Tampilkan postingan dengan label SJAHRIL GANI 1954-1977. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SJAHRIL GANI 1954-1977. Tampilkan semua postingan

Minggu, 27 Februari 2011

SJAHRIL GANI 1954-1977



RATU-RATU RUMAH TANGGA1960SJAHRIL GANI
Director
HUJAN DUIT 1977 SJAHRIL GANI
Director

WARUNG POJOK / 1977



Adaptasi dari repertoir populer yang dimainkan oleh grup-grup Tarling di daerah Indramayu-Cirebon. Dari repertoir ini juga keluar lagu "Warung Pojok" yang sangat populer.

Warung Pojok milik Ratmi (Ratmi B-29) dan ponakannya Neneng (Doris Callebaute) yang selalu dibantu Latif (Latief M), tukang tambal ban di seberang warungnya, dan pacar Neneng, selalu ramai pengunjung. Suatu hari Syamsu (Syamsu), direktur pabrik penggilingan beras di desa itu tapi bermukim di kota, mengalami pecah ban dalam perjalanan. Sementara ban mobilnya ditambal, Syamsu mampir ke warung pojok itu. Melihat Neneng, Syamsu jadi ketagihan, apalagi ia di rumah selalu didikte oleh istrinya, Yayuk (Rahayu Effendi). Hubungan ini membuat sopirnya (Eddy Gombloh) juga menjalin hubungan dengan Ratmi. Tanpa sepengetahuannya, Neneng tetap semakin akrab dengan Latif yang diterima kerja di penggilingan beras Syamsu, dan berhasil masuk studio rekaman karena kepandaiannya menyanyi (dalam kehidupan sesungguhnya, Latief penyanyi dangdut yang cukup punya nama). Istri Syamsu jadi curiga dan bertindak.

BAKTI /1963

BAKTI

Bakti (R. Mantoro), sarjana muda, pulang ke desanya yang terpencil untuk menengok orangtuanya. Ia kaget melihat kehidupan masyarakatnya. Ternyata desa itu selalu diganggu gerombolan yang memeras dengan kredit. Maka Bakti bersama kawan lamanya membangun koperasi untuk memenuhi amanat penderitaan rakyat. Rintangan dari gerombolan pemeras secara fisik maupun tidak, berhasil diatasi berkat bantuan lurah (M. Budhrasa) dan putrinya, Cahyana (Sri Redjeki).

RATU-RATU RUMAH TANGGA / 1960

RATU-RATU RUMAH TANGGA

Banyolan tentang ibu-ibu rumah tangga. Mereka ini tinggal saling berdekatan. Ada nyonya guru, nyonya pengarang, nyonya pegawai kecil dll. Keanehan masing-masing dieksploitir, tanpa ada rentang permasalahan atau cerita.

P.T. SAFINA

WATI WAHAB
CHITRA DEWI
ELLYA KHADAM
SULASTRI

HUJAN DUIT / 1977

HUJAN DUIT


Kisah ini agaknya berawal dari popularitas pemain-pemainnya: penyanyi dan pelawak. Karena itu tidak kurang dari enam lagu ditayangkan. Slamet (Bulet Purnomo), juragan ayam, mengalami kecelakaan. Ia dirawat di rumah sakit dan jatuh cinta pada susternya, Fajarwati (Doris Callebaute ). Perjalanan mulus sampai ke pelaminan. Latief (Latief M), pengangguran yang kerjanya main gitar dan menebak kode-kode undian, naksir Ervinna (Ervinna) tetangga rumahnya, tapi tak disetujui orangtuanya. Setelah datang bibinya menjelaskan siapa itu Latief, maka persoalan selesai.

P.T. BUDIMAN PERMAI FILM

ERVINNA
LATIEF M
DORIS CALLEBAUTE
BULET PURNOMO
RAHAYU EFFENDI
WOLLY SUTINAH
RATMI B-29
EDDY GOMBLOH

DI lapangan terbang Hasanuddin, Ujungpandang, 31 Desember 1977, serombongan anak muda minta foto bersama dengan Ratrni. "Adik-adik," kata Ratmi dengan kenes, "fotonya nanti bisa buat nakut-nakutin tikus di rumah." Ternyata itu guyon terakhir dari Ratmi Bomber. Sebab ketika dia berjalan mendekati pesawat yang akan ditumpanginya, persis di ujung tangga, Ratmi berkata kepada suaminya dengan suara lemah: "Pap." "Mama .... " sahut Didi Sugandhi, sang suami. Dan cepat dia menggapai tubuh Ratmi yang menggayut. Beberapa kata tidak jelas keluar dari mulut Ratmi, kemudian mengeluh, tubuhnya bergetar sebentar dan tidak sadarkan diri. Setelah bingung mencari kendaraan, sulit menemukan dokter, dinyatakan orang bahwa Ratmi telah tiada. 

