Tampilkan postingan dengan label REMPO URIP 1951-1977. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label REMPO URIP 1951-1977. Tampilkan semua postingan

Senin, 07 Februari 2011

REMPO URIP 1951-1977

 

Lahir Jumat, 10 Juli 1914 di Purworejo. Pendidikan: Methodist Mission School(Kelas II), Methodist Mission English School (selesai), kursus Penyutradaraan dan Editing (Manila, 1951-1953).Pada tahun 1934 dia meninggalkan Palembang, kota tempat dia dibesarkan,untuk mengikuti rombongan sandiwara"Dardanella" keliling Asia Tenggaradan Anak Benua India. Dalam perkumpulan itu Urip menjadi Pembuat Poster dan Pemain sepakbolanya. Ketika Dardanella di India tahun 1936, mereka membuat film "Dr. Samsi" dan Urip main sebagai Figuran. Setelah kembali ke Indonesia, dia menjadi Pembantu Umum perkumpulan sandiwara Bolero (1936-1937), kemudian Pagoda (1937 -1939 ).Sehabis itu Urip bekerja di Oriental Film Co. sebagai: Chekker dan Distributor. Ketika Oriental ditutup, dia masuk ke JIF dan mulai menyentub bidang Penyutradaraan waktu dia menjadi Pembantu Sutradara untuk "Djoela Djoeli Bintang Toedjoeh", lalu 'Noesa Peninda"" (keduanya 1941). Selama pendudukan Jepang dan perang kemerdekaan, Urip bermain sandiwara bersama rombongan Bintang Soerabaja, kemudian Bintang Timur yang dipimpin Djamaludin Malik".Tabun 1950 dia kembali ke film sebagai Pembantu Sutradara untuk "Djembatan Merah", lalu "Harumanis" " dan "Bintang Surabaja 1951". Dalam tahun itu juga dia dibawaDJamaluddin Malik mendirikan Persari dan kemudian dikirim ke Manila untuk mempelajari film. Sebelum berangkat itu sempat menyutradarai sendiri film "Rindu" (1951). Sewaktu di Manila, dia menyutradarai beberapa film Persari yang dibuat disana, film film berwarna: "Rodrigo de Villa" (1952), "Leilani" (1953) dan "Tabu" (1953).Setelah Studio Persari ditutup waktu krisis industri film tahun 1957, Sutradara tetap Persari ini menjadi Sutradara untuk berbagai perusahaan, sampai sekarang. Film - Film selanjutnya antara lain: "Gadis SKP" (1960), "Asmara dan Wanita" (1961).Ketika merosotnya produksi film nasional antara 1962 -1970, Urip menghilang dari dunia film. Kembali muncul lewat film "Pendekar Sumur Tudjuh" (1971), "Antara Anggrek Berbunga" (1972), "Aku Mau Hidup" (1974), "Putri Solo"" (1975), "Bunga Ros Dari Cikembang" (1976), dan lain - lain.

 
Di tengah udara dingin pagi yang menyelimuti kota Purworejo, samar-samar terdengar suara tangisan seorang bayi laki-laki. Bayi laki-laki yang di beri nama Rempo Urip ( Urip-kehidupan), adalah putra kedua dari pasangan Sonorejo dan Sowoh. Kelahiran putra kedua ini di sambut dengan penuh suka cita. Baik Sonorejo maupun Sowoh kemudian sepakat memberikan nama Rempo Urip yang berarti Rempo Yang Hidup, dengan harapan kehidupan sang putra kelak akan sebagus namanya. Bak gayung bersambut, sang anak telah membawa takdir besar dalam kehidupannya. Kelak Rempo Urip kecil akan menjelma menjadi seorang sutradara yang menorehkan sejarah dalam perfilman Indonesia.



Beberapa Belas Tahun Kemudian..........



Saya ucapkan selamat dan sukses padamu Rempo. Kau benar-benar murid kebanggaan sekolah ini. Semoga kelak karirmu sesukses prestasimu sekarang. Puji salah seorang guru di sekolah HIS, sembari menyerahkan piagam penghargaan. Rempo muda yang saat itu baru berusia 18 tahun, tersenyum dan mengucapkan terima kasih.



Bagi Rempo muda, pujian dan ucapan selamat yang sering di ucapkan oleh para guru, merupakan santapan sehari-hari. Sebagai siswa cerdas yang mampu menyelesaikan jenjang pendidikan dasar ( SD-SMU) dalam waktu 9 tahun. Pujian yang di lontarkan oleh para pendidik bukanlah sesuatu yang baru baginya. Meski sempat menimba ilmu di sekolah milik pemerintah Belanda, hampir sebagian dari pendidikan dasar di tempuhnya di sekolah milik pemerintah Inggris. Wajar bila sampai akhir hayatnya Rempo Urip fasih berbicara dalam bahasa Inggris.



