentang wanita membuka pakaiannya. Adegan itu harus imajinatif ..... Adegan serupa ini memang hobinya. Sedangkan saya sebagai editor perlu memperhitungkan persepsi BSF. Apa boleh buat, (kemauan Sutradara adalah kemauan Super Star. Nya Abbas memang berjuang untuk penghargaan lebih linggi bagi karyawan Film. Menurut pendapatnya Profesionalisme harus dijual sesuai dengan keahlian yang telah diperoleh melalui upaya yang penuh kesulitan dan dalam waktu yang lama. Kalau dia sedang membuat film baru, maka dia juga memperjuangkan honorarium yang cukup bagi pembantu-pembatunya.

Ada beberapa kenang-kenangan yang tak terlupakan. Pada suatu hari, beberapa bulan menjelang peristiwa G30S/PKl, dimana iklim politik sudah amat panas, Nya Abbas datang ke rumah saya diantar oleh beberapa wartawan film. Nya Abbas ingin memaksa saya. KFT harus segera bergabung pada kubu yang revolusionar agar tidak terlindas oleh jalannya revolusi Indonesia. Dengan sikap serius ia meminta agar saya membuat pernyataan bahwa KFT masuk dalam kubu Barisan Sukarno. Dia sudah menyiapkan Pers untuk segera menyiarkan sikap gaya itu. Saya menolak permintaannya. Saya menganggap KFT masih terlalu muda untuk bersikap politik sejauh itu. Dan KFT memang organisasi non politik, karena itu asasnya cukup PANCASILA. Sungguhpun dia saya kenal sebagai ahli membujuk dan menyakinkan orang lain, tapi saya berusaha bertahan pada pendirian saya. Rupanya dia amat kecewa. Dan wartawan-wartawan itu pun diajaknya pergi dari rumah saya tanpa pamit. Saya sejenak merenungkan dia, karena kaget bahwa dia ternyata punya sikap potitik yang kuat. Sayang sekali sikap itu tidak bertanjut, tapi selalu tercermin dari karya-karyanya yang ada saja sisipan kritik sosial yang tajam dan menggigit.

Dia sering pinjam mobit saya. Fiat tua yang sudah sangat ketinggatan jaman orde baru. Mobil itu pada suatu hari kaca pintu depannya tidak dapat ditutup dengan baik. Rupanya itu mengganggu dia. Pada waktu dia bertamu ke salah seorang ibu didaerah Kebayoran, dia tidak dapat duduk tenang karena khawatir mobil saya bakal dicuri orang. Begitulah pada waktu dia mengembalikan mobil saya, rupanya di jok depan tertinggat amplop berisi uang. lsinya cukup banyak untuk membiayai kebutuhan hidup saya satu bulan. Saya segera menilponnya untuk memberitahukannya bahwa dia tertinggal sebuah amplop penuh uang di mobil saya. Dengan enteng did menjawab, "Aku tidak tertinggalkan uang, tapi aku sengaja meninggalkan uang untuk memperbaiki kaca pintu mobilmu". Lebih lanjut dia berkata, "djon, engkau ini mestinya malu, Ketua KFT, Dekan Akademi Sinematografi, anggota Dewan Film Nasional seumur hidup dan anggota MpR lagi, tapi hidupmu seperti kere" Nya Abbas kembali ke alam baka dengan usia belum tua. Saya tidak merasa kehilangan sahabat yang dermawan itu, saya malah bersyukur karena kematiannya itu sebuah pelepasan dari hidupnya yang menderita sakit untuk waktu yang lama. Beberapa bulan sebelumnya dia menyatakan kepada saya, bahwa dia merasa lega telah mampu membelikan rumah dan mobil baru untuk keluarganya. Uang dari hasil eksplotasi keahliannya sendiri. Seorang profesional yang jujur dan lugu telah pergi meninggalkan kita, tapi kita tetap akan tertawa menghormati karyanya sebagai warisan yang abadi. Bunga Mawar sering dipetik lebih dulu ....................... 


Cita-cita Jadi Diplomat Beralih Ke Sutradara Nya Abbas Acup dan Film-film Komedi
NYAK ABBAS ACUP adalah salah seorang sutradara yang banyak belajar kepada tokoh sutradara film Indonesia Usmar Ismail almarhum. Kariernya dirintis dari bawah, mulai dari Clapper boy, asisten sutradara sampai menjadi sutradara. Ikut kegiatan film mulai dari “Krisis” (Usmar Ismail), kemudian menjadi asisten sutradara dalam film “Harimau Campa”. Th 1954 oleh Usmar Ismail ia dipercayakan menyutradarai film “Heboh”. Film tersebut ternyata sukses komersil. Kemudian menyusul film-film lainnya “Juara”, “Jenderal Kancil”, “Tiga Buronan”, “Mat Dower”, “Dunia Belum Kiamat”, “Bing Slamet Koboi Cengeng”, “Ambisi”, “Cacatan Harian Seorang Gadis”, dan “Cewek Badung”.


Selain menjadi sutradara, ia juga sebagai penulis cerita dan penulis skenario. Skenario yang paling baru yang digarapnya adalah “Cintaku Di Kampus Biru”, berdasarkan novel Asahadi Siregar, yang disutradarai oleh Ami Prijono.


Sutradara kelahiran Malang dari Ibu Jawa dan Ayah Aceh ini, semula bercita- cita ingin menjadi Dilpomat, karena itu memilih kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Tapi setelah ia diterima bekerja di Perfini, ia tak mau meneruskan kuliah lagi.
“Waktu itu saya baru tingkat dua. Saya membaca iklan dalam sebuah surat kabar. Iklan tersebut berbunyi begini: “Dicari calon asisten sutradara. Yang berminat harap mendaftarkan diri, dan akan diuji lebih dahulu. Bagi yang diterima akan diberikan gaji yang memuaskan”. Tertarik oleh kalimat ‘gaji yang memuaskan’ itu, saya mencoba melamar. Saya diuji oleh satu team penguji, yang diantaranya adalah Usmar Ismail dan Hamidi T. Jamil. Saya dimintai pendapat tentang sebuah film Indonesia. Kebetulan saya pernah menonton film “Long March”. Saya bilang, film itu lamban dan gelap. Hamidi T Jamil cepat bertanya: “Saudaraku tahu siapa sutradaranya?” Saya jawa: “Ya!” Sambil menyebut nama Usmar Ismail, yang tidak saya ketahui waktu itu ada di hadapan saya. Kemudian saya diterima!”.


Walaupun kuliah di Fakultas Hukum tak dilanjutkan, tapi Nya Abbas Acup sempat mengenyam pendidikan di University of California Los Angeles (U.C.L.A) di Amerika Serikat.


Sebagai seorang sutradara film, Nyak Abbas Acup tidak menutup diri pada perkembangan berbagai macam bentuk kesenian. Itulah sebabnya, sekalipun ia resminya tinggal di Bandung, tapi sering kelihatan di lingkungan Pusat Kesenian Taman Ismail Marjuki. Ia rajin menonton drama, tari, musik, pameran lukisan, pembacaan puisi dan menghadiri ceramah. Tidak heran kalau iapun akrab dengan berbagai macam seniman.


Dalam memilih tema cerita, hampir sebagian besar film-film Nyak Abbas Acup bercorak komedi. “Dengan komedi, segala bentuk kritikan bisa dilontarkan tanpa langsung menyinggung pribadi seseorang, karena diungkapkan dibalik humor. Bahkan mungkin masyarakat penonton awam takkan menangkap apa yang tersirat dibalik kelucuan itu. Saya selalu berusaha membuat film komedi yang baik, dan bukan lawakan yang kasar”.


Tentang bentuk lawakan kasar ini, Nya Abbas Acup menuding film-film Nawi Ismail yang kebanyakan dibintangi oleh Benyamin. “Tapi saya salut sama Benyamin. Bagi saya, Benyamin seorang pemain yang penuh ide. Sikapnya lucu, sehingga mempengaruhi kelucuan dalam permainan yang khas”.


Lalu, Nyak Abbas Acup menceritakan simpatinya terhadap cara kerja dan permainan Benyamin dalam film “Ambisi”. Dalam membuat sebuah film, Abbas Acup mesti melihat sikap produser. Kalau ternyata dalam waktu shooting film, sang produser banyak campur tangan, ia lebih suka mengundurkan diri. Ia tak mau kalau idenya menjadi buyar. Juga terhadap pemain, ia lebih suka pemain yang tidak ‘Sumuhun dawuh’, yang nrimo begitu saja kemauan sutradara. Ia lebih suka kepada pemain yang kritis, yang bisa meningkatkan atau mengembangkan apa yang diberikan sutradara. Dalam hal ini, ia terkesan oleh Titiek Puspa dalam “Cewek Badung”. Arkian, waktu hendak membuat film “Jendral Kancil”, banyak sekali anak- anak yang mendaftar ingin ikut main. Diantaranya anak sang produser (Usmar Ismail), dan anak tokoh film (Jamaluddin Malik) yang sekarang beken sebagai pimpinan God Bless, Ahmad Albar. Dari sekian banyak pelamar, ia memilih nama : Mangapul Panggabean dan Ahmad Albar, setelah melalui test. Ia tidak bersikap pilih kasih dalam menentukan pemain. Sekalipun anak produsernya, kalau tidak cocok terpaksa dia tolak. Dalam hal ini, ia begitu mengagumi keterbukaan dan kebebasan yang diberikan Usmar Ismail.


