Tampilkan postingan dengan label RD.MOCHTAR 1935-1990. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label RD.MOCHTAR 1935-1990. Tampilkan semua postingan

Minggu, 05 Juli 2020

TERANG BULAN / 1950


SUTRADARA
M. BUDHRASA

Juningsih (Sofia) dan Idris (Moh Mochtar) sama-sama kuliah di fakultas kedokteran Jakarta dan merupakan pasangan asmara. Tapi, di rumah orangtuanya di Bandung, Juningsih membelokkan pestol Subandi (Syamsu) yang mengancam dirinya, hingga Subandi terbunuh. Tepat pada saat itu Idris datang dan mengambil alih tanggungjawab hingga ia masuk penjara. Juningsih lalu dipaksa kawin dengan Ridwan (Rd Mochtar) yang kaya. Ketika Indonesia merdeka, Juningsih, yang diusir suaminya karena fitnah, dan Idris yang lari dari penjara, ikut dalam perang mempertahankan kemerdekaan. Idris berhasil membasmi gerombolan pengacau yang dipimpin oleh kakak Juningsih sendiri, Suryadinata (Rd Dadang Ismail). Sesudah Indonesia berdaulat penuh, Idris menyerahkan Juningsih kepada... Ridwan (!).
TAN & WONG

SOFIA WD
RD MOCHTAR
MOH MOCHTAR
SUKARSIH
RD ISMAIL
S. WALDY
ALI BEY
SYAMSU
TUTY ASMARA

M. BUDHRASA
ASTAMAN
MARIAN

SUTRADARA


Nama Asli MUSTADJAB alias M. BUDHRASA
Lahir: 13-04-1901
Lahir di Tegal. Pendidikan : Tamat PGNS (Pendidikan Guru Normal School). Sebelum ke film Mustadjab pernah menjadi guru di Pekalongan (1918-1925); pemain dan sutradara sandiwara "Dardanella," "Boleros"' "Dewi Mada," "Bintang Surabaya" dan sandiwara 'Irama Musik," dan lain-lain. Masih aktif di dunia sandiwara, ia terjun ke film sejak 1949. Film pertamanya adalah "Terang Bulan" (1950). Budhrasa kemudian muncul dalam film "Djembatan Merah" (1950), "Ajah Kikir" (1951), "Si Mientje" (1952), "Lagu Kenangan" (1953), "Gara Gara Djanda Muda" (1954), "Kasih dan Tjinta" (1956), "Djakarta By Pass" (1962), "Ratu Amplop" (1974), "Manager Hotel" (1977), dan lain-lain.

BENGAWAN SOLO / 1949



Sutradara:
JO AN TJIANG
Gadis desa yang tinggal di tepi Bengawan Solo, Wenangsih (Sofia), jadi korban rayuan gombal bangsawan RM Suprapto (Rd Mochtar). Wenangsih bunuh diri dengan menceburkan diri ke sungai itu. Kedua anaknya ditinggali surat. Sriwulan (Ratna Ruthinah) jatuh ke keluarga bangsawan R. Widagdo (Rd Dadang Ismail), sedang adiknya Hindrawati (Churiani) diasuh petani miskin, Kromo (S. Waldy). Sriwulan dipertunangkan oleh ayah angkatnya pada anak... RM Suprapto, walau Sri sudah punya pilihan sendiri, Hendroto yang bukan bangsawan. Sementara itu Hindrawati diterima bekerja sebagai pembantu di rumah Sri. Menjelang pernikahan Sri dibukalah kedok Suprapto oleh Prawoto (Moh Mochtar), adik Wenangsih yang berdagang permata dari Kalimantan dan mengetahui seluruh persoalan yang pernah terjadi. Tercegahlah pernikahan antarsaudara satu ayah. Merasa terpukul, Suprapto menceburkan diri ke Bengawan Solo. Ia merasa dipanggil arwah Wenangsih.

DJANDJIKU / 1956


SUTRADARA : B.K. RAJ
CINEMATOGRAPER: M.K.S. MEYER

Ketika masyarakat dilanda demam film India, ia memproduksi Djandjiku (B.K. Raj, 1956). Dalam produksi itu, Persari mendatangkan 12 pekerja film dari India, termasuk sutradara yang juga menjadi penulis cerita dan skenario.