Didi langsung pingsan. "Bagaimana saya tidak terkejut," kata Didi, beberapa hari setelah isterinya meninggal. "Saya ini sudah menyerahkan diti saya buat Ratmi semua. Saya ingin membahagiakan dia. Semua nasehatnya, saya turuti." Tahun 1973, Ratmi berjumpa Didi Sugandhi, 10 tahun lebih muda, beralis dan berkumis tebal. Waktu itu Ratmi sedang dalam pengambilan film Ketemu Jodoh di Bandung. Seorang sopir mengantar Ratmi - yang mendadak sakit ke ayah si sopir. Dasar jodoh, Ratmi yang katanya kemasukan roh jahat di Cibulan (ketika opname film Ayah, tiga hari sebelumnya)bisa sembuh. Sopir tersebut tidak lain Didi Sugandhi, suami dan ayah dari 4 orang anak. Pendek cerita, Didi bercerai dari isteria yang pertama untuk kemudian menikah dengan Ratmi. Tiga anak Didi dari isteri pertama diambil oleh Ratmi dan diasuh seperti anaknya sendiri. "Saya melawak justru setelah badan saya berubah," Ratmi pernah berkata. ubuhnya yang subur, hidungnya "yang mancung ke dalam," begitu olok-olok Slamet Harto di panggung, menjadi rejeki baginya. Dia mendapat nama Ratmi Bomber-29 dari Laksda TNI Wiriadinata, Wakil Gubernur DKI. Waktu itu, tahun 60-an, Ratmi sering menghibur keluarga TNI-AU di Bandung. "Kami ini melawak tanpa sutradara," kata Bendot, 50 tahun, pensiuan AD yang jadi pasangan Ratmi. Slamet Harto, 52 tahun, pensiunan polisi, juga mengatakan yang sama. "semua lawakan berjalan dengan spontan. Dan Ratmi-lah yang selalu kami dukung karena dia yang selalu mengambil inisiatip," kata Harto. Sambung Bendot: "Dia itu, menari bisa. Nembang (Jagu Jawa) bisa. Kroncong bisa, apa-apa bisa. Pokoknya nggak bakal kelaparan deh!". Satu lagi keahliannya, dia bisa menyanyikan lagu sedih sambil mengeluarkan air mata sungguhan. Nama aslinya Suratmi.

Ayahnya, Salimin, berasal dari Yogya. Ibunya, Sainem, asal Banyumas. Ratmi sendiri lahir di Bandung dan pernah duduk di HIS Cilacap sampai kelas 3. Masa revolusi fisik Ratmi turut ambil bagian jadi anggota Barisan Srikandi/Laswi dan anggota staf Batalyon Brigade D/X-16 di Jawa Tengah. Pangkatnya waktu itu sersan dua. Setelah penyerahan kedaulatan Ratmi mengundurkan diri. Karena memiliki tanda jasa Bintang Gerilya, SLPK I dan II, GOM I dan V, Ratmi (46 tahun) dikuburkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. "Dia tidak pernah berobah, baik ketika miskin maupun sesudah jadi kaya," demikian rekanrekan artis memberi komentar. Pernah menikah tiga kali. Suami pertama Idris, meninggal dunia, yang kedua Surnarno, bercerai. Jenazahnya diantar oleh banyak orang. Hamid Arief (menangis terus), WD Mochtar, Benyamin S., Sofia WD, bekas Kapolri Hoegeng, Nyonya Arudji Kartawinata, Kusno Sudjarwadi, dan banyak lagi. "Masih muda kok sudah diambil Tuhan. Mudah-mudahan saya tidak dulu," kata Poniman, pelawak tiga zaman yang ketika Ratmi dikuburkan aktif mengambil foto. Beberapa jam kemudian Poniman pingsan. Di hari yang sama ketika Ratmi dikubur, Poniman ternyata menyusul Ratmi. Jadi di awal 1978 Indonesia kehilangan dua pelawak yang sulit dicari tandingannya. Ratmi sendiri belum menyelesaikan film-film yang sedang dimainkannya: Sembilan Orang Janda, Hujan Duit dan Direktris Muda..

Senin, 31 Januari 2011

EXSPEDISI TERAKHIR / 1964

 
 
Film ini sempat terhenti pembuatannya. Kelanjutannya dilakukan dengan penggantian sutradara SJAHRIL GANI  dan juru kamera.


GEMA MASA FILM
DICKY ZULKARNAEN
RENDRA KARNO
RATNO TIMOER
SUKARNO M. NOOR
MIEKE WIJAYA
FAROUK AFERO
SALIM SURAPATI
TATANG
S. PARYA
ANNEKE ZAINUDDIN