Tampilkan postingan dengan label PITRAJAYA BURNAMA 1963-2004. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PITRAJAYA BURNAMA 1963-2004. Tampilkan semua postingan

Kamis, 03 Februari 2011

LEMBAH HIDJAU / 1963

 
Disutradarai Bersama
Pitrajaya Burnama dan Hasmanan
 

Tabung (Pitrajaya Burnama) sadar bahwa penduduk desanya harus lepas dari pemerasan pengijon Jontro (Hadisjam Tahax) dan Sadar (Hasmanan). Untuk melaksanakan niatnya, Tabung yang kakinya pincang ini, bekerja sama dengan Bank Koperasi Tani dan Nelayan. Bolak-balik ia ke kota untuk mengurus pinjaman penduduk. Ia disokong oleh janda pejuang (Chitra Dewi), tetangganya. 

Ia juga mengusahakan berdirinya koperasi. Dalam hal ini ia mengharap bantuan Mardi (Bambang Irawan), tapi yang belakangan ini ragu-ragu karena takut kehilangan pacarnya, Narsih (Roosilawaty), putri Jontro. Koperasi akhirnya berhasil berdiri dan penduduk berani melawan Jontro. Jontro yang kehilangan mata pencaharian, lalu memeras Mardi, yang orangtuanya memang berhutang padanya. Maka Mardi jadi sadar. Begitu juga Sadar, tangan kanan Jontro. Sadar dan Jontro akhirnya berduel dan keduanya tewas.

Minggu, 23 Januari 2011

PITRAJAYA BURNAMA 1963-2004

PITRAJAYA BURNAMA



Foto ini saya ambil 2 hari sebelum beliau meninggal 6/nov/2010, sedang melalukan reading untuk main film. Om piet (kiri) - Norman Dorisman (tengah) - Surya (kanan)

Pitrajaya Burnama lahir di Cirebon, Jawa Barat, pada 8 Agustus 1934, ia lebih dikenal dengan panggilan Piet Burnama. Ia adalah seorang aktor sekaligus sutradara Indonesia yang populer di era tahun 1960 hingga tahun 1990-an.

Film-film yang ia bintangi kebanyakan bertema komedi dan laga. Seangkatan dengan aktor senior seperti Rachmat Hidayat, Kusno Sudjarwadi, Maruli Sitompul, dan W.D. Mochtar. Sedangkan film-film yang disutradarai olehnya banyak dimainkan oleh aktor kawakan seperti Bambang Irawan, Ratno Timoer, dan Rachmat Kartolo.

Dalam pementasan ATNI, Yogyakarta, di tahun 1950-an, Piet lebih banyak berrada di belakang layar, antara lain sebagai penata lampu. Tapi pernah juga mendapat peran utama dalam pementasan Montserrat sebagai kolonel yang kejam. Pertama kali terjun ke dunia layar perak dalam film Aku Hanya Bajangan (1963). Setelah itu, ia bolak-balik antara bermain dan menjadi sutradara film.

Ia juga seorang penulis skenario. Tapi prestasinya lebih menonjol sebagai aktor film. Lima kali masuk nominasi FFI, antaranya dalam film : Nilai di Gaun Putih (FFI 1982), Serpihan Mutiara Retak (FFI 1985), Beri Aku Waktu (FFI 1986), Tjoet Nja ’Dhien (FFI 1988) dan Langitku Rumahku (FFI 1990). Dalam FFI 2004, ia masuk menjadi nomimator peraih pemeran pria terbaik lewat FTV Perayaan Besar produksi Miles Production.

Nyong Ambon ini lahir jauh dari kampung nenek-moyangnya, ketika orang tuanya sedang jauh merantau di Cirebon. Dia lahir pada 8 Agustus 1934. Tapi sulung dari 13 bersaudara ini kemudian dibawa pulang ke Kepulauan Maluku, tanah leluhurnya. Setelah menghabiskan masa remaja di Amahai, dia merantau ke Jakarta pada 1956.

Penampilannya di masa muda tergolong menarik. Tapi di tahun 1950-an, ternyata modal tampang saja tidak cukup untuk jadi bintang di film. Pieter Mozes Burnama pun rela jadi tukang dekor dan penata lampu dalam syuting film. Waktu seorang sutradara butuh aktor, maka jadilah dia aktor. Dia membuang bau Belanda dalam namanya dengan memakai nama panggung Pietrajaya Burnama alias Piet Burnama. Wajahnya kerap muncul dalam film-film Indonesia, termasuk dalam film Warkop DKI,

Beberapa penikmat teater tak lupa bagaimana akting Piet dalam pegelaran teater di masa mudanya. “Permainannya sebagai Kolonel Izquerdo dalam drama Montserrat karya Emmanuel Robles, pada 1960, menempatkan Piet sebagai 'pemain watak' yang sangat diperhitungkan,” tulis Leila S. Chudori dan Amarzan Loebis dalam obituari Piet, "Perginya Pemain Watak Terakhir", di majalah Tempo (16/11/2010).