Untuk itu produser menghabiskan biaya Rp1,5 juta dan menjadikannya sebagai film Indonesia paling mahal di zamannya. Ketika itu kurs 1 dolar AS kira-kira baru Rp31.

Hasilnya, "film India dengan pemain Indonesia." Sebuah majalah menyebutnya, "Film India terjemahan Persari." Toh, animo penonton sangat bagus, sampai berhasil menjadi film laris keempat setelah Terang Boelan (Albert Balink, 1936), Krisis (Usmar Ismail, 1953), dan Tiga Dara (Usmar Ismail, 1956).

Film yang sama sekali tidak menyisakan jejak visual (kopi film, still photo, materi promosi, dan lain-lain) itu merupakan film terakhir aktris populer 1950-an Titien Sumarni.

Setelah itu pemeran Ida, sahabat Norma (Netty Herawati), dalam Lewat Djam Malam (Usmar Ismail, 1954) tersebut sakit berkepanjangan dan meninggal sepuluh tahun kemudian dalam keadaan miskin di usia 35.

PERSARI

Minggu, 03 Januari 2010

RD MOCHTAR 1935-1990



Raden Mochtar (lahir di Cianjur pada tahun 1918) adalah pemeran Indonesia. Ia telah mengawali karier di film layar lebar sejak dekade tahun 1930 hingga tahun 1990an. Film pertamanya pada tahun 1935 yang berjudul Pareh, Het Lied Van Der Rijst dengan sutradara Mannus Franken dari Belanda. Filmnya didukung oleh Doenaesih, Soekarsih, dan T. Effendy.

Pemain yang diinginkan Balink ditemukan secara tidak sengaja saat ia, Joshua dan Otniel sedang menemani Balink minum kopi di depot. Balink teriak senang sampai Otniel dan Joshua terkejut. Peria itu ia temukan. Tetapi peria itu melintas dewngan sepeda motor, dan mereka mengejarnya dengan mobil. Melihat pemuda itu dikejar oleh orang pakai mobil dan didalamnya ada Belanda totok, maka pemuda itu melarikan diri karena takut akan Homo Seksual (saat itu sedang ramainya homoseksual). Setelah ditemukan, Balink masih kurang puas juga, Mochtar nama pemain itu harus diberi gelar ningrat. Mochtar memang berdarah bangsawan, tetapi orang tuanya meninggalakan.

Masalah darah biru itu karena urusan politis. Dan Balink ingin Mochtar harus memakai gelar ningratnya lagi. Balink sendiri menyelusuri gelar itu dan Mochtar memang berhak menyandang gelar Raden lagi. Dan Balink ingin Mochtar jadi Rd.Mochtar. Jadilah pemuda ini terkenal.

Raden Mochtar merupakan seorang bangsawan Jawa. Ia berpendidikan Taman Siswa di Bandung, Jawa Barat.

Pada 1935 Mochtar berperan dalam peran utama Mahmud dalam film Albert Balink Pareh. Balink keluar dengan kopi dengan Joshua dan Otniel Wong dan melihat Mochtar, yang dianggapnya tinggi, kuat, dan tampan, mengemudi oleh. Balink dan Wongs mengejar Mochtar dalam mobil mereka dan menangkapnya. Untuk film Mochtar diberitahu untuk menggunakan judul Raden, yang ia dan keluarganya sudah ditinggalkan. Menurut antropolog Indonesia Albertus Budi Susanto, penekanan pada judul Mochtar ini dimaksudkan sebagai cara untuk menarik penonton kelas yang lebih tinggi. Film yang biaya 75.000 gulden untuk memproduksi, adalah kegagalan komersial. Namun, itu secara finansial bermanfaat bagi Mochtar, yang membayar punggawa bulanan 250 gulden.