Kehidupan Karier.


Rempo Urip memulai karirnya pada sebuah Sanggar Teater Keliling Pertama di Indonesia, yaitu Dardanella. Di sanggar inilah Rempo mengasah bakat dan kemampuannya sebagai pemain sandiwara. Ia juga di ketahui bersahabat dekat dengan beberapa sineas teater terkenal zaman dulu seperti aktris cantik Fifi young dan Nyoo Cheong Seng. Selepas dari Dardanella, Rempo bersama dengan Jamaludin Malik, mendirikan Perusahaan Film pertama di Indonesia, PERSARI pada tahun 1951, di mana Rempo menjadi salah seorang sutradara. 

Bintang Baru (1954), Satu Budjang Lima Dara (1960), Asmara Dan Wanita ( 1961), Diantara Anggrek Berbunga ( 1972) dan Aku Mau Hidup ( 1974) adalah beberapa dari sekian banyak film yang pernah di sutradarai oleh Rempo Urip. 



Kehidupan Pribadi.


Tak banyak yang di ketahui dari kehidupan Rempo Urip, selain kesederhanaan dalam menjalani hidup. Walau berprofesi sebagai sutradara terkenal, kehidupan Rempo Urip jauh dari glamour dan hura-hura. Bersama Asmah, wanita cantik yang juga merupakan keponakan dari Jamaludin Malik-Pemilik Persari, Rempo Urip mengarungi kehidupan rumah tangga selama kurang lebih 48 tahun. Dari pernikahan ini, beliau di karuniai 3 orang putri dan 2 orang putra.

Tak satupun dari putra-putri Rempo yang berniat meneruskan cita-citanya. Meskipun kelima anaknya telah meraih sukses dalam kehidupan karir maupun pribadi, tak satupun dari mereka yang berniat meneruskan karir sang ayah sebagai seorang sutradara.

Akhirnya, tepat pada tanggal 15 Januari 2001, Rempo Urip menghembuskan nafas yang terakhir. Ia meninggal akibat penyakit tua, pada usia 87 tahun. Pemakamannya di hadiri oleh beberapa artis senior seperti Pong Harjatmo, Nani Wijaya, Mieke Wijaya serta Camelia Malik.

 Selamat Jalan Rempo Urip, May ALLAH Bless U.

RODRIGO DE VILLA 1952 GREGORIO FERNANDEZ
Director
RIAPA AJAHKU 1954 REMPO URIP
Director
LEILANI 1953 REMPO URIP
Director
ASAM DIGUNUNG GARAM DILAUT 1953 REMPO URIP
Director
SUPIR ISTIMEWA 1954 REMPO URIP
Director
ASMARA DAN WANITA 1961 REMPO URIP
Director
PENDEKAR SUMUR TUDJUH 1971 REMPO URIP
Director
IBU MERTUA 1960 REMPO URIP
Director
ANTARA ANGGEREK BERBUNGA 1974 REMPO URIP
Director
BINTANG BARU 1954 REMPO URIP
Director
COBRA 1977 REMPO URIP
Director
TJALON DUTA 1955 REMPO URIP
Director
RINDU 1951 REMPO URIP
Director
MENUDJU BINTANG 1960 REMPO URIP
Director
SATU BUDJANG LIMA DARA 1960 REMPO URIP
Director
SENDJA INDAH 1957 REMPO URIP
Director
DIANTARA ANGGREK BERBUNGA 1972 REMPO URIP
Director
BUNGA ROOS 1975 FRED YOUNG
Director
AKU MAU HIDUP 1974 REMPO URIP
Director
HARTA ANGKER 1956 REMPO URIP
Director
HADIAH 10.000 1955 REMPO URIP
Director
AIR PASANG 1954 REMPO URIP
Director
PEGAWAI TINGGI 1954 REMPO URIP
Director
KARLINA MARLINA 1957 REMPO URIP
Director

SATU BUDJANG LIMA DARA / 1960

SATU BUDJANG LIMA DARA
 ANOM PICTURES

MENUDJU BINTANG / 1960

COBRA / 1977




Kisah balas dendam khas film-film silat, tapi dalam suasana modern, dengan adanya sindikat kejahatan berlambang tiga kepala kobra. Guru Indra (Steven Lee) dan ayah Yanti (Yetty Loren) dibunuh rekan seperguruannya. Indra dan Yanti dipesan untuk tidak balas dendam, karena ilmunya masih kalah. Indra dan Yanti kemudian pindah ke kota. Di sini Indra tanpa sengaja masuk anggota sindikat. Ia memang jadi hidup berkecukupan, tapi hatinya tidak tenteram. Ia berniat berhenti. Saat itu pula Yanti dan anaknya dibunuh anggota sindikat kobra tadi. Maka ia mengobrak-abrik markas sindikat. Di akhir operasinya, ternyata ia harus berhadapan dengan orang yang membunuh gurunya, yang jadi kepala tertinggi sindikat itu. Meski kalah ilmu, Indra akhirnya menang.