“Sukses yang dicapai lewat Monserrat ternyata tidak hanya mengangkat nama ATNI tapi nama beberapa siswa ATNI pun terangkat ke atas. Dan barangtentu diantaranya adalah Pitradjaja Burnama aktor pentas yang kita hidangkan dalam rubrik 'Dari kehidupan Seniman' minggu ini,” tulis J. As di surat kabar Minggu Pagi (25/11/1962) yang menampilkan Pietrajaya Burnama.

Di tahun 1960 itu, selain bermain dalam Montserrat, Piet juga tampil dalam film. Meski bukan peran utama.

Sutradara Wim Umboh (1933-1986), seperti disebut dalam Minggu Pagi (25/11/1962), adalah orang yang menariknya terjun ke dunia film. Mula-mula di film Istana Yang Hilang (1960) produksi Aris Film. Lalu Mendung Sendja Hari, di tahun dan rumah produksi yang sama. Selain itu dia juga tampil dalam film Pedjuang. Lagi-lagi bukan peran utama. Sebagai pemuda yang pernah belajar teater di ATNI, Piet tidak kaku berakting bersama orang-orang film yang sudah berpengalaman.

Tahun 1960 adalah tahun pentingnya terjun di dunia film. “Sejak saat itu Piet mengukuhkan diri di dunia sinema Indonesia sebagai pekerja keras yang sederhana, lembut, dan bermartabat,” tulis Leila S. Chudori dan Amarzan Loebis.

Putra sulung dari pasangan Orpha Burnama dan Teofillus Burnama ini bukan aktor yang melulu tampil sebagai peran utama protagonis. Apa saja dia bisa. Tak heran jika dia tergolong salah satu aktor watak Indonesia yang pernah ada.

J. As pernah bertemu dengan Piet pada 1962 di Studio Infico Rawasari Kebayoran Lama, Jakarta. J. As tak menyangka bahwa Piet Burnama, yang sudah sering ditulis di media-media terkait film kala itu, “Orangnya ramah tamah. Senyumnya manis seperti senyum wanita.”


Kala diwawancarai J. As, Piet yang biasanya berkumis terlihat berjenggot.

“Kenapa berjenggot?” tanya J As.

“Saya baru saja menyamun anak perawannya Oom Usmar,” jawab Piet sambil tersenyum.

Kala itu, seperti dicatat J. As, Perfini pimpinan Usmar Ismail telah merampungkan syuting Anak Perawan di Sarang Penyamun yang berlokasi di Banyuwangi, Jawa Timur. Dalam film yang ceritanya diambil dari novel karya Sutan Takdir Alisjahbana ini, bermain pula Bambang Hermanto, Bambang Irawan, dan Nurbany Jusuf. Seperti Piet, dua Bambang berperan sebagai penyamun dan Nurbany Jusuf sebagai anak perawan.

Piet rela tak berkumis demi perannya. Dalam film Max Havelaar yang diproduksi 1976, Piet berperan sebagai jaksa yang diam-diam membantu Max Havelaar untuk menghadapi Bupati Lebak yang lalim. Di film ini, kita bisa melihat Piet Burnama tampil tanpa kumis.

Dalam film-film lainnya, maupun dalam foto-foto yang beredar, Piet terlihat berkumis. Di film Max Havelaar kita serasa melihat Piet Burnama tidak ada dalam film—yang ada hanya jaksa yang diperankannya. Begitulah seharusnya aktor watak: menghidupkan film dengan perannya. Bila perlu, karakter yang diperankannya menenggelamkan diri si aktor.

Pada zaman Orde Baru, Piet tetap main film. Kumis dan wajahnya biasa muncul di layar perak. Ia bermain dalam film Warkop DKI seperti Dongkrak Antik (1982) dan Mana Bisa Tahan (1990). Piet Burnama pernah juga beradu akting dengan Dedy Mizwar dalam Irisan-irisan Hati (1988) yang berlatar hubungan Indonesia-Malaysia pada masa konfrontasi.

Piet berperan sebagai bapak mertua dari seorang sukarelawan Dwikora yang diperankan Dedy Mizwar. Di film itu, mertua dan menantu berdebat terkait revolusi.