“Bagi saya, almarhum adalah satu-satunya sutradara yang terbaik di Indonesia”. “Jadi sutradara sekarang tak ada yang sebagus Usmar Ismail?”. “Tidak ada”, jawabnya begitu yakin. Tapi Nyak Abbas Acup tidak memungkiri, kalau ia senang kepada Syuman Djaya. “Saya cocok dengan Syuman, terutama dengan cerita- cerita yang dipilihnya. Syuman selalu memilih tema, kehidupan sosial masyarakat kecil”.


Terhadap film-film Nyak Abbas Acup semacam: “Bing Slamet Koboi Cengeng” dan “Mat Dower”, konon mendapat perhatian khusus dari beberapa orang pengamat film luar, di antaranya dari Perancis. 
Nyak Abbas Acup juga memberi klasifikasi terhadap masyarakat penonton. Menurut dia, terdapat empat kelas, ya itu: yang hanya berdasarkan naluri dasar, yang berdasarkan mata dan telinga, yang berdasarkan pemikiran, dan yang karena kebutuhan spiritual. Sebagian besar penonton film Indonesia, masih termasuk ke dalam kelas pertama. Sebab itu tidaklah heran, jika sebagian besar film Indonesia banyak yang asal mengungkapkan sex, kekerasan, atau lawakan-lawakan konyol. Peningkatan terhadap mutu film Indonesia, menurut Nyak Abbas Acup baru sampai pada taraf ke dua. 


Dari 
NATHALIA ABBAS ACUP
Orangnya Humoris Dan Senang Berkelakar Dengan Teman2 
Masih ingat film seri Inem Pelayan Sexy? Masih ingat Koboi Cengeng? atau Heboh? Tiga Buronan? Kalau masih ingat, tentu akan ingat nama Nyak Abbas Acub yang kokon merupakan sutradara termahal saat sekarang dengan honornya yang Rp 100 juta itu. Lantas apa hubungannya Nyak Abbas dengan wanita ini?


Memang kehidupan pribadi Abbas Acup agak misterius. Karena tak pernah dia ungkapkan seperti halnya dia mengungkapkan wanita lain dalam film-film arahannya. Masyarakat tidak banyak tahu bahwa sutradara Aceh Madura ini mempunyai keluarga dengan lima anak yang sudah dewasa. Bahkan sudah bercucu seorang. Masyarakat juga tidak mengetahui bahwa Nyak Abbas yang banyak mengorbitkan artis-artis cantik itu juga mempunyai isteri yang tidak kalah menariknya. Bahkan isterinya itu adalah bekas primadona dalam film Heboh yang merupakan karya pertama Nyak Abbas sebagai sutradara penuh setelah digembleng dan mendampingi Usmar Ismail alm.


Di layar putih tercantum nama Mia Marta. Tapi sekarang nama Mia telah kembali ke aslinya setelah main film satu kali itu saja langsung dijadikan isteri oleh Nyak Abbas Acup. Dialah Nathalia Abbas Acup yang kita tampilkan dalam kesempatan ini.


“Hampir semua film humor mas Acup datangnya dari ide saya, ujar Nathalia dengan polosnya. Bisa dipercaya juga, karena Nathalia, sendiri orangnya humorins. Benarkah itu? Ternyata tidak. Sebagai isteri sutradara terkenal lia merasa lebih sering diabaikan suami. “Saya mengerti profesi mas Acup. Karena itu saya tak pernah mengunjungi tempat pengadaan shooting. Biarlah dia konsentrasi pada tugasnya. Namun dalam usia yang tidak terlalu muda lagi, Lia merasakan terus menerus pemberontakan dalam bathinya. “Mas Acup hanya mau saya dirumah saja. Padahal anak-anak sudah besar. Sedangkan saya sendiri orangnya tidak bisa berdiam diri. 

Lia punya hobby masak memasak. Dia pernah membuka restoran makanan internasional di Bandung, kota mana dia bermukim hampir sebagian hayatnya. Pelajaran masak memasak pernah didalaminya selama bermukim di Amerika Serikat, ketika menemani suaminya tugas belajar oleh Usmar Ismail atas sponsor Rockefeller Foundation. Setelah 2,5 tahun disana kembali di tanah air Nyak Abbas istirahat dari dunia film. Dan selama itulah suaminya menuruti saran Lia untuk kuliah di Unpad sehingga meraih sarjana muda hukum.


Sementara itu Lia menjadi pemborong makanan untuk resepsi. “Setiap kali mas Acup tidak ada kegiatan saya yang turun tangan, kata Lia. Tapi masa gemilang rumah tangga mereka kini agaknya memudar. Terutama setelah film Inem Nyak Abbas di Jakarta, sedangkan Lia pulang pergi Bandung Jakarta. Dan Itupun jarang bertemu dengan suaminya karena mereka tidak tinggal serumah. Sudah 25 tahun Lia membina rumah tangga dengan Acup tapi 10 tahun terakhir ini keadaan grafik menunjukkan kurve yang menurun. “Itulah risikonya menjadi isteri orang film. Tapi yah sudahlah buat apa dipikir-pikir. Saya bisa sakit-sakitan dan kurus kering.


Dan Kenyataannya postur tubuh Lia tetap gempal dan cukup menarik mata kaum pria. Terutama matanya, senyumnya dan bagian dadanya. Lia juga mengakui kekhawatirannya sebagai isteri bila suaminya sering dikerumuni wanita cantik. “Namun demikian kita tidak perlu terlalu takut, apa bila harus kehilangan orang yang kita cintai, sekalipun kalau memang Yang Maha Kuasa menghendakinya. Kalau tokh ada artis yang “lengket” dengan suami saya, saya nilai itu dalam kaitan si artis demi karirnya biar selalu kebagian peranan dalam film arahan suami saya. Habis bagaimana kalau itu sudah menjadi sebagian dari perjuangan profesi seorang artis. Saya tahu betapa khawatirnya seorang pemain film biladia tak terpakai lagi. Dan salah satu jalan agar dia tetap terpakai yah nempel terus ke sutradaranya. Dan saya mengerti itu. Asalkan saja mas Acup tidak lupa pada apa yang dia bina selama ini. Maksud saya, rumah tangganya.


Pernah dalam sebuah mass media Nathalia ditanyakan tentang pendapatan suaminya yang Rp 100 juta itu untuk film Inem, Nathalia menjawab, “Mungkin benar, tapi kami tidak merasakan hasilnya! Ketika suaminya membacanya, Lia ditegur, “Kenapa kau mengatakan demikian. Kau tidak mensyukuri apa yang ada. Apa jawab Lia? Dengan gusarnya dia mengatakan bahwa dia berbicara apa adanya. Bagaimana bisa mengiakan sedangkan dia tak pernah melihat apalagi merasakannya.


Lia sering mengeluh bahwa suaminya sering “memblokir” rencananya. Ketika saya mengadakan pementasan di Bandung mas Acup mengkritiknya. Dan saya tidak diizinkan lagi, ucapnya dengan kesal. “Mas Acup bilang, jangan coba-coba muncul kalau tidak mau dikritik. Lagi pula orang yang muncul mudah dicerca masyarakat. Tapi lia tidak mau tahu ucapan suaminya itu. “Saya tampil bukan membawa namanya. Saya memakai nama sendiri. Dan itu berarti risiko saya sendiri. Heran, banyak suami yang khawatir kalau isterinya dikenal orang, padahal dia sendiri boleh dikenal dimana-mana, itu tidak fair namanya. Laki-laki mau menangnya sendiri.


Dalam detik-detik sekarang Nathalia yang berasal dari Yogya ini sedang menekuni kewiraswastaan. Dia lebih mengutamakan pada kedamaian bathin, tapi berusaha sesibuk-sibuknya. Dia ingin lepas dari belenggu kemelut hidupnya tapi selalu dilipiti kebimbangan. Dan Nathalia nampaknya berada ditikungan. Dia ragu menentukan arahnya. Di depan ada yang dicita- citakannya, dibelakang ada masa lampau yang diciptakannya bersama Nyak Abbas Acup. Memang menyutradarai dan berakting dalam film tidak seperti dalam kenyataan hidup. (RTN-14)

Komedi Indonesia / Indonesian Comedy
Comedies by Nya’ Abbas Akup
Taman Ismail Marzuki, 25 – 31 Januari 2007

Nyak Abbas Akup (1932-1991), seorang sutradara yang konsisten membuat film komedi bermuatan sindiran sosial sejak tahun 1950-an. Humor dalam karyanya seringkali muncul dari karakter laki-laki dan perempuan yang punya kepribadian terbelah, di rumah bisa lemah, sementara di luar galak. Dalam filmnya, cinta dan seks juga hampir selalu jadi sumber konflik yang konyol. Penyutradaraannya mengukuhkan banyak aktor sebagai aktor komedi yang sangat penting dalam film Indonesia. Ia memperoleh Piala Citra melalui film Ambisi (1973), Cintaku di Rumah Susun (1987) dan Boneka dari Indiana (1990).