P.T. NUGRAHA MAS FILM

STEVEN LEE
YETTY LOREN
RD MOCHTAR
MOH MOCHTAR
ENDEN MARLINDA

STEVE LEE ( Bruce Lei)
Filipino actor, starred in Cobra and Steel Fisted Dragon. No further information is known about this actor, including his real name or other acting roles.
 

IBU MERTUA / 1960

IBU MERTUA


Semula berjudul "Gadis SKP".
Setelah lulus Sekolah Kepandaian Putri (SKP), Lena (Ermina Zainah) bekerja sebagai pembantu rumah tangga pada keluarga Toto (Awaludin), karena tak punya biaya untuk melanjutkan sekolah. Di rumah itu tinggal Pardan (Darussalam). Sepulang dari tetirah, Nyonya Toto (Misnahati) "ngamuk" melihat pembantu yang gadis SKP itu. Toto meredamnya dengan mengatakan bahwa Lena itu tunangan Pardan. Dari pura-pura, cinta jadi sungguhan. Pardan dan Lena menikah.
 GEMA MASA FILM

ERMINA ZAENAH
DARUSSALAM
AWALUDIN
AMINAH BANOWATI
ASTAMAN
MISNAHATI
W.D. MOCHTAR
ENDANG SULASMI
NURUL'AIN
LASMI MUSTARI
ANITA QUIKO

PENDEKAR SUMUR TUDJUH / 1971




Kesewenang-wenangan Mustofa (A. Hamid Arief) dan anak buahnya membuat pegawai pabrik kapurnya tak berdaya. Di lain pihak, sebuah desa dikuasai para bajingan yang dipimpin seorang jagoan sekaligus pengijon, hingga banyak penduduk terjerat hutang, termasuk orang tua Sa'diah (Mila Karmila), pacar Harun (Wahab Abdi), anak seorang janda. Waktu kerbau orangtua Sa'diah diambil paksa sebagai pembayar hutang, Harun mencoba menahan, tapi kalah. Maka Harun lalu pergi belajar silat selama setahun ke perguruan Sumur Tujuh. Di sini setiap lulus satu tingkatan ia dimandikan di sebuah sumur. Ia juga mendapat sebuah keris sakti dari hasil tapanya. Setelah berhasil, Harun pulang dan makin panas melihat Sa'diah dipaksa jadi peliharaan Mustofa. Ketangguhan silat Sumur Tujuh terbukti. Mustofa yang lari ke pabriknya, tewas saat pabrik kapur itu diledakkan dengan dinamit. 

Dibantu dua ahli dari Hongkong, Chen Yueng Chung dan Ho Huk Wai.
 C.V. INA FILM

WAHAB ABDI
MILA KARMILA
A. HAMID ARIEF
TAN TJENG BOK
IWAN TARUNA
IDA NURSALLY
WOLLY SUTINAH
MARLIA HARDI
HASSAN SANUSI
MOH MOCHTAR
AGUS RAMLAN
ARDI HS

ASMARA DAN WANITA / 1961

 

Di sebuah peternakan sapi hidup Sastra (Astaman) dengan istri (Fifi Young) dan dua anaknya, Herman (Dicky Zulkarnaen) dan Mira (Wati Wahab). Masalah timbul saat tamu-tamu datang ke tempat itu atas undangan mereka. Herman mengundang pacarnya, Amenun (Tuty S) dan ibunya (Misnahati). Mira mengundang gurunya yang diam-diam dicintainya (Rd Mochtar). Kemudian datang juga tamu tak diundang, Pedro, karena katanya orang film. Ny Sastra gembira karena dia masih mengimpikan masa kejayaannya sewaktu jadi primadona panggung. Kebetulan guru Mira juga senang sandiwara, maka ny Sastra dan guru Mira sering latihan sandiwara. Maka Mira jadi cemburu, dan pura-pura pacaran dengan Pedro. Amenun yang berusaha menarik perhatian guru Mira, juga membuat Herman cemburu. Begitu juga sebaliknya, saat Herman bermain-main dengan seorang nyonya yang mobilnya mogok. Saling cemburu ini akhirnya selesai. Masing-masing kembali ke pasangannya.
 ANOM PICTURES

TUTY S.
DICKY ZULKARNAEN
WATI WAHAB
FIFI YOUNG
RD MOCHTAR
ASTAMAN
MISNAHATI

AIR PASANG / 1954

AIR PASANG

 
 