Piet dapat pujian dalam film itu. “Saya terkesan permainan Pitrajaya Burnama. Di situ Pitrajaya (aktor didikan ATNI) bermain sebagai bekas pejuang yang berhadapan dengan seorang mahasiswa,” tulis Salim Said dalam Pantulan Layar Putih: Film Indonesia dalam Kritik dan Komentar (1991: 260).

Dari sekian banyak peran yang dilakoninya, sosok yang diperankan Piet yang paling diingat adalah Pang Laot dalam film Tjoet Nja' Dhien (1986).

Pang Laot yang diperankan Piet merupakan sosok yang di mata orang awam dianggap jahat. Pang Laot adalah pembantu penting dari Cut Nyak Dien dalam gerilya melawan Belanda. Ia yang diam-diam bekerjasama dengan Belanda ternyata tidak tega melihat Cut Nyak Dien yang terus menua dan terganggu matanya jika terus bergerilya. Hingga dia pun bikin perjanjian dengan Kapten Veltman—yang diperankan Rudy Wowor—agar jika Cut Nyak Dien tertangkap, istri Teuku Umar itu diperlakukan dengan baik oleh pemerintah kolonial.

Pernah juga Piet memerankan tokoh protagonis di mata orang-orang Indonesia. Piet memerankan sosok Daeng Azis, nakhoda kapal asal Makassar sekaligus penyelundup senjata bagi orang-orang Lombok yang sedang berperang melawan tentara KNIL Belanda. Piet berusaha keras meniru cara bicara dan logat orang Makassar.

Di film, Piet ternyata tak hanya berakting, ia juga pernah duduk di kursi sutradara. Sejak berkarier di zaman Sukarno jadi presiden, setidaknya, menurut Leila S. Chudori dan Amarzan Loebis, Piet Burnama telah bermain dalam lebih dari 102 film dan telah menyutradarai lebih dari 34 film.

Di tahun-tahun terakhir hidupnya, Piet Burnama terlibat dalam film Serdadu Kumbang. Setelah tutup usia pada 6 November 2010, tepat hari ini delapan tahun lalu, dia dimasukkan dalam satu liang kubur bersama Maria Burnama Monoarfa, istrinya, yang lebih dahulu pergi. Piet dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Perwira, Bekasi Barat.