Balink ingat Mochtar untuk film berikutnya, Terang Boelan, pada tahun 1937 Meskipun peran menyerukan Mochtar menyanyi ia tidak mampu melakukannya. Dengan demikian, komposer Ismail Marzuki dipanggil untuk memberikan suara menyanyi Mochtar ini. Film ini sukses secara komersial, mengumpulkan lebih dari 200.000 Dolar Singapura selama rilis internasional. Hal ini menyebabkan Mochtar menjadi bintang bankable dan sering bermain bersama Roekiah. Film ini juga memainkan peran dalam pembentukan sistem bintang di bioskop di negara itu. Segera setelah rilis Terang Boelan Mochtar menikah dengan aktris Soekarsih, siapa dia bertemu di lokasi syuting Pareh.

Setelah sukses dengan Terang Boelan dan emigrasi Balink ke Amerika Serikat, sebagian besar cast   - termasuk Mochtar   - telah ditandatangani dengan Tan's Film. Film pertama Mochtar dengan perusahaan, Fatima (1938), ini sukses secara komersial, produktif 200.000 gulden pada anggaran 7.000 gulden. Setelah membuat beberapa film lebih lanjut, berdasarkan 1940 Mochtar telah meninggalkan Tan atas sengketa upah. Dia membuat lebih tiga film dengan Yo Kim Tjan Populair Film ini sebelum pindah ke film aksi

Selama pendudukan Jepang (1942-1945) dan berikutnya revolusi empat tahun, Mochtar bertindak dalam beberapa kelompok teater, termasuk Terang Boelan, Bintang Soerabaja, dan Pantai Warna. Sebagai industri film Indonesia mendapatkan uap selama tahun 1950, Mochtar terus bertindak. Selain film Indonesia, ia juga memiliki peran dalam Rodriguo de Villa, oleh perusahaan Filipina Pictures LVN.

Pada akhir 1950-an industri film lokal surut dan Mochtar menjadi seorang pengusaha, kemudian petani. Pada pertengahan 1960-an ia pergi haji ke Mekkah, dan pada tahun 1970 ia mulai bertindak lagi. Selama periode ini ia menerima penghargaan dari kedua Javan Barat dan pemerintah Jakarta yang untuk aktingnya.[1] Ia terus aktif dalam film sampai 1991



Pasangan romantis pertama dalam film Indonesia, Rd Mochtar & Roekiah. Keduanya pertama kali dipasangkan dalam Terang Boelan (1936). Penampilan romantis mereka bahkan dianggap salah satu penyebab sukses komersial film buatan Indonesia terlaris pertama itu. Mereka pun dipasangkan lagi dalam tiga film berikutnya: Fatima (1938), Siti Akbari (1939), dan Gagak Item (1939). Popularitas pasangan itu juga melahirkan "sistem bintang" (star system) dalam perfilman Indonesia, yang mulai memberi perhatian besar akan pentingnya kedudukan pemain.

Sebagaimana kebanyakan pasangan romantis setelahnya, Rd Mochtar dan Roekiah bukanlah pasangan dalam kehidupan nyata. Saat itu Roekiah yang dalam film pertamanya berusia 19 tahun sudah menikah dengan seniman Kartolo. Sang suami bahkan ikut bermain juga dalam film-film tersebut, di samping menggubah lagu dan mengerjakan ilustrasi musiknya. Pasangan itu mempunyai lima anak. Salah satunya, Rachmat Kartolo, mengikuti jejak sang ayah sebagai pemusik dan pekerja film.