Kamal (AN Alcaff) memilih Mardiana (Netty Herawati) untuk peran utama film yang disutradarainya, karena Diana atau Mardiana itu mirip dengan almarhumah kekasihnya dulu. Setelah berumah tangga, sempat terjadi selisih antara Kamal dan Diana, karena salah paham. Sjamsudin (Darussalam) berusaha memancing di air keruh. Akibatnya, ayah Diana (Astaman) marah. Timbul kesadaran di hati Diana bahwa ayahnya masih perduli, tidak seperti dianggapnya selama ini. Lalu Diana pergi dan berdiri dekat sebuah pohon tunggal. Kamal juga terdorong pergi ke tempat itu. Kedamaian kembali di rumah tangga Kamal dan Diana

PERSARI

NETTY HERAWATI
A.N. ALCAFF
DARUSSALAM
ASTAMAN
M. BUDHRASA
DJAUHARI EFFENDI

KARLINA MARLINA / 1952

KARLINA MARLINA

 
Marlina (Netty Herawati), istri Agus Kesuma (Zainal Abidin), tak tahu bahwa dia punya saudara kembar, Karlina (Netty Herawati), yang terlibat dalam gerombolan perampok Parno (Awaludin), yang dicari-cari polisi. Karlina yang sedang sakit, melarikan diri dari gerombolan, lalu mendatangi Marlina, saudara kembarnya, untuk minta perlindungan. Di rumah Marlina, Karlina meninggal. Marlina sendiri lalu diculik Parno dkk. Marlina disangka Karlina. Agus Kesuma yang baru pulang dari bepergian mengira istrinya meninggal. Ia membantah keterangan Marlina yang sudah ditangkap polisi. Akhirnya kesaksian Parno yang mengungkapkan rahasia wanita kembar itu.
 PERSARI

ZAINAL ABIDIN
NETTY HERAWATI
AWALUDIN
WAHID CHAN

LEILANI (Tabu) / 1953

 
 
Seusai pernikahan, pengantin baru Leilani (Netty Herawati) dan Kameha (Rd Mochtar) dipisahkan oleh badai yang memporak-porandakan salah satu pulau di Lautan Teduh. Kameha, yang terdampar di sebuah pulau lain, dirawat Taruma dan anak gadisnya, Aloma. Biar Aloma menaruh hati, namun Kameha masih tetap ingat pada isterinya. Ternyata Leilani terdampar di pulau yang lain lagi. Ia dirawat oleh dukun Wambu, yang punya anak lelaki bernama Ribo. Meski semula menolak, akhirnya Leilani sedia menikah dengan Ribo, karena terkena guna-guna pak dukun. Walau ditolak, Aloma tetap membantu Kameha dalam usaha mendapatkan kembali Leilani. Usaha itu baru berhasil setelah turun tangannya penduduk dari pulau tempat tinggal Taruma.

PERSARI

PEGAWAI TINGGI / 1954

 

Ruliah (Ermina Zaenah) sebetulnya dari keluarga miskin, tapi bersifat tidak mau tersaingi oleh yang lain, terutama dalam soal kebendaan. Dia mendambakan suami seorang pegawai tinggi. Dalam pesta pernikahan Rusli (Awaludin) dan Rini (Sumarni), Ruliah berkenalan dengan Husni (Rd. Mochtar). Dikira pegawai tinggi, padahal Husni cuma pegawai rendahan, akhirnya Ruliah jadi menikahi pemuda yang masih mahasiswa fakultas hukum itu. Demi cintanya, Husni memenuhi apa saja yang diinginkan Ruliah. Termasuk ke pesta yang diperuntukkan bagi pegawai tinggi. Untuk keperluan itu Ruliah pinjam kalung intan dari Rini. Kalung itu hilang di tengah jalan. Terpaksa Husni pinjam uang untuk membeli kalung. Kemudian harus bekerja keras supaya bisa mencicil hutang. Untunglah Ruliah jadi sadar, sedia pula banting tulang, demi mempercepat lunasnya hutang.

Sesudah hutang terlunasi, barulah Rini menjelaskan bahwa kalung miliknya palsu (imitasi). Disertai kemauan baik Rini yang mengembalikan kalung (asli) kepada Ruliah. Kegembiraan bertambah ketika Husni pulang dengan berita telah lulus sebagai sarjana hukum.Ruliah (Ermina Zaenah) sebetulnya dari keluarga miskin, tapi bersifat tidak mau tersaingi oleh yang lain, terutama dalam soal kebendaan. Dia mendambakan suami seorang pegawai tinggi. Dalam pesta pernikahan Rusli (Awaludin) dan Rini (Sumarni), Ruliah berkenalan dengan Husni (Rd. Mochtar). Dikira pegawai tinggi, padahal Husni cuma pegawai rendahan, akhirnya Ruliah jadi menikahi pemuda yang masih mahasiswa fakultas hukum itu. Demi cintanya, Husni memenuhi apa saja yang diinginkan Ruliah.