GOYANG SAMPAL TUA 1978 RATNO TIMOER
Actor
DIAMBANG FADJAR 1964 PITRAJAYA BURNAMA
Director
SUSANA-SUSANA BUKTIKAN CINTAMU 1984 PITRAJAYA BURNAMA
Actor.Director
JANIN AJAIB 1989 TONNY BURNAMA
Actor
MALU-MALU KUCING 1980 ISHAQ ISKANDAR
Actor
MANDI DALAM LUMPUR 1984 SUSILO SWD
Actor
TERGODA 1994 ABDI WIYONO
Actor
TAPAK-TAPAK KAKI WOLTER MONGINSIDI 1982 FRANK RORIMPANDEY
Actor
GAWANG GAWAT 1984 PITRAJAYA BURNAMA
Director
GERHANA 1985 BUCE MALAWAU
Actor
SAAT-SAAT YANG INDAH 1984 SOPHAN SOPHIAAN
Actor
TAKSI JUGA 1991 ISMAIL SOEBARDJO
Actor
KARMA 1965 PITRAJAYA BURNAMA
Director
SI PAHIT LIDAH DANS SI MATA EMPAT 1989 LILIK SUDJIO
Actor
PEDJUANG 1960 USMAR ISMAIL
Actor
JANGAN BIARKAN MEREKA LAPAR 1974 CHRIS PATTIKAWA
Actor
JANGAN BILANG SIAPA-SIAPA 1990 CHAERUL UMAM
Actor
GODAAN MEMBARA 1994 DHANY FIRDAUS
Actor
GODAAN PEREMPUAN HALUS 1993 JOPI BURNAMA
Actor
SEJUTA SERAT SUTRA 1981 DASRI YACOB
Actor
YANG 1983 AMI PRIJONO
Actor
GUNDALA PUTRA PETIR 1981 LILIK SUDJIO
Actor
TONGKAT SAKTI 1982 WILLY WILIANTO
Actor
PENDEKAR BUKIT TENGKORAK 1987 PITRAJAYA BURNAMA
Director
BUNGA DESA 1988 A. RACHMAN
Actor
DANGER -KEINE ZEIT ZUM STERBEN 1984 HELMUT ASHLEY
Actor
BERGOLA IJO 1983 ARIZAL
Actor
PINTAR-PINTARAN 1992 YAZMAN YAZID
Actor
AJIAN MACAN PUTIH 1982 M. SHARIEFFUDIN A
Actor
DONGKRAK ANTIK 1982 ARIZAL
Actor
ANTARA TIMUR DAN BARAT 1963 TURINO DJUNAIDY
Actor
SORGA YANG HILANG 1977 PITRAJAYA BURNAMA
Director
RAJA PUNGLI 1977 PITRAJAYA BURNAMA
Director
MERANGKUL LANGIT 1986 M.T. RISYAF
Actor
NILA DI GAUN PUTIH 1981 SANDY SUWARDI HASSAN
Actor
BERI AKU WAKTU 1986 BUCE MALAWAU
Actor
KULIHAT CINTA DI MATANYA 1985 BOBBY SANDY
Actor
KABUT PERKAWINAN 1984 WIM UMBOH
Actor
PENGINAPAN BU BROTO 1987 WAHYU SIHOMBING
Actor
PENGANTIN 1990 WIM UMBOH
Actor
MEI LAN, AKU CINTA PADAMU 1974 PITRAJAYA BURNAMA
Director
SI BUTA DARI GUA HANTU 1977 PITRAJAYA BURNAMA
Director
BILUR-BILUR PENYESALAN 1987 NASRI CHEPPY
Actor
MISTRI DI BOROBUDUR 1971 PITRAJAYA BURNAMA
Director
ARWAH ANAK AJIAB 1988 TOMMY BURNAMA
Actor
ATENG KAYA MENDADAK 1975 PITRAJAYA BURNAMA
Director
ATENG RAJA PENYAMUN 1974 PITRAJAYA BURNAMA
Director
LEMBAH HIDJAU 1963 HASMANAN
Actor.Director
RANJAU-RANJAU CINTA 1984 NASRI CHEPPY
Actor
PLIN PLAN 1992 YAZMAN YAZID
Actor
DUEL NAGA WULUNG 1982 DASRI YACOB
Actor
TJOET NJA DHIEN 1986 EROS DJAROT
Actor
PENCURI 1984 PITRAJAYA BURNAMA
Director
SEJOLI CINTA BINTANG REMAJA 1980 DASRI YACOB
Actor
MUSANG BERJANGGUT 1983 PITRAJAYA BURNAMA
Director
KUNANTI DJAWABMU 1964 WIM UMBOH
Actor
DIA BUKAN BAYIKU 1988 HASMANAN
Actor
MENDUNG SENDJA HARI 1960 WIM UMBOH
Actor
PREMAN 1985 TORRO MARGENS
Actor
DI DADAKU ADA CINTA 1986 NASRI CHEPPY
Actor
BISIKAN ARWAH 1988 JOPI BURNAMA
Actor
DON AUFAR 1986 PITRAJAYA BURNAMA
Director