NYAK ABBAS ACUP SUTRADARA SERATUS JUTA
Sebetulnya, pertama kali Nyak Abbas Acup (campuran Sunda Aceh) membuat film, adalah film serius. Kemudian, dia mulai membatasi diri membuat film film komedi, hingga sekarang. Film komedi yang membuat namanya melambung adalah INEM PELAYAN SEXY, yang mendapat piala khusus sebagai film terlaris di tahun 77 dalam FFI 78 di Ujungpandang beberapa bulan lewat. Untuk rencana berikut, mungkin Nyak mau membuat film serius, tidak film komedi lagi. Dia memang tidak over produktif seperti sutradara lain. Baik Nyak, cukup setahun 2 atau 3 film.

Lewat Film "Inem Pelayan Sexy" ini nama Nyak terkenal sebagai sutradara 100 juta. Padahal, uang sebesar itu adalah pemasukan untuk booker, bukan untuk diri Nyak. Belum lama berselang, di Teater Tertutup TIM diadakan pekan film Nyak. Film film yang diputar adalah mat Dower, Tiga cewek-badung, Inem pelayan sexy, Karminem dan Drakula Mantu. Penontonnya memang melimpah. Kentara nama Nyak merupakan jaminan atas berhasilnya sebuah film yang menyedot penonton.

Ketika ditanya, masuk jenis film komedi mana karya-karyanya, Nyak kalem menjawab: ada farce, pure komedi, black komedi dan sweet komedi. Tapi Nyak menolak keras kalau ada orang yang menggolongkan film komedinya kedalam jenis slapstick (film komedi yang kasar). Film komedi hitam putih karyanya yang berjudul TIGA BURONAN mungkin bisa dimasukkan kedalam black komedi. Maksudnya adalah bukan pada warna filmnya yang hitam putih, sehingga disebut black komedi, tapi pada unsur kekasaran yang ada pada tokoh-tokohnya. Dan kekerasan ini sengaja dibuat secara komedi oleh Nyak. Dia memang maunya main main. Seperti halnya film THE STING yang menurut Nyak bisa digolongkan kedalam sweet komedi. Ada tembakan, tapi dalam bentuk komedi. Memang hampir semua film film komedi Nyak adalah farce (film konyol, tapi tidak sekasar slapstick).

Perhatikan saja film Drakula mantu. Drakula adalah tokoh luar negeri yang tiba tiba diceritakan di Indonesia. Menurut Nyak, keluar negerian pada film ini adalah sebagai sindiran pada negara kita yang menerima banyak bantuan, misalnya dari IGGI atau bantuan untuk gizi. Alhasil, ada relevansi dengan keadaan. Begitu juga pada film Bing Slamet cowboy cengeng. Memang menyindir sesuatu lewat komedi lebih enak dan lebih aman ketimbang secara langsung. Pihak yang terkenapun tidak akan marah, tapi malah tertawa.

Bagi anda, mana film-film anda yang sukses? "Semua menyenangkan dan sukses. Memang film film komedi berlainan karakternya. Tapi kalau disebut sukses komersiil, jelas film Inem (di Surabaya, sudah beredar film Inem Pelayan Sexy seri 2, dan akan segera main di Jakarta) yang untung luar biasa, ibarat mesin jackpot yang berhasil menyedot kocek penonton. Ditambahkannya, bahwa Nyak agak keberatan kalau trade mark INEM--nya dipakai oleh orang/sutradara lain. Ini merupakan preseden yang tidak baik. Diakuinya, sampai sekarang, Nyak belum pernah menonton film INEM NYONYA BESAR. Memang waktu itu, produser Inem Nyonya Besar sudah minta maaf pada Nyak atas kejadian ini. Tapi ternyata Nyak masih rada mangkel juga. Maklum, tokoh Inem adalah tokoh ciptaannya. Sama halnya tokoh si Doel yang khas Syuman Jaya (walaupun Syumanjaya sama memakai nama ini dari judul yang sama novel karya Aman Dt. Mojoindo) atau James Bond yang khas Ian Fleming).

"Kalau nama Ateng, Bing Slamet atau Benyamin ada hak untuk dipakai sutradara lain. Tapi kalau nama Inem atau di Doel, jelas tidak bisa. Kalau nama drakula atau cowboy itu kan cuma bersifat abstrak semata, jadi bebas dipakai dimana saja. Contoh lain, misalnya nanti suatu ketika, saya ingin membuat film dengan judul Tjokro (tokoh dalam Inem)" kata Nyak.

Dan sejarah perfilman Indonesia, film Inem tercatat nomor dua sebagai film yang banyak menghasilkan uang yang dicatat di Philipina.

"Saya lebih senang pada film Mat Dower, karena dalam film tersebut ada pencarian bentuk baru. Omong kosong kalau ada orang sekarang yang ngomong membuat film bentuk baru, karena 10 tahun yang lalu, saya sudah melakukannya. Saya rasa belum ada sebuah film kita yang melompat lompat macam mat Dower.Dari cerita, setting, dialog, kostum, dekor dan lain lain sudah merupakan bentuk baru. Maka kalau mau mencari kepribadian Nasional, Lewat film ini saya memberi andil", kata Nyak mantap.

Lebih jauh, Nyak berkata bahwa janganlah melihat film berdasar 'touching' semata-mata, tapi harus berdasar naluri dan otak kita. Kalau bicara kedaerahan tok, belum perlu secara khusus. Tapi kalau film kedaerahan yang merangsang otak kita (ada latar belakang pengetahuan), boleh dibicarakan. Dengan kata lain, film Nyak ini harus dibicarakan dari segi analisa otak, bukan segi keindahan. memang film Mat Dower di segi pemutaran, kurang berhasil. Tapi Nyak yakin, bahwa suatu ketika, masyarakat kita perlu dibawa ke arah itu. Sebagai orang yang minta banyak, film film sejenis Mat Dowerlah yang harus dibicarakan.

KWALIFIKASI
Beberapa jenis, Pertama : yang mempengaruhi naluri dasar atau rangsang seseorang (violence, sadisme, sex). Jenis berikut adalah film yang digolongkan kedalam flamour, atau yang serba hebat. Film jenis ini banyak yang menonton, karena diwakili masa yang luas. meningkat lagi, film yang merangsang perasaan kita. Ceritanya juga enak dihayati (contoh : film Love Story, Pengantin Remaja). Dan film film yang merangsang otak dan mengajak penonton berpikir. Di Barat, sudah banyak yang membuat film jenis ini. Dan kalau perlu, tahap teratas adalah yang bersifat spirituil. Jarang film beranjak ke arah tahap terakhir ini. Lewat sifat spirituil ini, penonton diajak merenungkan diri bahwa kita ini sebetulnya apa?.

Untuk negara kita, lebih banyak dibuat film film yang merangsang perasaan saja. Angle baik dan cerita yang menyentuh, sudah cukup. Tanpa berusaha membuat lebih atas lagi, yakni yang merangsang otak. Maka, Nyak berusaha semaksimal mungkin membuat film jenis ini.

"Kalau di Eropa mungkin cukup dengan setengah kata dlam membuat film, tapi di sini mungkin baru 3 atau 10 kata, masyarakat baru mengerti. Komunikasi ala Barat dalam pembuatan film sudah diterapkan di sini. yang jelas, saya mengarah ke sana, walaupun dalam bentuk komedi. Film film saya bukan hanya two dimension, tapi saya mau multi dimension. Ini keinginan saya, entah sampai tidaknya". kata Nyak.

Mungkin bagi anda, film film karya Nyak seperti Heboh, Juara 60 (Mang Udel) Dunia belum kiamat (Titiek Sandhora - Muhsin, film musikal komedi), Penyeberangan dsb., masih membekas di hati anda. Dalam perjalannya itulah, Nyak tambah maju dan berkembang terus. 
 