Termasuk ke pesta yang diperuntukkan bagi pegawai tinggi. Untuk keperluan itu Ruliah pinjam kalung intan dari Rini. Kalung itu hilang di tengah jalan. Terpaksa Husni pinjam uang untuk membeli kalung. Kemudian harus bekerja keras supaya bisa mencicil hutang. Untunglah Ruliah jadi sadar, sedia pula banting tulang, demi mempercepat lunasnya hutang. Sesudah hutang terlunasi, barulah Rini menjelaskan bahwa kalung miliknya palsu (imitasi). Disertai kemauan baik Rini yang mengembalikan kalung (asli) kepada Ruliah. Kegembiraan bertambah ketika Husni pulang dengan berita telah lulus sebagai sarjana hukum.
PERSARI

RINDU / 1951

RINDU


Semula Kusuma (Rd Mochtar) hanya memikirkan dagang dan dagang belaka. Ia berubah setelah bertemu dengan Rokhiati (Komalasari). Masa perkenalan disusul segera dengan perkawinan. Rumah tangga berjalan dengan mulus, sampai Rokhiati mengidap penyakit jantung. Sesudah isterinya meninggal dunia, Kusuma nyaris mengubur diri bersama almarhumah. Kemudian Elly, adik Kusuma, memperkenalkan Sundari (Komalasari juga) yang wajahnya mirip sekali dengan Rokhiati. Kusuma perlu izin arwah Rokhiati untuk menikahi Sundari.



RODRIGO DE VILLA / 1952

RODRIGO DE VILLA


Film ini di sutradarai bersama GREGORIO FERNANDEZ Film ini bekerja sama antara Persari dan LVN Philipina.

Terjadi di Spanyol pada abad pertengahan. Ketika Turki menyerbu Castille, permaisuri Isabella dan seorang ningrat bernama Lozano justru membantu musuh. Raja Alfonso ditawan bersama para pengikutnya, antara lain Rodrigo de Villa (Rd. Mochtar). Sebagai balas jasa, Lozano diangkat jadi raja dan kemudian memperistri Isabella. Sebelumnya, Lozano punya anak gadis Jimena (Netty Herawati) yang saling mengasihi dengan pemuda anak ningrat Leynes, si jago anggar Rodrigo. Duke Montero, yang diangkat sebagai pembantu raja Lozano, menaruh hati pula kepada Jimena, tapi si gadis tetap setia kepada Rodrigo. Anak penguasa Turki, Selima, berselisih faham dengan ayahnya. Selima membebaskan Alfonso dan Rodrigo dari penjara. Bersama saudara lain ibu, Don Juan dan Don Pedro, Rodrigo lalu menyusun kekuatan dan melakukan serangan balasan. Raja Lozano ditumbangkan, tentara Turki diusir.
LVN STUDIO (PHILIPPINES)
PERSARI

RD MOCHTAR
NETTY HERAWATI
RENDRA KARNO
DARUSSALAM
SUKARSIH
NANA MAYO
ASTAMAN
AWALUDIN
DJURIAH
A. HADI
H. ASBY
PETE ELFONSO

Pada 1952, sebuah papan reklame keliling yang memamerkan iklan film buatan Perseroan Artis Indonesia (Persari) berjudul Rodrigo de Villa bikin ramai jalanan Jakarta. Gambar wajah kedua pemeran utama, Raden Mochtar dan Netty Herawati, menyembul jelas di atas triplek raksasa yang diarak dengan gerobak.

Mochtar difoto dalam pose gagah sambil menghunuskan pedang. Sementara, Netty dalam balutan gaun off shoulders nampak tak berdaya bersadar di bahu Mochtar. Sekilas Netty terlihat seperti tokoh perempuan dalam poster-poster film Amerika yang agak loyo. Ibarat pawai, pemandangan itu langsung menjadi pusat perhatian warga.

Berdasarkan catatan Harlen Lookman yang dimuat dalam majalah Varia edisi Januari 1956, reklame besar-besaran itu berhasil membangkitkan rasa penasaran masyarakat. Apalagi dalam iklannya, Rodrigo de Villa digadang sebagai film Indonesia pertama yang tata warnanya menggunakan teknik Hollywood.


Persari dan Kerjasama Asing
Rodrigo de Villa adalah film Indonesia pertama yang lahir dari kerjasama dengan pihak asing. Proses pembuatan dilakukan dengan menggabungkan sumber daya perusahaan film Persari milik saudagar asal Minang, Djamaluddin Malik, dengan Studio LVN dari Filipina.

Film ini cukup ambisius. Biayanya diperkirakan mencapai 150.000 peso atau sekitar Rp1 juta, tiga kali lebih mahal dari biaya film nasional Darah dan Doa (1950) buatan Usmar Ismail di Perfini.

Filmnya dibuat dalam dua versi yang memiliki perbedaan pemain dan bahasa. Meskipun ceritanya sendiri disadur mentah-mentah dari skenario yang ditulis orang Filipina, tetapi sutradara dan para pemainnya tetap orang Indonesia.