PENDEKAR BAMBU KUNING 1971 PITRAJAYA BURNAMA
Director
JERITAN SI BUYUNG 1977 PITRAJAYA BURNAMA
Director
RATAPAN ANAK TIRI II 1980 SANDY SUWARDI HASSAN
Actor
PERAWAN RIMBA 1982 DANU UMBARA
Actor
LIMA HARIMAU NUSANTARA 1991 PITRAJAYA BURNAMA
Director
LANGITKU RUMAHKU 1989 SLAMET RAHARDJO
Actor
SERPIHAN MUTIARA RETAK 1985 WIM UMBOH
Actor
PERCINTAAN 1973 PITRAJAYA BURNAMA
Director
NOESA PENIDA 1988 GALEB HUSEIN
Actor
WANITA SEGALA ZAMAN 1979 HASMANAN
Actor
AKCE KALIMANTAN 1961 VLADIMIR SIS Drama Actor
APA JANG KAU TJARI, PALUPI? 1969 ASRUL SANI
Actor
CINTA PUNYA MAU 1989 CHRIST HELWELDERY
Actor
TIADA TITIK BALIK 1991 ACKYL ANWARI
Actor
PACAR KEDUA 1989 JOPI BURNAMA
Actor
GARA-GARA 1993 ARIZAL
Actor
AKU HANJA BAYANGAN 1963 PITRAJAYA BURNAMA
Director
OPERA JAKARTA 1986 SJUMAN DJAYA
Actor
MALAM JAHANAM 1971 PITRAJAYA BURNAMA
Director
SI BUTA DARI GUA HANTU 1985 RATNO TIMOER
Actor
UNTUKMU KUSERAHKAN SEGALANYA 1984 YAZMAN YAZID
Actor
IMPIAN PERAWAN 1976 CHRIS PATTIKAWA
Actor
GADIS METROPOLIS 1992 SLAMET RIYADI
Actor
BARANG TITIPAN 1991 IDA FARIDA
Actor
TAK SEINDAH KASIH MAMA 1986 HASMANAN
Actor
CINTA ANAK MUDA 1990 HADI POERNOMO
Actor
CINTA 1975 WIM UMBOH
Actor
BALLADA KOTA BESAR 1963 WAHYU SIHOMBING
Actor
DAN BUNGA-BUNGA BERGUGURAN 1970 WIM UMBOH
Actor
RIMBA PANAS 1988 RATNO TIMOER
Actor
PEDANG NAGA PASA 1990 SLAMET RIYADI
Actor
KEMESRAAN 1989 PITRAJAYA BURNAMA
Director
PEREMPUAN 1973 PITRAJAYA BURNAMA
Director
PEREMPUAN BERGAIRAH 1982 JOPI BURNAMA
Actor
BUMI BULAT BUNDAR 1983 PITRAJAYA BURNAMA
Actor.Director
TANGKUBAN PERAHU 1982 LILIK SUDJIO
Actor
DUEL 1970 PITRAJAYA BURNAMA
Director
PEMBURU HARTA KARUN 1984 DASRI YACOB
Actor
PEMBURU NYAWA 1990 JOPI BURNAMA
Actor
DALAM SINAR MATANYA 1972 PITRAJAYA BURNAMA
Actor.Director
IRISAN-IRISAN HATI 1988 DJUN SAPTOHADI
Actor
GADIS HITAM PUTIH 1985 WAHYU SIHOMBING
Actor
TANTANGAN 1969 PITRAJAYA BURNAMA
Director
NYI MAS GANDASARI 1989 M. SHARIEFFUDIN A
Actor
PUTRI KEMBANG DADAR 1990 DASRI YACOB
Actor
MANA BISA TAHAN 1990 ARIZAL
Actor
DUA KEKASIH 1990 AGUS ELLYAS
Actor
SEMUA KARENA GINAH 1985 NYA ABBAS AKUP
Actor
POKOKNYA BERES 1983 ARIZAL
Actor
LEBAK MEMBARA 1982 IMAM TANTOWI
Actor
SENTUHAN KASIH 1982 WILLY WILIANTO
Actor
DETEKTIF DANGDUT 1976 PITRAJAYA BURNAMA
Director
JANJI SARINAH 1976 ARIZAL
Actor
SENYUM DAN TANGIS 1974 ARIZAL
Actor
SIMPHONY YANG INDAH 1981 PITRAJAYA BURNAMA
Actor.Director
DEMI ANAKKU 1979 PITRAJAYA BURNAMA
Director
RANJANG PEMIKAT 1993 PITRAJAYA BURNAMA
Director
MODAL DENGKUL KAYA RAYA 1978 PITRAJAYA BURNAMA
Director
SESAAT DALAM PELUKAN 1989 SOPHAN SOPHIAAN
Actor
GITA TARUNA 1966 PITRAJAYA BURNAMA
Director
AJIAN PAMUNGKAS 1990 SLAMET RIYADI
Actor
GEJOLAK KAWULA MUDA 1985 MAMAN FIRMANSJAH
Actor
GEJOLAK CINTA PERTAMA 1985 TOMMY BURNAMA
Actor.

