Tampilkan postingan dengan label PASUKAN BERANI MATI / 1982. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PASUKAN BERANI MATI / 1982. Tampilkan semua postingan

Kamis, 03 Februari 2011

PASUKAN BERANI MATI / 1982


 
Film ini sangat di kecam oleh kritikus film, termasul Salim Said. Yang menganggap film ini hanyalah tiru-tiruan film Hongkong, juga Lebak Membara tidak beda dengan Rambo yang memamerkan effek saja. Salim Said melihat hal ini dari sejumlah film tentang Revolusi. Tetapi saat film ini dibuat memang sangat lah terkenal dengan film-film yang pamer effek. Mungkin Imam ingin mencoba film ini dengan effek yang baik sebagai menguji kemampuan crew lokal dalam membuat film effek. Jadi karena terlalu asyik bermain effek sehingga melupakan arti dari film yang mengulas revolusi sebagai bagian dari sejarah.

Memang kalau mau dilihat arti sebuah film sangatlah luas dengan kepentingan masing-masing. Mungkin Imam hanya mencampurkan kenyataan peristiwa beberapa persaen saja, selebihnya effek. Dan memang terbukti dari sejumlah film Imam, yang memakai effek dalam film-filmnya.

Masa ini terjadi pada saat perang kemerdekaan, dimana sebuah kota kecil telah direbut oleh tentara Belanda setelah menjatuhkan bom-bom dan menyerang kota tersebut dengan gencar oleh pasukan-pasukan Belanda yang diperkuat kendaraan-kendaraan Panser.

Kapten Bondan sebagai Komandan pasukan di kota itu memerintahkan pasukannya untuk mengundurkan diri bersama penduduk guna menyusun kekuatan untuk mengadakan serangan gerilya. Sebenarnya rencana ini tidak disetujui oleh Letnan Haryono. Tapi sebagai bawahan ia harus mentaati perintah atasan.

Sementara itu, pasukan Belanda di bawah pimpinan Mayor Otto Van Der Byck memasuki kota kecil tersebut dengan penuh kebanggaan karena telah dapat menguasainya.

Penduduk yang sedang mengungsi banyak yang menjadi korban karena gempuran-gempuran bom dan serangan pasukan Belanda. Rumah-rumah hancur lebur. Dan dari tempat pengungsiannya, Kapten Bondan mulai mengatur siasat untuk menyergap patroli-patroli Belanda dan menghancur pos-pos penjagaannya. Dalam gerilya ini, seluruh penduduk turut membantu tentara yang sedang menghadapi pasukan Belanda.

Dalam beberapa sergapan-sergapan pasukan gerilya, banyak pasukan melanda yang tertangkap dan menderita, sehingga membuat geram pemimpin pasukan Belanda. Mereka membuat rencana balasan untuk menyerbu besar-besaran para gerilya.

Selain itu, ada juga pengkhianat yang bersedia menjual dan mengorbankan bangsanya sendiri pada Belanda demi kepentingan dan keuntungan pribadi. Hal itu terjadi pada Kyai Abdul Karim, ayah dari Latifah, seorang laskar wanita yang tertangkap bersama Kopral Gani karena pengkhianatan. Ketiga tahanan itu menderita siksaan yang kejam dan akhirnya Kyai Abdul Karim mati ditembak Belanda.

Jupri, seorang pedagang kaya, menyatakan ingin kembali ke kota. Hal itu ditentang oleh Letnan Haryono dengan alas an akan membahayakan pasukan gerilya. William, seorang Indo, juga turut berjuang demi republik ini. Tapi Jupri tetap pada pendiriannya untuk kembali ke kota dan ia tertangkap oleh serdadu Belanda. Belum sempat Jupri akan membuka rahasia dimana kedudukan para pasukan gerilya, senjata Letnan Haryono dan William menamatkan riwayatnya dan para serdadu yang menangkapnya. Hal itu membuat dendam hati Suci, hingga akhirnya ia yang bersedia membocorkan rahasia kekuatan gerilya kepada Belanda.

Pasukan Belanda mengobrak-abrik dan menghancurkan markas gerilya. Banyak korban berjatuhan dari pihak gerilya, salah satunya Kapten Bondan. Pasukan gerilya yang selamat bertekad untuk membalan dendam atas kematian rekan-rekannya. Dan saatnya tiba, pasukan gerilya menyerbu dan menghancurkan markas Belanda tanpa henti sekuat tenaga sampai tetes darah penghabisan. Akhirnya markas Belanda tersebut berhasil dilumpuhkan. Dan para gerilya kembali ketempat pengungsian untuk menyusun kekuatan baru guna melanjutkan perjuangan menuju Indonesia merdeka.