DARI HEBOH HINGGA BONEKA 
Sejak Festival Film Indonesia (FFl) 1984 tersedia piala khusus "Bing slamet" untuk film komedi terbaik. Tapi tidak setiap tahun ada pemenangnya. piala itu tetap ditempat pada FFI tahun 1984, 1985,1987,1988 dan 1990. Peraih piala "Bing Slamet" sejauh ini adalah Kejarlah Daku Kau Kutangkap (FFl 1986) hasil penyutradaraan Chaerul Umam berdasarkan skenario Drs. Asrul Sani. Menyusul Si Kabayan Saba Kota (FFt 1989), yang disutradarai Maman Firmansya dari skenario Eddy D. lskandar dan Boneka Dari lndiana (FFl 1991) yang cerita, skenario, dan penyutradaraannya di tangani oleh Nya Abbas Akup. Apa artinya ? Bahwa piala "Bing Slamet"diperuntukkan hanya bagi lilm Komedi, bukan banyolan atau lawakan. Dan bahwa tidak gampang membuat film komedi(yang baik). Setidak-tidaknya harus digarap sama serius seperti membikin film jenis- jenis lain, termasuk drama. Nya Abbas Akup, kelahiran 22 Aprit 1932, merupakan hampir satu-satunya sutradara Indonesia yang konsekwen membuat film-film komedi. HINGGA meninggat dunia pada 14 Februari 1991 Nya Abbas terlihat dalam pembikinan 34 film, selama 37 tahun. Hanya dalam 7 film almarhum tidak bertindak sebagai sutradara. Dari 27 film garapannya, cuma 4 judul yang non komedi. Masing-masing Langkah-langkah di Persimpangan (1965), Tikungan Maur(1966), Nenny (1968), dan Catatan Harian Seorang Gadis (1972). Tidak mengherankan bila pada FFI 1991 Nya Abbas mendapat piala khusus sebagai sutradara yang konsekwen membuat film-film komedi, meski secara anumerla. Ya, sejak penyutradaraan per- lama Heboh (1954) hingga Boneka (1990), Nya Abbas membuat penonton terbahak-bahak, walau 'Orangnya tidak lucu". Hampir 33 tahun lalu saya pernah menulis dalam majalah '10 harian ( 3 X sebulan) ANEKA No. 7 Th. X/1 Juli 1959. Judutnya "Sutradara Muda-usia Nya Abbas Akup : ORANGNYA TTDAK LUTJU, tapi film-filmnya membuat penonton terbahak-bahak. Waktu itu dia memang masih muda. Lulusan kursus sutradara penyelenggaraan Perfini tahun 1952 itu mula-mula jadi asisten bagi sutradara D.Djajakusuma dalam pembuatan Harimau Tjampa (1953), Setahun kemudian telah diberi kepercayaan untuk menjadi sutradara (penuh). Lahirlah Heboh. Sukses (komersial) mulai dicapai lewat Tiga Buronan (1957), yang dibintangi Bing Slamel. Film berikutnya, Djenderal Kantjil(1958) juga laris. Film anak- anak itu menampilkan Achmad Albar, yang kini dikenal sebagai musikus rock. Setelah Djenderal Kantjil beredar itulah saya bertemu dengan Nya Abbas Akup di kantor Perfini, Menteng Raya (Jakarta). Terjadi wawancara tak resmi. Mengenai proses pemilihan pemain anak-anak filmnya ke-4 yang akhirnya dimenangkan oleh Achmad Albar dan Mangopul Panggabean itu. (Filmnya ke-2 adalah Djuara 1960 (1956), dengan Mang Udel/Drs.Purnomo dan Mang C"por)... DENGAN 4 film komedi itu Nya Abbas Akup tergolong beruntung, sebab membual film komedi lebih langsung bisa mengetahui berhasil tidaknya kerja dengan mengukur tertawa tidaknya penonton melihat adegan yang dimaksudkan sebagai adegan lucu. Karena tidak jarang bahwa publik diam saja menyaksikan adegan yang (oleh sutradara/penulis skenario) dimaksudkan sebagai lelucon. Tapi sebaliknya sering, pula terjadi, bahwa sesuatu adegan yang tidak dimaksudkan lucu, justru bikin penonton terpingkal-pingkal. (Pemunculan pertama Bing Slamet dalam Tiga Buronan teranglah tidak dimaksudkan sebagai adegan kocak). Saya bertanya (dalam tulisan di ANEKA tahun 1959)

: "Anda ketawa melihat pemunculan pertama Bing Slamet sebagai Mat Codet membawa gendi dalam Tiga Buronan ? Anda terbahak menyaksikan Mangopul Panggabean sedang asyik memandangi ikan melalui kaca pembesar dalam film anak-anak DjenderalKantjil?"

Kemudian : "Pembaca budirhan terbahak-bahak melihat Mangopul berulang-ulang terjatuh karena dia tak berhasil mencapai cabang pohon jambu ..... "Hampir saja adegan itu saya buang sama sekali,"kata Nya Abbas, "karena teman-teman tidak tertawa ketika Djenderal Kantjil dipu- tar di show-room studio." Apakah rol/peran untuk Mangopul dibikin setelah diketemukannya pemain cilik itu? "Tidak. Rol itu memang sudah ada, tapi kebetulan sekali cocok betul untuk dia......, "jawab Nya Abbas. Bagaimana anda menemukan Mangopul? "Dari 150 anak-anak yang datang untuk ditest dialah yang paling berani, dan cerdas nampaknya. Mangopul sudah lebih dulu datang dengan seorang temannya, sedangkan Achmad adalah anak yang datang be- lakangan." "Orangnya sih tidak lucu, sikapnya sederhana dengan sisiran rambut yang unik. Omongannya kadang-kadang terseling humor. Meskipun tahu orang akan tertawa karenanya, tapi dia berlagak tidak tahu.

Pembawaannya ini terbayang cula pada ke-4 hasil penyutradaraannya". Dengan mengutip tulisan "kuno", saya ingin menegaskan bahwa Nya Abbas kemudian nyaris serupa dengan Nya Abbas awal. Pembuatan Tioa Buronan masih sama ketika menggarap Cintaku di Rumah Su su n, 30 tahun kemudian. Dari film itu Nya Abbas merailr penghargaan internasional, skenario terbaik dalam Festival Asia-Pasifik 1988.


DJUARA 1960 1956 NYA ABBAS AKUP
Director
NENNY 1968 NYA ABBAS AKUP
Director
BING SLAMET KOBOI CENGENG 1974 NYA ABBAS AKUP
Director
KARMINEM 1977 NYA ABBAS AKUP
Director
SEMUA KARENA GINAH 1985 NYA ABBAS AKUP
Director
INEM PELAYAN SEXY 1976 NYA ABBAS AKUP
Director
ATENG MINTA KAWIN 1974 NYA ABBAS AKUP
Director
INEM PELAYAN SEXY II 1977 NYA ABBAS AKUP
Director
INEM PELAYAN SEXY III 1977 NYA ABBAS AKUP
Director
KOBOL SUTRA UNGU 1981 NYA ABBAS AKUP
Director
CINTAKU DI RUMAH SUSUN 1987 NYA ABBAS AKUP
Director
APANYA DONG 1983 NYA ABBAS AKUP
Director
DRAKULA MANTU 1974 NYA ABBAS AKUP
Director
KISAH CINTA ROJALI DAN ZULEHA 1979 NYA ABBAS AKUP
Director
TIGA BURONAN 1957 NYA ABBAS AKUP
Director
TIGA CEWEK BADUNG 1975 NYA ABBAS AKUP
Director
CATATAN HARIAN SEORANG GADIS 1972 NYA ABBAS AKUP
Director
BONEKA DARI INDIANA 1990 NYA ABBAS AKUP
Director
GADIS 1980 NYA ABBAS AKUP
Director
KIPAS-KIPAS CARI ANGIN 1989 NYA ABBAS AKUP
Director
DUNIA BELUM KIAMAT 1971 NYA ABBAS AKUP
Director
MATT DOWER 1969 NYA ABBAS AKUP
Director
AMBISI 1973 NYA ABBAS AKUP
Director
LANGKAH-LANGKAH DIPERSIMPANGAN 1965 NYA ABBAS AKUP
Director
DJENDRAI KANTJIL 1958 NYA ABBAS AKUP
Director
TIKUNGAN MAUT 1966 NYA ABBAS AKUP
Director
HEBOH 1954 NYA ABBAS AKUP
Director