RANJANG PEMIKAT / 1993



Dalam surat izin produksi berjudul "Ranjang Ratu Iblis".
Angel (Sally Marcelina), gadis manis dan centil telah membuat iri kawan-kawannya, saat pemotretan untuk sebuah perusahaan iklan. Ketika kemudian mereka bermalam, mereka didatangi ular putih jadi-jadian yang kemudian menggigit Angel. Peristiwa itu ternyata berbuntut panjang. Angel telah menjadi gadis pemikat beberapa laki-laki. Setiap lelaki yang tidur dengannya akan menjadi korban. Demikian juga wanita yang menjadi pimpinan biro iklan itu, telah menjadi wanita lesbian yang siap memangsa anak buahnya yang terlena. Belakangan baru diketahui, ternyata mereka telah diperalat oleh manusia-manusia pemuja iblis. Pertarungan pun kemudian terjadi, dengan menggunakan ilmunya masing-masing. Kehadiran tokoh berilmu putih menyelesaikan masalah itu.

KEMESRAAN / 1989

KEMESRAAN

 
Ayuni (Nurul Arifin) dan Roy (Mathias Muchus) tak berhasil menjalin cinta hingga pelaminan. Saat Ayuni hamil, Roy minta digugurkan karena belum siap. Roy akhirnya menikah dengan Lia (Baby Zelvia), putri dosennya. Padahal, Roy memacari Lia hanya karena ingin lekas lulus jadi insinyur. Ayuni dan Roy ketemu kembali saat sudah menjadi pemimpin sebuah konglomerat dan hendak memberi order pada perusahaan milik Kasman (Zainal Abidin), paman Roy yang juga tempat Roy bekerja. Ayuni kemudian menahan pembayaran saat kontrak mulai berjalan hanya untuk menaklukkan Kasman yang teguh pada prinsip dan sekaligus menghancurkan Roy. Kasman tak bersedia "bermain" dan menyerahkan perusahaan pada Roy yang lalu bergabung dalam konglomerat Ayuni. Ayuni menunjukkan sikap ingin menguasai Roy, karena cintanya tak bisa pudar.

Roy diberi rumah dan sedan mewah. Melihat sikap Ayuni, Roy lalu pura-pura pacaran dengan sekretarisnya, Tania (Kiki Fatmala), yang menyebabkan Lia terguncang dan masuk rumah sakit karena penyakit jantungnya. Dokter angkat tangan. Ayuni dan Roy menunggui Lia. Roy menyesal dan mengakui semua perbuatannya. Tiba-tiba Lia siuman dan sehat seketika. Lia dan Roy bersatu kembali dan Ayuni mengharap kebahagiaan mereka.

DON AUFAR / 1986

DON AUFAR
 

Sebuah peniruan dari "Bugsy Malone". Sebuah film yang maunya untuk anak-anak, tapi dalam banyak hal tak kesampaian. Keseluruhan pemain terdiri dari kanak-kanak plus seorang kakek. Kakek ini jalan-jalan bersama tiga cucunya. Salah seorang cucu, Rengga (Rengga Timoer) bermimpi jadi Don Aufar, tokoh pemimpin. Don Aufar dikisahkan berada di tengah-tengah dunia kejahatan yang dimotori Don Bule (Rico Bradley). Sepanjang film tak jelas apa peran dan siapa sesungguhnya Don Aufar itu.

MUSANG BERJANGGUT / 1983

MUSANG BERJANGGUT

 
Pernah juga di filmkan oleh negara Singapore cerita ini dengan judul yang sama MUSANG BERJANGGUT, memang musang berjangut adalah cerita daerah yang populer terutama Melayu yang mencangkupi Malaysia-Indonesia-singapore juga. Film versi Singapore di buat tahun 1959, yang main P.Ramlee.

Baginda Raja Negeri Parun (Sukarno M. Noor) dibuat murka oleh putra angkatnya, Tun Utama (Roy Marten), karena tak seorang gadis pun dari putri-putri pembesar kerajaan dipilihnya sebagai calon istri. Maka Baginda lalu memerintahkan Tun Utama untuk mencari gadis pilihan hatinya. Jika gagal, ia akan menerima hukuman berat dari Baginda Raja. Kepergian Tun Utama ternyata tak sia-sia, ia mendapatkan putri cantik bernama Siti Syarifah (Rini S. Bono). Kecantikan Siti Syarifah, ternyata membuat tergila-gila para datuk, bahkan Baginda sendiri.

Mereka pun lalu cari akal untuk memisahkannya. Baginda berpura-pura sakit, dan baru sembuh jika memakan daging hati Musang Berjanggut. Disuruhlah Tun Utama mencari binatang yang mustahil didapat itu. Selama Tun Utama pergi, ternyata Siti Syarifah mempunyai kesetiaan yang luar biasa, tidak tergoda oleh ulah para datuk dan Baginda. Bahkan ia berhasil menjebak para datuk hidung belang tersebut. Ketika Tun Utama gagal dan akan dihukum pancung, Siti Syarifah ternyata berhasil menyelamatkannya, dengan membawa Musang Berjanggut di dalam peti, yang tak lain adalah pembesar istana Kerajaan Parun.

P.T. SUTRA JAYA FILM

RINI S. BONO
ROY MARTEN
SUKARNO M. NOOR
ISKAK
ATENG
TETEN
BENYAMIN S
NICO PELAMONIA
FARIDA PASHA
RINA HASSIM
HADISJAM TAHAX
MANGARA SIAHAAN

SIMPHONY YANG INDAH / 1981

 

Yatim-piatu Dian (Anita Carolina Mohede) diangkat anak oleh orang tua Susi (Cici Gamiarsi) dan Kardi (Herman Felani). Kardi yang cacat kaki dan sama-sama menekuni musik seperti Dian, jatuh hati. Tapi, Dian telah direbut hatinya oleh kawan pacar Susi, Ramon (Cok Simbara), seorang yang bermimpi menjadi sastrawan besar. Perkawinan Dian-Ramon hanya awalnya saja yang bahagia. Ramon yang hanya melamun untuk berkarya, tidak bisa menandingi Dian yang mencari uang dengan jalan memberi kursus organ dan mencipta lagu-lagu pop. Ramon tiba-tiba berubah total, hingga Dian menderita. Kardi yang terus mencintainya berusaha terus membantu. Puncak pertengkaran Dian-Ramon: perpisahan, dengan janji Ramon berkarya kembali. Ternyata Ramon mengalami kecelakaan. Lagi-lagi Kardi, yang berwatak malaikat, menjadi penyelamat, hingga Ramon-Dian kembali rukun dan bahagia.