JANGAN MENANGIS MAMA                         1977SOFIA WD
                                                 Actor
HAMIL MUDA                          1977 S.A. KARIM
                                                 Actor
SITI AKBARI                                                      1939JOSHUA WONG
                                         Actor
RODRIGO DE VILLA1952GREGORIO FERNANDEZ
Actor
SURJANI MULIA 1951 MOH SAID HJ
Actor
LEILANI 1953 REMPO URIP
Actor
KAMAR KOSONG 1956 L. INATA
Actor
JEMBATAN MERAH 1973 ASRUL SANI
Actor
ASMARA DAN WANITA 1961 REMPO URIP
Actor
IBU SEJATI 1973 FRITZ G. SCHADT
Actor
DJANDJIKU 1956 B.K. RAJ
Actor
BOEDJOEKAN IBLIS 1941 JO AN DJAN
Actor
DOSA DI ATAS DOSA 1973 ASKUR ZAIN
Actor
TIRAI MALAM PENGATIN 1983 IDA FARIDA
Actor
BENGAWAN SOLO 1949 JO AN TJIANG
Actor
BENGAWAN SOLO 1971 WILLY WILIANTO
Actor
TUTUR TINULAR 1989 NURHADIE IRAWAN
Actor
TUTUR TINULAR II 1991 ABDUL KADIR
Actor
LIMAPULUH MEGATON 1961 RD ARIFFIEN
Actor
COBRA 1977 REMPO URIP
Actor
PERKAWINAN 1972 WIM UMBOH
Actor
MOESTIKA DARI DJENAR 1941 JO AN DJAN
Actor
MAIN-MAIN DJADI SUNGGUHAN 1951 L. INATA
Actor
MEI LAN, AKU CINTA PADAMU 1974 PITRAJAYA BURNAMA
Actor
PEMBALASAN NAGA SAKTI 1976 FRITZ G. SCHADT
Actor
BALADA DUA JAGOAN 1977 FRITZ G. SCHADT
Actor
MARUNDA 1951 ALI YUGO
Actor
GAROEDA MAS 1941 JO AN DJAN
Actor
TERANG BULAN 1950 M. BUDHRASA
Actor
TERANG BOELAN 1937 ALBERT BALINK
Actor
RINDU 1951 REMPO URIP
Actor
GAGAK ITEM 1939 JOSHUA WONG
Actor
DI SINI CINTA PERTAMA KALI BERSEMI 1980 WIM UMBOH
Actor
KARATE SABUK HITAM 1977 WISJNU MOURADHY
Actor
SI DOEL ANAK MODERN 1977 SJUMAN DJAYA
Actor
SI GONDRONG 1971 FRITZ G. SCHADT
Actor
BERDJUMPA KEMBALI 1955 HU
Actor
WANITA INDONESIA 1958 RD ARIFFIEN
Actor
BERCANDA DALAM DUKA 1981 ISMAIL SOEBARDJO
Actor
KRAKATAU 1977 SANDY SUWARDI HASSAN
Actor
GARA-GARA HADIAH 1953

Actor
GARA-GARA DJANDA MUDA 1954 L. INATA
Actor
TOKOH 1973 WIM UMBOH
Actor
BANTAM 1950 WONG BERSAUDARA
Actor
SEDAP MALAM 1950 RATNA ASMARA
Actor
GADIS SESAT 1955 L. INATA
Actor
MERENDA HARI ESOK 1981 IDA FARIDA
Actor
TAUHID 1964 ASRUL SANI
Actor
TAK TERDUGA 1960 L. INATA
Actor
HARTA ANGKER 1956 REMPO URIP
Actor
HIDUP BARU 1951 MOH ARIEF
Actor
DERU CAMPUR DEBU 1972 MARDALI SYARIEF
Actor
DUNIA GILA 1951 MOH SAID HJ
Actor
REMAJA IDAMAN 1979 ARIZAL
Actor
REMAJA 76 1976 ISMAIL SOEBARDJO
Actor
SUNAN KALIJAGA DAN SYECH SITI JENAR 1985 SOFYAN SHARNA
Actor
DALAM SINAR MATANYA 1972 PITRAJAYA BURNAMA
Actor
HADIAH 10.000 1955 REMPO URIP
Actor
NYI MAS GANDASARI 1989 M. SHARIEFFUDIN A
Actor
SEPANDJANG MALIOBORO 1951 H. ASBY
Actor
FATIMA 1938 JOSHUA WONG
Actor
MALIN KUNDANG 1971 D. DJAJAKUSUMA
Actor
PEGAWAI TINGGI 1954 REMPO URIP
Actor
PAREH, HET LIED VAN DER RIJST 1935 MANNUS FRANKEN Documentary Actor
SINGA BETINA DARI MARUNDA 1971 SOFIA WD
Actor
KETIKA DIA PERGI 1990 BUCE MALAWAU
Actor