GUYONAN DAN RENUNGAN NYA ABBAS AKUP

GUYONAN DAN RENUNGAN NYA ABBAS AKUP
Oleh Putu Wiiaya

 
Yang paling Penting dalam sebuah film adalah gagasan," kata sutradara berdarah Aceh ini. Pernyataan itu mengibarkan "Wawasan" ditempat prima didalam film Indonesia. Dan ia melakukannya dengan konsisten, bahkan hamPir kadangkala memPersetankan masalah-masalah tuknis yang amat dipja oleh sebagian orang. Tak banyak Yang ngeh, bahwa apa yang telah dilakukan oleh NYa Abbas AkuP adalah sebuah langka penting dalam kehiduPan lilm lndonesia. la telah mencoba dan membuktikan bahwa film sebagai- mana halnya sastra, musik, tari, teater dan senirupa adalah alat untuk berekspresi. Kesempatan untuk mengucapkan pikiran-pikiran. Bahkan termasuk melontarkan Pengalaman- pengalaman Personal, kendati Pada prosesnya film adalah sebuah kerja kolektip. Dengan sekaligus menulis cerita, skenario dan menYutradarai, Nya Abbas telah membuat film menjadi unik. Bukan hanya hiburan. Tetapi iuga kesaksian Pada kehidupan, menurut visinYa. Karya- karyanya bersumber dari kenyataan hidup sehari-hari. Anekdot-anekdot yang kadang menjurus kePada soal seks, atau menganga ke arah politik. Gosip-gosip ialanan Yang kadang klise, namun karena ditangkaP dengan jeli dan diberikan dimensi, menjadi senyum. Kita tak berdaya menahan tertawa, karena tak terpikir sebelumnya bahwa itu ada di dekat hidung kita. Bahkan mungkin kita lakukan sendiri. la mengajak kita guYonan se- kaligus merenung. Nya Abbas tak menolak bahwa film adalah barang komoditi' la nampak sangat sadar bahwa film adalah hasil kerjasama oleh sejumlah orang yang hendak diPertunjukkan kepada masyarakat, bukan hanya disimpan di museum kesenian. Dan untuk itu telah dikeluarkan biaya yang mesti kembali. Kesadaran itu ielas dari kenyataan bahwa hamPir semua filmnya komunikatif, menghibur dan secara komersial menggigit pasar. la tak menolak untuk menaburi filmnya dengan aroma Yang memungkinkan ia bersaing diPasar. Tak Peiak lagi bahwa selain berekspresi, ia memPerhatikan Pe- nonton. Bukan untuk mengambil rnuka pada Produser, taPi semata- mata karena ia merasa bertanggungjawab untuk menjaga kelanggengan kesemPatan berekspresi itu. la tidak hanya berpikir tentang kePuasan dirinYa. TetaPi bagaimana memelihara media itu agar terus hidup. Agar produksilidak macet. ltu berarti juga meluangkan kesempatan bagi Pembuat-Pembuat filmnasional yang lainnya. Diam-diam, Nya Abbas telah berfikir dan berjuang untuk kelangsungan kehidupan film Indonesia. Sidirian. Namun jangan lupa, film-film Abbas bukan hanya komunikatif dan menghibur. Karya-karyanya juga berbicara dan menembak. Film-film itu tidak pernah berhenti hanya sebagai barang komoditi dan hiburan memberikan kesaksian sosial. Kadang-kadang begitu sarat dengan ide sehingga beberapa pesan disemburkan begitu saja di sela-sela banyolan-banyolannya yang hangat. Jelas sekali, betapa Nya Abbas menganggap lilm sebagai sarana untuk mencampuri kehidupan masyarakat. Film yang memiliki komitmen dan fungsi sosial. Bukan semata-mata kendaraan artistik para individu yang memuja keindahan. Tujuan pembuatan-pembuatan film- nya bukan hanya petualangan artistik. Tetapi mendekatkan manusia khususnya manusia Indonesia pada hidup nyata dan agar memberikan toleransi pada lingkungannya. Nya Abbas bukan orang yang memuja film sebagai film. la menempatkan film bukan sebagai tujuan, tetapi alat untuk mengangkat derajat manusia. Dengan cara mencintai manusia lain. Khususnya manusia-manusia kecil yang sedang tergencet dan menderita di sela-sela kehidupan yang wah. Kepada siapa seluruh simpatinya berpihak, sampai pada karyanya yang terakhir. Nya Abbas dalam kehidupan sehari-hari adalah orang yang tak suka menonjol.

la ikut risau oleh kehidupan orang lain yang rawan. la konon sangat memperhatikan kesejahteraan crew dalam bekerja. Tak jarang menekan produser untuk memberikan honor yang layak pada karyawan. Suka memberikan banyak kesempatan pada anak-anak muda. la bukan tipe flamboyan, bukan burung merak yang ingin berdiri sendirian di puncak. la punya toleransi pada partner kerjanya pihak produser tapi bukan orang yang tak punya sikap. la seorang yang selalu menjaga karya-karyanya dan punya prinsip yang keras dalam membela ekspresi yang mau dilontarkannya. la tak ragu-ragu untuk menolak kalau sudah bertentangan dengan keyakinannya. Tetapi ia sama sekali bukan orang yang tidak bisa diajak berembuk. Potensi kreatifnya membual ia bisa memadukan berbagai hal yang nampaknya bertentangan. la sudah membuktikan bahwa bobot dan bisnis bisa saling menunjang setelah banyak orang mem- buktikan bisnis selalu membunuh bobot. Kalau ia memilih bentuk komedi, satire, parodi untuk ide-idenya, itu bukan kebetulan, tetapi perhitungan seorang yang memahami medan.

la mempergunakan humor sebagai alat. Senjata yang ampuh sekaliuntuk di- jejali berbagai pikiran tanpa menim- bulkan ketegangan bagi yang ber-masyarakat kita yang begitu heterogen dan penuh dengan tabu-tabu yang bisa meletus kalau dilanggar.

Film-film Nya Abbas telah menyentuh berbagai lapisan masyarakat. Tidak meledak-ledak semuanYa, namun bisa diterima di setiap pintu rumah, dalam masyarakat Yang berlapis-lapis. Film-film yang pada dasarnya ingin berdialog, memberikan kesaksian sosial, informasi, opini dan kemudian iuga sentilan-sentilan itu, ide itu sehingga komunikatif dengan masyarakat yang hendak diajaknya berdialog. Pada suatu ketika nanti, ketika film Indonesia sudah berkembang pesat. Ketika teknik bukan lagi masalah. Ketika film bukan lagi benda sakral di tangan para sutradara. Ketika unsur teknik dan artistik bukan lagi dewa. Ketika orang hendak mencari film Indonesia yang benar-benar Indonesia. Film lndonesia yang telah jadi milik masyarakat. Tak ha- nya terkatung-katung sebagai bin-tang-bintang terpencil yang kesunYian Petualangan kreatifnya Yang paling mengesankan adalah keberhasilannya untuk membumikan ide' 10 berbicara dengan lidah Indonesia, aksen Indonesia dan tentang ma- nusia Indonesia. Salah satu pilihannya akan jaluh pada film-film Nya Abbas. Sutradara ini bertutur dalam film, seperti umumnya orang Indone-sia bertutur. Penuh banyolan dan sindiran. Seenak perut. Kalau perlu nempersetanft an pakem-pakem. Gaya tutur yang kita jumpai juga dalam leater-leater rakyat kita. Bisa menyalahi dramatugi Barat yang konvensional. Tetapi sekaligus juga menjadi sangat cocok dengan pandangan seni baru, karena kebebasair dan pemberontakannya. Apakah ini juga tanda bahwa Nya Abbas tahu betul batas kemampuannya. Artinya bahwa ia tidak membiarkan ambisinya lebih jauh dari sekedar komunikatif membumi, karena ia sadar ia tidak mampu berbuat lebih. Misalnya membuat eksplorasi artistik, mengerahkan tenaga untuk menembus level internasional. Menancapkan karya baru dan pengembaraan-pengembaraan eksperimental. Memang kita boleh bertanya- tanya dan ragu. Heran, kenapa ia nampak tak berpikir tentang piala Citra, kendati ia bukan orang yang tidak suka menerima penghargaan. Apakah itu pemberontakan,atau pilihan terakhir, karena ia terpaksa memainkan peranannya secara maksimal menurut batas kemampuannya ? Jawaban kita pasti berbeda- beda. Buat saya, apa yang dilakukan Nya Abbas adalah sesuatu yang menonggak. Tetapi memang kritik, institusi-institusi pengamat karya film Indonesia dengan hadiah-hadiah mereka, lupa menoleh. Entalr kare- na mereka kurang awas, atau memang selera kita tentang apa film yang baik itu, memang sudah amat berbeda. Kalau begitu sudah waklunya untuk melakukan perang terbuka dalam sebuah diskusi besar tentang nilai. Agar kita tidak setalu mengkambing hitamkan nasib buruk melulu. Kini Nya Abbas Akub sudah tiada. Tetapi film-film yang diwariskannya masih terus bicara, bergelar meneruskan suaranya menggenjot kita. Apa yang sudah dilakukan almarhum menantang kita.

NYA ABBAS AKUP, Jangan Kompromi Dengan Produser

SUMBER : SUARA KARYA MINGGU, 29 JUNI 1975 
 
 
Jangan Kompromi Dengan Produser

SIAPAKAH sutradara film komedi yang pantas dikedepankan? Dialah Nya Abbas Acup. Anak asuhan Usmar Ismail ini meskipun pendiam, ternyata mengindap rasa humor yang cukup parah bahkan bisa berubah jadi sinis. Maka bergaul dengan dia jika benar2 sudah “masuk” cukup menyenangkan: anda bisa mentertawakan rekan anda sendiri, tetapi tidak jarang dari dialog2 yang terloncat andapun bisa mentertawakan kebodohan anda sendiri. Menceritakan diri dan kariernya sutradara ini dengan terus terang mengakui, bahwa masuknya ke dunia film sebenarnya sekedar iseng saja. Waktu itu katanya kepada saya sambil mematikan lampu menjelang tidur dalam sebuah hotel di Medan, saya sedang asyik mengikuti kuliah di Fakultas Hukum UI. Saya kepengin jadi pengacara. Tapi pada suatu hari saya dihubungi teman bahwa Perfini mencari orang untuk dididik jadi asisten sutradara. Terdorong oleh jiwa petualangan saya dan juga ikut mencari tambahan uang saku kuliah, saya melamar. Saya diterima kemudian mulailah saya sedikit demi sedikit mengenal dunia film. Begitulah. Nya Abbas yang dilahirkan dari Ibu Jatim dan Ayah Aceh itu lalu mendapat kesempatan meneruskan studi sinematografinya ke Amerika. Dia sudah menikah dan karena itu bersama istrinya belajar selama dua tahun di Negara Uncle Sam itu. Menjadi sutradara film Abbas telah menelorkan banyak film2, ya sekitar 20-30an. Banyak ragam film yang diolahnya, namun yang pantas dicatat adalah film2 yang berjenis komedi itu. Dan menyebut film komedi yang berhasil dari tangannya tidaklah sukar Jendral Kancil, Tiga buronan dan Bing Slamet Koboi cengeng.