DEMI ANAKKU / 1979



Nasib malang berkepanjangan yang memang dimaksud untuk memeras air mata, menimpa Siti Sundari (Yatie Octavia). Suaminya (Pangky Suwito) pergi ke Jakarta untuk mengadu untung. Nasibnya tak ketahuan, hingga Siti dan dua anaknya, Bagus (Bagus Santoso) dan Ayu (Santi Sardi), menyusul. Di Jakarta Siti kehilangan uang dan anak laki-lakinya. Untung ada penolong: penjaga lintasan kereta api yang kemudian dipecat karena lalai. Bagus jadi tukang semir sepatu, sedang Ayu terpisah. Nasib pahit ini masih ditambah dengan Siti terkena razia, sementara anak-anaknya kemudian tahu bahwa ayahnya sudah kaya raya dan jadi semacam gigolo. Keluarga cerai-berai ini bersatu kembali setelah lewat jalan yang dibuat berliku-liku.

P.T. BINTANG MAHKOTA UTAMA FILM

SORGA YANG HILANG / SI BUTA DARI GOA HANTU / 1977


Di sebuah hutan gersang di Bromo, Badra (si Buta) berjumpa dengan seorang wanita yang ditandu, diserang oleh sekawanan gerombolan. Badra pun beraksi. Anak-anak wanita itu dipasrahkan pada Badra saat menjelang ajal. Maka pergilah ia ke tempat ayah anak-anak itu. Di perjalanan ia dihadang oleh musuh bebuyutannya hingga terluka. Setelah ditolong oleh seorang raja lain, di sini lagi-lagi ia terlibat dengan pertempuran dan kembali lagi jumpa musuh bebuyutannya.

FAR EASTERN FILM

RATNO TIMOER
KANDAR SINYO
HADISJAM TAHAX
MARULI SITOMPUL
TORRO MARGENS
YULINAR FIRDAUS
MILA KARMILA
HANNY RAY

PEREMPUAN / 1973



Film ini bisa dikatakan pengalihan sebuah drama panggung ke dalam film, karena semua informasi diberikan dalam dialog. Tujuan lain: memeras air mata. Ketertarikan pada pandangan pertama membuat Hendrawansyah (Sophan Sophiaan) terus mengejar Maryani (Widyawati). Ia tak undur meski kemudian tahu bahwa pacarnya itu pelacur, bahkan ketika harus menghadapi malu di hadapan orang-orang terhormat dan ayahnya sendiri, Datuk Sulaiman (Kusno Sudjarwadi). Baru ketika Sulaiman meminta Maryani agar ibunya yang sakit sembuh, Maryani mau melepaskan Hendra. Hendra salah sangka. Ia marah, pulang, ibunya sembuh dan konon mengembara entah kemana. Baru saat Maryani --setelah jatuh miskin-- sakitnya parah dan menjelang mati --tidak jelas sakit apa-- baru Hendra muncul. Itupun masih diulur dengan bensin mobilnya habis.

PERCINTAAN / 1973

Kisahnya panjang, berbelit dan penuh kebetulan. Karena hendak menolong kawannya yang sakit, Herman (Sophan Sophiaan), pilot, mendatangi dr Sumitra (S. Bono). Di situlah ia berkenalan dengan Wati (Lenny Marlina), anak dokter itu. Pacarannya singkat dan panas hingga hamil. Herman kecelakaan dan meninggal, maka tinggallah Wati dengan anak yang dikandungnya. Orangtua Herman tak mau mengakui. Maka Wati berniat hendak mengadopsi anaknya sendiri, agar jangan jadi anak haram. Niat belum kesampaian, anaknya telah dipungut anak oleh keluarga Mulyono (AN Alcaff dan Noortje Supandi). Maka Wati lalu jadi pengasuh bayi. Wati suatu hari mengaku membunuh adik Ny. Mulyono, yang mengganggunya terus, hingga Wati masuk penjara. Hal ini dilakukannya untuk melindungi Surya yang membela Wati dari gangguan pamannya itu. Sekeluar penjara Wati bekerja pada keluarga polisi. Surya Mulyono (Sophan Sophiaan) kemudian jadi pilot juga, dan pacaran dengan anak keluarga polisi itu, Rina (Debby Cynthia Dewi). Suatu kali ia mengalami pembajakan. Ia berhasil menyelamatkan pesawat dan penumpang, hingga dapat bintang penghargaan. Saat itulah Surya mengakui Wati sebagai ibunya. Sebelumnya dia sudah curiga dan akhirnya sadar bahwa Wati ibunya saat melihat foto.

