Tampilkan postingan dengan label SI DOEL ANAK MODERN / 1977. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SI DOEL ANAK MODERN / 1977. Tampilkan semua postingan

Selasa, 08 Februari 2011

SI DOEL ANAK MODERN / 1977



Dalam film dikasih judul Si Doel Anak (kata Anak di coret diganti Sok) Modern.

Lulus sekolah di kota, Si Doel hanya menganggur di kampung. Usaha penjodohan ibunya selalu ditolak. Ia sangat mencintai Nonon alias Kristin (Christine Hakim), temannya sekolah di kota, yang sudah jadi peragawati. Doel bisa merayu ibunya agar menjual tanah untuk usaha di kota. Maka ia lalu ikut usaha jual-beli mobil bersama kawannya, Sapii (Farouk Afero). Kemudian datang juga kawan lama lain, Sinyo (Wahab Abdi), yang punya banyak istri, yang mendapat obyek besar, beli tanah, tapi ingin menggunakan uang Doel. Usaha mereka ini diberi syarat, mempertemukan Doel dengan Kristin. Mereka tak menyangka Doel sungguh-sungguh, karena itu pada awalnya mempermainkan dengan mengajari Doel jadi "modern." Doel menurut. Melihat pacar Kristin, Achmad (Achmad Albar), berambut kribo, ia juga ikut. Kristin suka akan Doel yang lucu, yang selalu bisa menghiburnya saat dia kesal dengan Achmad, pemusik rock yang playboy, hingga hubungan itu putus-sambung-putus-sambung. Saat putus Doel diajak Kristin ke Bandung. Doel merasa mendapat angin. Sapii dan Sinyo yang harus membayar uang muka pembelian tanah jadi bingung. Achmad juga bingung.
 
Ia dan anak buahnya berangkat ke Bandung. Begitu juga Sapi’i-Sinyo. Doel dikerubut anak buah Achmad. Kristin melerai dan kembali ke Achmad yang mengajaknya kawin. Doel diseret Sapii-Sinyo dan menyelesaikan pembayaran tanah. Ternyata Achmad digosipkan majalah akan kawin dengan gadis lain. Kristin marah. Doel yang sudah merasa sukses, mendatangi rumah Kristin dengan arak-arakan. Kristin kaget melihat kenaifan Doel. Doel juga kaget, karena ternyata ia salah duga. Ia lari, naik mobil, masuk jurang, dan dirawat di rumah sakit. Kepada ibunya ia mengatakan kapok jadi modern, tapi kata-kata itu ditariknya kembali saat melihat Kristin datang. Sjuman memang berniat mengejek sikap modern yang dilukiskannya dengan negatif: rebutan istri, memperistri gadis kawan anaknya dlsb. Bahkan judul Si Doel Anak Modern juga dicoret dan di ganti Si Doel Sok Modern.
  P.T. MATARI ARTIS FILM

BENYAMIN S
CHRISTINE HAKIM
TUTY KIRANA
S. BONO
ACHMAD ALBAR
FAROUK AFERO
WAHAB ABDI
RD MOCHTAR
MARULI SITOMPUL
YATIE OCTAVIA
NICO PELAMONIA
URIP ARPHAN

News
Film Si Doel contoh permasalahan dan perkembangan kota Jakarta.
Dalam judul di awal filmnya, kata “Anak” dicoret dan diganti “Sok” yang menandai ketidakmampuan si Doel (Benyamin S) untuk sungguh-sungguh menjadi modern, karena sesungguhnya yang dilakukan adalah meniru-niru gambaran kemodernan yang ditampilkan oleh tokoh antagonis dalam film itu (Achmad Albar).

Kisah dalam Si Doel berawal dari sebuah “harmoni” sebuah kampung di Jakarta. Rutinitas bagi Si Doel terganggu ketika sebuah anasir asing masuk ke dalam harmoni itu dan anasir tersebut berasal dari sisi modern kota Jakarta. Anasir itu adalah seorang perempuan, Kristin alias Nonon (Christine Hakim). Perempuan ini adalah wakil dari modernitas, sebuah Jakarta yang baru. Ia adalah teman main si Doel ketika kecil, tetapi menjalani pendidikan dan kemudian bekerja sebagai peragawati (bayangkan istilah ini sekarang). Jakarta yang baru ini terbiasa dengan modernitas (baca: kehidupan urban) yang licik, licin, penuh tipu daya, beraroma narkoba dan seks (keduanya jahat), dan fesyen yang mengganggu (ingat pekerjaan Kristin adalah peragawati). Maka ketika Kristin melihat si Doel, ia terpesona akan kenyataan lain Jakarta, sebuah eksotisme yang muncul dari figur muka Janus metropolitan yang berada pada tahap infant.

Gangguan bagi harmoni inilah yang dijadikan sebagai sebuah sumber kritik sosial oleh Sjumandjaja. Ia dengan ironik memperlihatkan ketidakmampuan tokoh seperti si Doel untuk mempertahankan identitas dirinya demi memenuhi kriteria yang disarankan oleh kemodernan. Celakanya, kriteria yang ditangkap oleh Si Doel itu adalah kriteria artifisial (rambut kribo, celana cutbray) sehingga kegagalan itu menjadi lebih ironik lagi.

Dengan melihat bahwa si Doel adalah anak dari suku Betawi, maka Sjuman ingin sekaligus memperlihatkan kecemasannya akan ketidakmampuan penduduk suku asli Jakarta ini beradaptasi secara substansial dengan perkembangan modernitas yang jalan seiring dengan pertumbuhan kota. Hal ini digambarkan oleh kritikus JB Kristanto sebagai kedekatan khusus Sjumandjaja dengan Jakarta; karena selain Si Doel Anak (Sok) Modern, Sjuman juga membuat Si Doel Anak Betawi dan Pinangan, sebuah adaptasi dari naskah drama Anton Chekov yang dibuat dengan latar belakang Betawi dan pendekatan lenong, teater rakyat tradisional Betawi..