Kerjasama Persari dan studio di Manila sebenarnya sudah dimulai pada 1951, dua tahun sebelum Rodrigo de Villa diproduksi. Dalam kurun kurang dari satu tahun, Persari mengirimkan lima buah film untuk dicuci di laboratorium Manila, yakni Rindu (1951), Bunga Bangsa (1951), Bakti Bahagia (1951), Sepandjang Malioboro (1951), dan Rumah Hantu (1951).

 Kerjasama asing Persari yang pertama itu dilandasi oleh rasa tidak puas Djmaluddin Malik terhadap kondisi laboratorium film milik Perusahaan Film Negara (PFN). Menurut Djamal, PFN sangat sulit bekerjasama dengan produser swasta. Belum lagi peralatan tercanggih yang dimiliki pemerintah Indonesia saat itu kerap tidak tersedia karena selalu dipinjam perusahaan film lain.


“Tujuan utama Persari mengirimkan film2nja ke Manila ialah oleh karena sama sekali tidak mendapat pekerdjaan bersama PFN yang semestinya harus membantu perusahaan2 film nasional,” kata Djamal melansir Aneka No.32 (10/1/1952).

Di samping produksi bersama, jelas J.E. Luik dalam makalah “Indonesian-Philippine Co-Production Movie: From Rodrigo de Villa to Holiday in Bali” (2010) LVN juga berperan sebagai konsultan yang bertugas mencarikan laboratorium film khusus untuk film-film Persari.

Makalah yang disunting dalam Jurnal Ilmiah Scriptura, Vol. 3, No. 1 (Januari 2009) itu juga menyebutkan Persari berhasil memproduksi dua buah film berwarna dalam kurun dua tahun berkat teknologi percetakan film di Manila. Setelah Rodrigo de Villa, Persari membuat film berwarna kedua berjudul Leilani (Tabu) pada 1953. Keduanya sama-sama melibatkan orang Filipina sebagai penulis skenario.

Sejak 1953, hubungan Persari dengan beberapa perusahaan film Filipina semakin erat. Selain LVN, Persari juga teken kontrak dengan Nolasco Pictures dan menghasilkan sebuah film berlatar alam Indonesia dengan pemain-pemain dari Filipina.

Asal Penonton Senang

Tiga puluh tahun setelah rilis perdana, Goenawan Mohamad dalam rubrik catatan pinggirnya di majalah Tempo (28/5/1983) mengkritik Rodrigo de Villa. Ia bilang film itu penuh dengan keganjilan. Terlebih akibat cerita dan penokohannya yang tidak cocok untuk selera orang Melayu tahun 1950-an.

“Djamaluddin Malik sekali sabet memungut begitu saja sebuah cerita yang mungkin cocok buat Filipina yang Katolik-Spanyol tapi agak ganjil buat Indonesia yang Islam-Melayu,” tulis Goenawan.

Menurut resensi J.B. Kristanto dalam Katalog Film Indonesia, 1926-2005 (2005, hlm. 23), Rodrigo de Villa yang memang sarat akan pertikaian kekuasaan antara Kesultanan Turki dengan Kerajaan Castile di Spanyol abad ke-9. Tokoh Rodrigo yang dimainkan Raden Mochtar pada akhirnya berhasil memadamkan konflik internal kerajaan seraya mengusir orang-orang Turki.

“Seandainya Rodrigo de Villa dibuat sekarang, pemerintah pasti akan menyetopnya atau organisasi-organisasi Islam akan memprotesnya. Dan para penulis resensi akan terpingkal-pingkal. Tapi 30 tahun yang lalu adalah 30 tahun yang lalu,” lanjut Goenawan.

Meskipun dinilai janggal untuk selera orang Melayu, strategi iklan film Rodrigo de Villa yang megah tetap berbuah manis. Prestasi kisah heroik Rodrigo di atas layar perak tidaklah buruk untuk ukuran tahun 1950-an. Berdasarkan catatan Ramadhan K.H. dan Nina Pane dalam Djamaluddin Malik: Pengusaha, Politikus, Pelopor Industri Film (2006, hlm. 68) antrean penonton Rodrigo de Villa di bioskop Alhambra, Sawah Besar, sampai mengular.

 Djamal bukannya tak peduli selera penonton. Ia justru paham betul selera penonton Indonesia yang masih menggemari melodrama percintaan yang diselingi nyanyian dan adegan adu pedang warisan film-film buatan etnis Tionghoa sebelum Perang Dunia II. Oleh karena itu, ia memilih Rodrigo de Villa yang penuh cinta dan laga.

Layaknya cerita Rodrigo de Villa dan Leilani (Tabu) yang dipungut dari Filipina, Djamal dikenal sebagai sosok yang tidak segan-segan menganjurkan peniruan terhadap film-film populer yang dikehendaki penonton. Hal ini dituliskan Salim Said dalam Profil Dunia Film Indonesia (1982, hlm. 42).