DALAM SINAR MATANYA / 1972

DALAM SINAR MATANYA


Sriyuni (Emilia Contessa), anak petani miskin, pacaran dengan Rianto (John Pitraputra), anak direktur pabrik dan perkebunan karet. Menyadari keadaan ini Sriyuni memutuskan pisah dan melanjutkan sekolah di Solo, sementara Rianto sekolah di Jakarta. Perjalanan nasib membuat kondisi mereka terbalik. Sriyuni mengembangkan bakat merancang, tapi menyesatkan. Ia akhirnya dibantu sebuah keluarga dan berhasil jadi penyanyi tenar. Rianto yang ke Jakarta karena pelarian patah hatinya, menghamburkan uang ayahnya, yang ternyata koruptor dan ditangkap. Rianto terlunta-luna jadi pengamen dan akhirnya bekerja sebagai kuli sapu kebun.

PENDEKAR BAMBU KUNING WARRIOR WITH THE CANE SWORD, THE / 1971



Di lembah Merapi tumbuh sejenis jamur sakti yang bisa membuat orang muda terus dan memiliki kekuatan gaib. Pendekar Bambu Kuning (Ratno Timoer) diutus gurunya untuk mengambil bunga jamur ajaib itu yang hanya tumbuh sekali dalam sepuluh musim. Yang berniat sama banyak pendekar lain, baik dari kalangan hitam maupun putih. Karena tidak ada yang berhasil, maka rasa dongkol disalurkan dengan menghancurkan desa Batu Lumpang. Kekacauan desa diatasi oleh Bambu Kuning, tapi anak pak lurah terbawa gerombolan iblis betina Dewi Biru (Rita Zahara), yang memulai kekacauan dan diikuti oleh gerombolan-gerombolan lain. Maka Bambu Kuning datang ke markas iblis betina itu dan dengan bantuan Dewi Hijau (Camelia Malik), Bambu Kuning bisa mengalahkan musuh-musuhnya dan membebaskan putri pak lurah.

Film ini mendapat penghargaan di Tokyo, untuk Ratno Timoer.

MALAM JAHANAM / 1971


 
Dari naskah drama populer yang sering dipentaskan dan membuat nama Motinggo Boesje terangkat.

Mat Kontan (Rachmat Kartolo), pembual-pesolek seolah lebih cinta burungnya daripada istrinya, Paijah (Mieke Wijaya). Apalagi diisyukan bahwa Mat Kontan mandul. Bersebelahan dengan rumah mereka, diam bujangan Soleman (Ratno Timoer). Paijah yang sering kesepian karena ditinggal suaminya main kartu atau menyabung ayam, dengan mudah diduga menjadi akrab dengan Soleman. Dan memang terjadilah di suatu malam jahanam, apa yang diduga itu. Paijah hamil. Mat Kontan senang karena terbukti bahwa dia tak mandul. Tapi Paijah dikejar kecemasan bila rahasianya terbongkar, bahkan sampai setelah bayinya lahir. Kekhawatiran itu membuat Soleman membunuh burung beo kesayangan Mat Kontan di malam jahaman yang lain. Mat Kontan naik pitam. Maka terbongkarlah rahasia yang terpendam. Setelah sebuah perkelahian, Mat Kontan kembali akur dengan istrinya. Naskah drama yang pendek terpaksa diulur dalam film, sementara perkampungan nelayan yang jadi latar belakang peristiwa juga tak terungkap, apalagi konflik psikologis tokohnya yang menjadi kekuatan naskah drama aslinya.

DUEL / 1970


Ismed M. Noor, juru tembak waktu revolusi, dipenjara karena fitnah. Sekeluarnya, dia mendapati istrinya diganggu Jeffry Sani. Ia lalu menantang duel. Dalam duel, Ismed sengaja menembak kurungan burung yang ada di atas Jeffry, hingga jatuh menimpa Jeffry. Maka tembakan Jeffry pun meleset dari sasaran. Anak buah Ismed lalu mengeroyok Jeffry. Polisi datang menangkap Jeffry.