Cukong 

Nya Abbas Acup ternyata tidak hanya tinggi sosok tubuhnya, tetapi konon tinggi pula honornya. Sudah tentu yang dipakai sebagai perbandingan bukan sutradara2 yang sekaligus merangkap produser macam Wim Umboh atau Syuman Djaya. 

- Lantas apa yang menyebabkan anda “berharga” tinggi itu? Tanya saya ingin tahu.
+ Yah, sudah pasti prestasi kerja. Saya bekerja keras dan agak sulit diajak terlalu komproni dengan produser atau cukongnya. (Barangkali dari dialog ini anda teringat ucapan Teguh Karya yang nadanya sama waktu memberikan ceramah di TIM tempo hari: ‘jangan mau didekte cukong’).
- Baiklah tetapi untuk tidak dikompromi itu kan mengandung resiko. Anda bisa kehilangan produser?
+ Ya, sudah tentu. Saya bisa juga kehilangan produser. Tetapi itu pada akhirnya tergantung pada diri kita sendiri. Anda tahu, tahun ini saya sudah ditawari untuk menggarap tiga buah film, tetapi yang pasti sebuah saya tolak saya tidak cocok dengan jalan ceritanya.
- Saya dengar banyak sutradara yang terpaksa harus kompromi dengan produser karena alasan ekonomi?
+ Ya itu bisa dimengerti dan terserah masing2 orang. Tetapi kalau saya lebih cenderung untuk tidak berbuat demikian. Karena film merupakan tanggung jawab sutradara. Dan karena itu tidak bisa berbuat se-tengah2.
- Terima kasih

MENGENANG NYA ABBAS AKUP

MENGENANG NYA ABBAS AKUP
Oleh : Marselli

Setahun silam, tepatnya pada 14 Februari 1991, pefilman Indonesia kehilangan salah seorang putranya yang berbakat, Nya Abbas Akup, dalam usia 59 tahun. Sutradara kelahiran Malang, Jawa Timur, ia berpulang setelah ia berjuang cukup lama melawan komplikasi penyakit yang diderita- nya. Mendadak, dunia film komedi terasa sepi ditinEgal Nya Abbas....... Tentang karir Nya Abbas sela- ma hampir 40 tahun telah mem- buahkan 27 film yang hampir se- luruhnya jenis komedi. Artinya Nya Abbas memang konsisten me- nanganif film komedi. Dari karya-kar- ya komedi terbaiknya dapat pula dilacak gaya penyulradaraannya, wawasanyar sena kecenderungan-- kecenderungannya, sehingga sejum- lah karya terbaiknya tersebut (sebutlah antara lain Tiga Buronan, lnem Pelayan Sexy, Cintaku Di Rumah Susun), akan terus jadi kekayaan ciunia film nasional. Siapa sebenarnya Nya Abbas ? Di tahun 1952, Nya Abbas mulai berguru pada Usmar lsmail, sutra- dara dan pendiri studio Pertini. Setahun kemudian Usmar rnenye- rahinya tugas untuk menggarap film komedi Heboh yang ternyata suk- ses komersial. Dikemudian hari Nya Abbas, atas dorongan Usmar pula, memperdalam ilmu penyutradaraan di UCLA. Amerika Serikat. Di kalangan para sutradara filrn Indonesia Nya Abbas Akup dikena! beroenamoilan sederhana Pakaian seharr-harinya cukup kaos oblong warna putih. Kesederhanaan pe- nampilannya luga berlanjut dalam sikap kesenimanannya la Jarang sekali melemparkan pertanyaan- pertanyaan tentang dunia lilm yang dia geluti. Bahkan sebagar sulradara yang menekuni jenis komedi. ia tak mengesankan orang yang suka melucu. Pendeknya, ia banyak berekspresi, melucu lewat Karya- karyanya, daripada mengobrai omongan. 1*r Selama berguru di Perfini, nampaknya Nya Abbas sangat terkesan oleh dua karya komedi Usmar

Krisis (1953) dam Lagi-lagi Krisis (1955), yang meledak di pasaran. Dua film ini cukup unik. Sebagai komedi yang sarat dengan kritik sosial, subyek kelucuannya ti- dak hanya dalam karya film, taPi iuga bersangkut paut dengan persoalan- persoalan yang hidup dalam masyarakat tatkala film tersebut diproduksi. Walhasil, . kelucuannya akan lebih bisa dinikmatioleh mere- ka yang mengenal konteks za- mannya. Dalam karya-karya Nya Abbas, terdapat kecenderungan untuk mengembangkan bentuk komedi demikian, selain adanya kelucuan- kelucuan spontan yang bisa segera memancing tawa penonton. Kritik sosial yang "kontekstual" itu, te!'uta- ma yang diucapkan lewat dialog, mau tak mau membawa implikasi humor yang'tinggi". Namun Nya Abbas bukannya tak menyadarinya. la lalu mewar- nai karya-karyanya dengan suatu erotisme : munculnya wanita-wanita cantik, sexy, walaupun mereka ini barangkali cuma berpangkat se- orang babu atau penjualjamu. Satu warna yang jelas tak ada dalam ke- dua film komedi Usmar. Dan meski erotisme yang ditampilkan Nya Abbas tak sampai berlebihan, tapi terasa bahwa ia memang bermak- sud menggunakannya sebagai imbangan terhadap humor'1inggi" - nya tersebut. Yang paling menarik adalah mencatat kecendlungannya untuk mempertemukan eorang kaya dan yang miskin. Lebih tepat, mem- pertemukan kaum yang telah ma- pan dengan orang-orang pinggiran antara majikan dan pelayan (lnem Pelayan Sexy, Boneka Dari lndiana), antara penjualjamu dan pengusaha (Semua Karena Ginah), antara portir hotel dengan para bos (Kipas Kipas Cari Anginl, dan sebagainya. Pertemuan antara orang-orang yang berloeda status sosialnya tersebut berlangsung akrab, bisa berdialog atau malah salihg bercanda, serta jauh dari penggambaran konlras tentang perbedaan kelas dalam masyarakat.

Maka, ramuan humor yang 'tinggi", warna erotlsme, pertemuan antara tokoh-tokoh yang mapan dan tergolong kaum pinggiran, selain lelucon-lelucon sponlan lainnya, bisa dilihat sebagai usaha Nya Abbas untuk memadukan porsi humor buat semua orang. Apalagi pada dasarnya humor Nya Abbas terasa mengejek tanpa menyakiti hati mereka yang jadi sasaran ejekannya. la ingin merangkul sebanyak mungkin penonton dari kemajemukan publik film nasional. Terbukli bahwa pukul rata hasil pemasaran film-flilmnya tidaklah mengecewakan. Disamping menyutradarai, Nya Abbas sekaligus adalah penggagas cerita dan penulis skenario dari karya-karyanya. la cukup punya posisi tawar-menawar dengan para produser dan berlaku selektil dalam berproduksi. la juga selalu terlibat langsung dalam pemilihan pemain, -serta mengawasi proses produksi sampai selesai. Maka, dengan segala kekurangan dan kelebihannya, kontribusinya terhadap hasil akhir film cukup be- sar, yang secara diam-diam telah menempatkan dirinya sebagai sutradara sebagai pencipta. Seorang _auteur Di tangannya tilm adalah alat ekspresi : kesempatan untuk mengucapkan gagasan-gagasan, memberikan kesaksikan sosial.

Kenyataan ini menjadi semakin tegas jika disadari bahwa kebanyak- an film komedi Indonesia yang cuma berupa lilm banyolan. Akhirnya, catatan pendek ini memang tak berpretensi untuk mengupas keseluruhan karya Nya Abbas secara mendalam. Sebab untuk keperluan itu dibutuhkan studi sertu€ tersendiri. Mudah-mudahan film, Nya Abbas tidak memandang dirinya sebagai seseorang "yang berdiri mendahului masyarakatnya seraya memberikan pesan-pesan". Samasekali tidak. la justru nampak berbahagia dengan peran seorang "penjaja minuman segar" yang bera- da di tengah-tengah "masyarakat pembelinya". la berkarya dengan enak, tanpa dibebani untuk "Pekan Retrospeksi Film Nya Abbas Akup" yang diselenggarakan oleh Kine Klub DKJ ini dapat dijadikan titik tolak untuk melakukan studi mendalam tersebut. Saya hanya ingin menyudahi catatan pendek ini dengan pe- mahaman bahwa sebagai seniman membawakan misi-misi tertentu. la mencintaidunianya dan dapat hidup dari dunia yang dicintainya itu. Nya Abbas patut dikenang sebagai seniman yang telah jadi.