Kebijakan bisnis Djamal ini lantas membuka pintu kerjasama asing lainnya, kali ini dengan perusahaan film India. Tercatat sejak pertengahan 1950-an, Persari mulai gencar mengirimkan teknisi-teknisinya untuk belajar film ke India, setelah sebelumnya banyak yang sudah melenggang ke Amerika dan Filipina. Di lain kesempatan, Persari mendatangkan sutradara dan ahli kamera dari India ke Jakarta.

Buah dari kerjasama tersebut menghasilkan film Djanjiku (1956) yang ceritanya disadur langsung dari sebuah film India laris. Berdasarkan penuturan sutradara Rodrigo de Villa Rempo Urip kepada Salim Said, saat itu Djamaluddin memang terobsesi memberikan tontonan yang paling disukai penonton. Kebetulan pada periode yang sama, film India tengah merajai bioskop dalam negeri.

“Kalau Penonton mau yang India, kita kasih India. Biar sampai mereka bosan,” kata Djamal seperti ditirukan Rempo Urip.

SENDJA INDAH / 1957

 

Karena isterinya, Ruhima (Lely Sulastri) dirawat di sanatorium, Nurdin (Osman Gumanti) mengisi kesepian dengan wanita lain Rosali (Nurul`ain) yang gadis, maupun si janda Maryam (Ermina Zaenah). Kemudian Nurdin cenderung memilih Maryam. Maryam masih belum bisa melupakan suaminya, letnan Aliff. Apalagi ternyata sang letnan bukan gugur, melainkan cacat akibat siksaan gerombolan. Cacat buta membikin Aliff "takut" pulang, lalu tinggal di rumah Rinto (Wahid Chan), kawan seperjuangan. Tanpa setahu Aliff, Rinto memberi tahu Maryam, sehingga Maryam menolak lamaran Nurdin. Sementara itu Ruhima pulang, Nurdin tak kesepian lagi. Sedangkan Maryam berhasil menghilangkan keraguan Aliff untuk menerimanya kembali.

PERSARI

ERMINA ZAENAH
OSMAN GUMANTI
DARUSSALAM
LELY SULASTRI
WAHID CHAN
MARLIA HARDI
NURUL'AIN
NANNY LYDIA
M. BUDHRASA
MANSJUR SJAH

SUPIR ISTIMEWA / 1954

 
 
 
Untuk mendekatkan diri dengan Rukyah (E. Zainah), gadis desa yang diminatinya, pemuda kota Kadir (MS Priyadi) menyamar sebagai supir. Rukyah kelihatan amat sulit dijinakkan, tapi akhirnya berhasil juga, setelah melewati jalan yang berliku. Antara lain, Rukyah dituduh mencuri kalung, meski kemudian terbukti merupakan kekhilafan ibu Kadir.

Supir Istimewa diproduksi untuk Persari Film Corporation oleh Djamaluddin Malik. Film tersebut merupakan salah satu film yang berorientasi komersial dalam jangka panjang yang diproduksi oleh perusahaan tersebut yang dimulai dengan Sedap Malam pada 1950. Film hitam-putih tersebut disutradarai oleh Rempo Urip berdasarkan pada sebuah permainan latar yang dibuat oleh Saleh Iskandar Rais. Urip didukung oleh Syahril Gani, yang bertugas sebagai asisten sutradara dan asisten penyunting.

Film tersebut dibintangi oleh MS Priyadi, Ermina Zaenah, Abdul Hadi, dan Djauhari Effendi. Mereka didukung oleh Aminah Hardy, Bus Bustami, Roos Itjang, dan Yaya Hitayati. Supir Istimewa adalah debut film fitur dari Priyadi dan Hitayati; Priyadi kemudian tampil dalam sembilan film untuk Persari, yang diakhiri dengan Dewi pada 1957, sementara Hidayati melanjutkan akting untuk perusahaan tersebut sampai Rindu Damai pada 1955.
 PERSARI

ERMINA ZAENAH
A. HADI
DJAUHARI EFFENDI
M.S. PRIYADI
YAYA HITAYATI
ROOS ITJANG

TJALON DUTA / 1955



Karena suaminya dianggap tolol, maka Ny. Adiwinata menulis surat kepada Datuk Rajalangit, orang partai yang berpengaruh. Ia minta agar Adiwinata disokong sebagai (calon) duta. Datuk terkenal anti berbuat begitu. Sebagai presiden komisaris, Datuk mengirim surat kepada Menteri Perekonomian. Surat salah kirim, justru diterima oleh Ny. Adiwinata. Surat itu dijadikan bahan pemerasan, Ny. Adiwinata mendesak supaya Datuk menyokong Adiwinata sebagai calon duta. Datuk mengirim Mentiko, seorang pencuri. Ketika hendak mengambil surat dari lemari besi, Mentiko tertangkap. Ny. Adiwinata tidak mengadukannya ke polisi, karena Mentiko adalah saudaranya. Surat kembali ke Datuk, dan Adiwinata gagal jadi duta.

PERSARI

NETTY HERAWATI
A. HADI
M. BUDHRASA
KOMARIAH
AWALUDIN
M.S. PRIYADI
DJAUHARI EFFENDI
AMINAH CENDRAKASIH
SOFJAN JUSUF

ANTARA ANGGEREK BERBUNGA / 1974

 ANTARA ANGGEREK BERBUNGA

 
Hendra (Helmy Sungkar) tak setuju dikawinkan dengan gadis kaya pilihan orangtuanya, karenanya ia pergi ke Jakarta cari kerja. Dalam pengembaraannya ia jumpa, cocok, dan pacaran denga Mila (Suzan Tolani). Orangtua Mila kini yang jadi penghalang. Mereka berpisah meski bersumpah setia. Sumpah dilanggar Mila karena pertemuannya dengan Dany (Dicky Zulkarnaen) dan desakan temannya, Ratna (paula Rumokoy). Padahal, Hendra tiba-tiba dapat warisan dari pamannya dan membangun sebuah vila untuk merelaisasikan sumpahnya. Ia kecewa waktu ditemuinya, ternyata Mila sudah jadi istri orang. Dany ternyata hanya pemorot saja, dan penjudi beriku foya-foya dengan wanita lain. Kekayaannya habis, Dany lari ke luar negeri, hingga Mila pulang kampung untuk melahirkan. Ternyata rumah orangtuanya juga suda habis. Muncul Hendra yang mengajak kembali. Mila lari karena merasa teleh cidera janji. Ditinggalkannya bayinya di halaman rumah Hendra. Mila hendak bunuh diri dari karang terjal. Untung Hendra datang menyelamatkan.

SUZAN TOLANI
DICKY ZULKARNAEN
PAULA ROEMOKOY
HELMI SUNGKAR

AKU MAU HIDUP / 1974

 

Agus (Andy Auric) tak ingin menodai kekasihnya, Susy (Emilia Contessa). Kebaikan ini ternyata tak berimbal baik. Waktu tugas ke Medan, kehormatan Susy direnggut oleh Dadang (Ferry Irawan), teman Agus sendiri. Desakan Susy agar Dadang bertanggungjawab, tak berhasil. Maka Susy putus asa, pergi dan terperosok ke dunia hitam di Surabaya. Sekembali dari Medan, Agus hanya bisa menghajar Dadang, tapi tak menemui Susy. Agus kemudian jatuh sakit dan ditolong adik Agus sendiri yang baru kembali dari Eropa sebagai dokter. Ketika tahu bahwa Susy adalah kekasih kakaknya, maka sang kakak dipanggil. Agus datang, tapi pertemuan tak bisa berlangsung lama. Susy meninggal karena penyakitnya.
P.T. AGASAM FILM

CHITRA DEWI
S. PONIMAN
EMILIA CONTESSA
M. PANDJI ANOM
ANDY AURIC
AMRAN S. MOUNA
FERRY IRAWAN
NIZMAH ZAGLULSYAH
MANSJUR SJAH
KUNTJUNG
CUT ERNAWATI
DIAN ANGGRIANE D

BINTANG BARU / 1954

 
 

Biar anak yatim, Herman bersungguh-sungguh menempa diri dalam bidang seni. Apalagi mendapat dorongan dari Kustari, keponakan ibunya. Herman pergi ke Jakarta untuk terjun ke dunia film. Untuk sementara menumpang di rumah Mukhsin. Belakangan Mukhsin berjasa membawa Kustari, yang menarik perhatian sutradara Hendra. Pasangan Kustari dan Herman sukses, kedua bintang baru itu disukai penonton.

ASAM DIGUNUNG GARAM DILAUT / 1953

 

Dahlan dan Elina bertetangga dan saling menaruh hati, tapi kepentingan orangtua masing-masing bertentangan. Ayah Dahlan adalah komponis yang butuh ketenangan, sedang ibu Elina adalah penyanyi amatir yang sering nyanyi keras-keras. Ayah Dahlan mendatangkan gadis lain, Trisni, agar berjodoh dengan Dahlan. Ternyata Trisni penggemar tari, hingga mengganggu ketenangan yang dibutuhkan ayah Dahlan lagi. Maka Trisni dipulangkan dan pindah rumah. Ternyata ibu Elina pergi ke tempat sama, hingga ketemu lagi. Rumah yang ditinggali Dahlan dan ayahnya banyak hantunya. Berkat keberanian ibu Elina, terbuka rahasia hantu yang ternyata manusia biasa. Akhirnya, Dahlan bisa berumahtangga dengan Elina.
PERSARI