NYA ABBAS AKUB, TUKANG EJEK NOM()R WAHID

NYA ABBAS AKUB, TUKANG EJEK NOMOR WAHID

Pada umur 22 tahun, Nya Abbas Akup menarik perhatian lewat film Heboh. 

Ditengah - tengah sejumlah komedi konyol gaya sandiwara sebelum perang, Abbas tampil dengan sualu yang baru. la bertolak dari kehidupan nyata yang ada di sekitar sesualu yang memang telah men- jadi tradisi PERFINI (perusahaan Film Nasional yang dirintis Indone- sia) oleh almarhum Usmar lsmail. 

Heboh mendapat sukses komersial diantara film-film PERFINI yang mengalami kesulitan peredaran, sehingga dapat menolong perusahaan tersebut. Tetapi, Nya Abbas yang sebe- narnya, baru tampil secara seutuhnya lewat lilm Tiga Buronan (1957). Apa yang masih samar-samar terlihat dalam Heboh, tiga tahun kemudian muncul dengan jelas pada Tiga Buronan.Ini adalah film tentang jagoan yang menghantui sebuah desa kecil. 

Mat Codet (dimainkan Bing Slamet ), adalah kepala bandit iiu. la garang terhadap korban-korbannya, galak ter- hadap anak buah, serta cukup awas menghadapi alat negara. Tetapi, jagoan yang satu ini juga seorang manusia biasa. la bahkan jatuh cinta kepada anak salah seorang korbannya. Dan, tali - temali cerita itu semua dengan cara yang amal subtil ditampilkan Abbas yang menulis cerita, skenario dan seka- ligus menyutradarainya. Dengan cara yang tidak dibuat-buat, di akhir cerita, Mat Codet menyerah katah kepada alat negara. Ternyata ia cuma manusia biasa yang takul mati, meski selama ini berselubung di balik topeng kegarangan dan kegalakan.
Nah, itulah ciri Abbas sejak itu : gemar membuka topeng kepalsuan yang banyak dipakai oteh sejumtah besar yang disekeliling kita. Yang menarik semua kegiatan ini di- lakukan Abbas tidak dengan kepahitan atau kebencian. Orang yang diejek dan dibongkar kepal- suannya tetap diperlakukan secara manusiawi. Tidak dihina lebih dari semestinya. 

Mat Codet yang ternyata juga takut pada potisi, pada akhirnya menimbulkan belas kasihan kita. Nasib yang menimpa Mat Codet sebenarnya nasib yang menimpa banyak diantara kita yang menjadi lupa diri dan berbuat aneh-aneh ketika lagi berkuasa, atau tatkala rezeki datang lebih dari yang kita perlukan. Sesungguhnya tidak ada pe- nemuan luar biasa yang dilakukan Abbas lewat lilm itu kecuali membuktikan bahwa ia seorang sengamat masyarakat yang baik. a tidak "mengarang,,, cerita se_ bagai yang bdnyak ditakukan oteh caoa umumnya pembuatf lilm Komedi kita. yang Abbas lakukan adalah mengangkat kejadian-kejadian nyata yang ditemuinya Dalam hidup di sekitarnya. Nasib yang menimpa Mat Codet bagi saya, hampir tidak berbeda dengan nasib bekas Menlu Subandrio, vang ketika dia jaya bisa berbuat dan berkata apa saja. 

Di depan pengadilan MAHMTLUB (Mahkamah Militer Luar Biasa) ternyata ia cuma seorang manusia kecil yang pernah bisa berbual macam_ macam lantaran suatu kesempatan yang memang tidak semua orano bisa mendapatkannya. Film Tigi Buronan, dengan demikian meru- pakan sebuah lontonan lucu yang juga memberi pelajaran lewat ejekan halus. Ejekan halus itu pun kita temui kembali dalam fitm Mat Dower. Dalam film yang agak kedodoran ini terlalu banyak yang ingin dikata kan Abbas, sehingga kita bisa sedikit bingung. Abbas dengan jelas ingin mengejek, sekatigus mengasihani pahlawan. Tokoh Mat Dower atau Mat Dikipe (dimainkan S. Bagio) sebenarnya tidak lebih dari seorang setengah sinting.

Suatu keadaan tertentu telah membuatnya tiba-tiba jadi hebat dan dipuja. pada mulanya. Mat Dower tidak terbiasa dengan segala puji-pujian itu. Kebiasaan xemudian membuat ia menerima nya, Tetapi justru pada saat ia harus menikmati hasil ..kepah- lawanannya", ia justru dilucuti oleh kepala desa. Mat Dower sebenarnya se- buah tragikomedi. Lewat sejumlah saal-saat yang memacing ketawa 0an sejumlah kenikmalan menyaksikan sejumlah perempuan cantik-juga sualu ciri Abbas lewat film-filmnya kita secara amat subtil dihadapkan pada suatu kenyataan ketika sang,,pahlawan,' begitu saja ditinggatkan di batas desa. 

Pak Lurah, yang sesungguhnya tidak punya andil apa-apa dalam menewaskan Sapu Jagad, akhirnya diarak-arak sebagai pahla- wan ketika Mat Dower terlunta- lunta dan terlupakan di luar batas desa. Adakah yang luar biasa di sini? Bagi mereka yang tahu sejarah dan adat dunia, sekali laoi Abbas tidak mengarang yar;g aneh-aneh. la cuma menceritakan semua yang ada di sekitar kita. Sebagai seorang anak muda yang ikut dalam perang kemerde- kaan sebagai tentara pelajar di Jawa Timur, dan sebagaipengamat sosial dan politik di mana masa awal pemerintahan ,'Orde Baru", soal pahlawan-pahlawan bukan soal yang asing bagi Abbas. Semua kita tahu bahwa semua yang menikmati sebuah perjuang- an adalah orang yang sesung- guhnya berhak untuk itu. pak Lurah yang memiliki lembaga resmi mempunyai kesempatan dan ke siapan yang lebih untuk menikmati hasil perjuangan melawan Sapu Jagad, ketimbang Mat Dower, orang yang sama sekali tidak sengaja menjadi "pahlawan" itu: Maiia diamati dari segi sosio- logis, lilm Mat Dower ini juga bisa dinilai sebagai suatu studi tentang pembagian tugas antara pelopor ke suatu tujuan tertentu dengan mereka yang nantinya kebagian bersibuk dalam situasi yang ber- hasil dicapai itu. 

Secara halus bisa juga diperoleh pelajaran dan nasihal dari film ini. Mereka yang menjadi pelopor harus bersiap- siap untuk dilupakan jika perjuan- gannya telah berhasil. Mat Dower dengan segala kekurangannya lantaran terlalu terikat pada suatu periode tertentu dalam sejarah politik kita - adalah sebuah tontonan yang baik bagi sejumlah "bekas pahlawan" yang kabar"nya kini agak sedikit frustasi. 

Nampaknya karena Mat Dower bisa ditafsirkan macam-macam itu, maka film ini tidak banyak kesempatan beredar. Kabarnya karena para pendengar film ngeri kritik tajam yang terlontar lewat film ini. Menurut dugaan saya, yang mengerikan para pendengar itu justru bukan inti ceritanya, tetapi dialog-dialog lepas, yang banyak membuat cerita ini. Adegan-adegan di istana munafik (dimainkan Mansyur Syah) memang amat mengingatkan kita 14 pada suatu periooe politik yang baru saja kita lewati ketika film itu diabuat pada tahun 1959. 

Bagi saya pribadi, Politik tertentu itu yang mengurangi mutu film ini Abbas kelihatannya tidak bisa menahan luapan kreativitasnya, sehingga keutuhan filmnya jadi rerganggu. Pengalaman pahit dengan para pengedar itu bukannya tidak berbekas pada karya-karya Abbas selanjutnya. Perhatikanlah film Koboi Cengeng yang memperoleh sukses komersial itu. Film Abbas yang ini memang masih tetap yang istimewa lerutama karena keberhasilannya menciptakan sualu cerita koboi yang sama sekali lain dari yang bisa dihasilkan di Hollywood ataupun ltalia. lni sebuah parodi dengan di sana-sini secara halus dan lucu masih menyerempet - nyerempet kea- daan sekitar. tetapi, Abbas yang kita kenal Tiga Buronan dan Mat Dower sudah sulit di temukan dalam film koboinya ini.

Meski demikian film ini toh tetap tidak tergolong komedi konyol yang ketika itu, bahkan hingga sekarang, masih banyak dibuat orang di negeri ini. 

Dan lucunya pula, sudah konyol, film{ilm yang banyak dibikin itu tidak pula lupa . mencoba memberikan pelajaran moral. Yang terakhir ini tidak kita temukan dalam Koboi Cengeng. Ketika mengomentari film ini beberapa saat setelah memasukisereoaran, saya antara lain -enulis : 'lilm ini, meskipun ada .-ga menyentil dosa di masyarakat Jang suap, amplop), pamrih ";endidikannya" tidak menonjol, selain propaganda buat ha, ha, 'ia. Tampak lebih ada keleluasaan seni melucu di dalamnya. Mungkin ini karena koboi ringan tanpa beban, mungkin pula karena Nya Abbas Akub yang pendiam itu Dunya kecenderungan untuk tidak perlu berteria dalam menggurui ataupun dalam menarik ketawa." Kurang jelas apakah karena situasi politik yang makin ketat dibandingkan dengan keadaan politik pada saat pembuatan Tiga Buronan dan Mat Dower - ataukah memang ada perubahan orientasi pada Abbas, sehingga fitmnya kemudian menampakkan corak yang lain dari film terdahulunya.

Saya melihat perubahan itu terjadi sejak Koboi Cengeng, Abbas memang masih tukang ejek yang setia, tetapi sayangnya sudah berubah kepada yang tebih "aman,' yakni terhadap orang yang tidak mungkin menimbulkan resiko serius bagi sang sutradara dan le- bih ringan cara menyampaikannya Film Ateng Minta Kawin, misalnya, juga sebuah ejekan yang cukup "sadis" seorang yang jatuh cinta. ketika menonton film ini terbayang oleh saya, bahwa di sebuah sudut Abbas berdiri terkekeh melihat orang yang jatuh cinla tak atang kepalang. kejadian yang biasanya menimbulkan daya khayal seorang penyair untuk menciptakan syair cinta yang hebat, bagi Abbas cuma cukup untuk menimbulkan ketawa geli. Masih datam Ateng Minta Kawin, kepalsuan-kepalsuan manusia yang lazim dilakukan dengan sadar untuk gengsi, secara halus dan lucu tetapi tanpa tedeng aling-ating dibongkar oleh Abbas. Lihatlah, baik ayah Vivi (dimainkan Eddy Sud) maupun ibu Ateng (dlmainkan Titik Puspa), sesungguhnya saling mengingini. 

Tetapi, lantaran gengsi, macam-macamlah ulah mereka. Ternyata dengan cara yang konyol mereka juga mencari kesempatan untuk saling mendekati. Sampai- sampai Eddy Sud menyamar dan dikejar-kejar hansip. Tidak banyak yang harus diperkatakan mengenai lilm Tiga Cewek Badung. Film ini dibuat ketika serial Five Crazy Boys sedang populer di Indonesia. Tidak bisa disangsikan bahwa Abbas menimba ilhamnya banyak dari film buatan Perancis itu. Tetapi toh film ini memancing ketawa dengan cara yang tidak vulgar. Ini suatu eksperimen Abbas yang nampaknya tidak ia teruskan. Terbukti kemudian ia membuat lnem Pelayan Seksi yang sukses komersial itu. Ketika mengomen-tari lilm ini, saya antara lain menulis : "sebagai tukang ejek nomor satu, Abbas memang mem- punyai pengamatan yang tajam. Dialog dia ditulis dengan pas dan tepat.

Tingkah laku para babu, tuan dan nyonya serta anak-anak mereka digambarkan dengan baik. Bahkan pengetahuan Abbas mengenai sosiologi kabar angin pun patut dibanggakan. Perhatikan adegan nyonya yang sibuk mem- bicarakan kabar perkawinan tuan Bronto dengan babu Inem. Berita itu bersumber pada nyonya Cohro. Melewati sejumlah nyonya yang menyebarkan berita lewat telepon berita yang sarna tiba kembali pada sumbernya. Untuk apa sebenarnya Abbas membuat film Inem ini? Nah, sebagai tukang sindir, yang jadi sasaran Abbas di sini adalah tuan- tuan yang munafik dan nyonya- nyonya yang sok jago. Lihatlah bagaimana Abbas memperolok- olok tuan Cokro (dimainkan Aedy Moward) yang mencuri-curi kesem- patan untuk mengintiP Inem sembari sesekali menjawil pipi sang babu ketika sang nyonya sedang lengah. Dan, itu tuan Bronto. (dimainkan Abdul Jalal), betapa ia diperolok-olok Abbas lewat peng- gambarannya pada adegan sang tuan iatuh cinta pada si babu (dimainkan Doris Callebaut). Lewat lilm itu Abbas sebenarnya ingin juga berkata bahwa babu-babu itu, kalau mendapat kesempatan yang sama, juga bisa sama, juga bisa sama dengan nyonya-nyonya. Te- tapi, pada kesempatan yang sama babu itu jadi sasaran ejekan Abbas ketika bekas babu itu tiba- tiba secara amat bersemangat berpidato mengenai rakyat miskin. wab-h penyakit dan sebagainya. Mendadak jadi nyonya setelah meleoas status babu kebiasaan nyonya-nyonya pun ditirunya. 

Barangkali Abbas ingin berkata Wah siapa saja yan.g berstatus nyonya penyakitnya sama saja Film Karminem kelihatannya tidak dibuat dengan serius. Dari film itu ada ketawa, tetapi sum- bernya tidak terlalu dalam. Da- tangnya terutama dari tingkah laku sesaat para pemain yang kebetulan berasal dari sebuah grup lawak. Masih tetap ada pesan tentang seorang yang bosan di kota lalu kembali ke desa. Tetapi, pesan itu seperti dicari-cari saja. Nah, apa boleh buat, blntang besar macam Toshira Miftrne toh lidak selalu bermain dalam film serius karya Akira Kurosawa. Sekali-sekali ia juga "terpaksa" bermain untuk keperluan nonroha- niah, bukan? Abbas juga punya hak untuk berbuat demikian. Saya kira. Lewat film Dracula Mantu, Abbas yang pengamat masalah sosial yang cermat itu tamPil kembali. Kali ini yang jadi sasaran adalah masalah penggusuran. Tahun-tahun terakhir ini, terutama ketika film Dracula itu dibuat, ma- salah penggusuran memang lagi menghantui sejumlah pendudukJakarta. Yang masih hidup mau pun yang telah kembali ke sisi Tuhan. Barang kali untuk meng- hindari sensor yang bisa fatal, Abbas memilih mahluk halus sebagai tokoh-tokoh yang mem- bawakan ceritanya. Lewat pilihan yang demikian Abbas sekaligus mengejek-ejek hobby terbaru kita sebagai bangsa yang lagi gemar dengan yang serba luar negeri. Lewat sejumlah kelucuan lengkap dengan terminologi yang sehari- hari populer. Abbas akhirnya tidak bisa berbuat apa-apa untuk menolong tokoh-tokohnya yang tergusur itu. Cukup tajam ejekan- ejekan Abbas : Arwah pribumi yang tergusur itu akhirnya cuma bisa diselamatkan oleh dracula yang berasal dari Eropa sana. Bahwa Abbas masih tertarikl membuat film seperli Dracula Mantu yang lucu tetapi dengan sentilan tajam, ini harus ditafsirkan bahwa semangat untuk membuat film komedi dari kenyataan sehari- hari masih tidak mati di hati sutradara kelahiran Malang ini. 

Di tengah-tengah sensor-sensor resmi yang sangat berhati-hati dan para pengedar film yang punya kebiasaan untuk ngeri, Abbas dengan Dracula Mantu saya kira merupakan pertanda bahwa hara- pan untuk kelahiran lilm yang tampil dengan masalah sehari-hari kita hingga kini belum mati, setelah dimulai oleh almarhum Usmar lsmailpuluhan tahun yang silam. Bahkan Abbas mendapatkan hikmah dari sensor yang ada, terbukti dengan kelihaiannya menyelipkan kritik lewat film-filmnya yang sepintas lalu tidak lebih dari sebuah pancingan untuk sekedar menciplakan kelawa. Ketika hendak mengakhiri pembicaraan ini, tiba-tiba pada saya timbul ketakutan akan di tuduh telah menyiapkan sebuah pujian panjang buat Abbas Akub yang kebetulan sahabat karib saya. Sama sekali bukan demikian maksud saya. Di tengah-tengah pujian terhadapnya, suatu pujian yang saya yakin memang berhak dilerimanya, saya pun sadar akan kelemahan Abbas. Sebagai seorang yang kreatif, bahaya besar yang mengancam atas, adalah kurangnya kontrol terhadap ide- ide yang ingin dikemukakannya. la adalah pengarang cerita, penulis skenario dan sutradara senior. Dalam kedudukan sepenting itu yang bisa memperingatkan cumalah seorang penulis kritik. Sayangnya peringatan dari kritikus baru bisa diperoleh jika film telah selesai. Tidak ada yang bisa dibuat lagipada saat itu. Kelemahan inilah yang mengurangi bobot film Mat Dower. Dan, justru karena adanya kontrol yang rapi itulah maka film Tiga Buronan menjadi sebuah film yang jernih, jelas, fenaka tetapi juga jitu. Fllm Tiga Buronan dibuat Abbas ketika ia masih berusia 25 tahun, ketika ia masih berguru pada Usmar lsmail. dalam umur semuda itu, tatkala ia masih harus membuktikan kebolehannya di tengah-tengah seju mlah sutradara, bisa dibayangkan Abbas amat berhati-hati. Hasilnya memang luar biasa. Jika kini saya diminta memilih film Abbas yang terbaik, tidak ragu saya menyebut Tiga Buronan. Bahkan dengan tidak malu-malu saya memilih film tersebut sebagai film komedi terbaik yang pernah dibuat di negeri kita.