Tampilkan postingan dengan label SLAMET RIYADI 1975-1994. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SLAMET RIYADI 1975-1994. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 05 Maret 2011

SLAMET RIYADI 1975-1994

SLAMET RIYADI

 







SERIBU KENANGAN 1975 SLAMET RIYADI
Director
SUAMI, ISTRI DAN KEKASIH 1994 SLAMET RIYADI
Director
CINTA DAN NODA 1991 SLAMET RIYADI
Director
GADIS METROPOLIS 1992 SLAMET RIYADI
Director
PEDANG NAGA PASA 1990 SLAMET RIYADI
Director
AJIAN PAMUNGKAS 1990 SLAMET RIYADI
Director.

CINTA DAN NODA / 1991

Dalam surat izin produksi berjudul "Menagih Janji"

Nia (Cut Keke) dilarang pacaran dengan Ir Rusdi (Adjie Massaid) oleh ibu Nia, Ny. Rosidi (Baby Zelvia), yang sangat dominan dalam keluarga karena suaminya sakit-sakitan. Rusdi ini juga dicintai Mirna (Yurike Prastica), teman sekantor, yang karena sadar Rusdi lebih mencintai Nia, Mirna minta keluar. Bermacam cara dilakukan agar Nia pisah dari Rusdi, tapi tak berhasil. Herman (Chandra Rajasa), bawahannya disuruh merayu Nia. Gagal. Herman, yang ternyata pacar Mirna, minta Mirna melakukan kekerasan. Juga gagal. Rusdi yang berhasil ditemui Nia, menemukan rumah tua yang jadi tempat penyiksaannya. Rumah ini angker dan dihuni seorang dukun tua. Rusdi lalu bersembunyi, tapi tempat itu bisa ketahuan, karena Nia dikuntit penganiaya Rusdi. Suatu malam Rusdi masuk ke rumah Nia dan membawa lari ke persembunyian lain. Ny Rosidi lalu mencari Herman untuk mencari Nia. Rusdi dan Nia mendengar percakapan dua orang itu. Ternyata Ny Rosidi memacari Herman, dan Nia bukan anak kandungnya. Mereka lalu pergi ke rumah tua. Di sana Rosidi (Wawan Wanisar), yang sudah berjanji mengorbankan anaknya sebagai tumbal untuk kebisaannya menjadi babi ngepet, minta dibatalkan. Ia mengatakan perjanjian setan itu karena dorongan istrinya yang gila harta. Dan Nia dihalangi berhubungan dengan Rusdi, karena ibu Rusdi mengetahui rahasia Rosidi. Rosidi meninggal. Istrinya gila. Rumah tua dan sekitarnya disetujui jadi kota satelit seperti diusulkan Rusdi.

 P.T. KHARISMA JABAR FILM
P.T. LIA INDAH SWASTIKA FILM

ADJIE MASSAID
CUT KEKE ZUDIAKE
YURIKE PRASTICA
BABY ZELVIA
WAWAN WANISAR
CHANDRA RAJASA
IRA MAMBO
TISNA S. BRATA
SETIADI RIMBA

SETEGAR GUNUNG BATU / 1988

SETEGAR GUNUNG BATU


Danti (Sophia Latjuba) adalah wanita keras, tapi dia terpaksa kawin dengan Irawan (Hengky Tornando) untuk membela bapaknya yang terjerat hutang. Selalu saja ada perasaan Danti seolah jadi pelacur, karena semuanya bermula dari "bayar utang". Liku-liku hidup lantas mendera mereka berdua, meski cinta ternyata dapat tetap bertahan. Meski tengah mengandung, Danti lari dan hidup sendiri. Ia merasa telah melunasi hutang ayahnya dari hasil kerjanya. Kepada Irawan ia mengaku keguguran, padahal ia membesarkan sendiri anaknya. Dua lelaki yang mendekati dan mengajaknya kawin ditolaknya. Ternyata ia mencintai Irawan. Hal ini baru bisa terjadi ketika anaknya kecelakaan, dan Danti minta Irawan menyumbangkan darahnya. Di sini pula Irawan tahu bahwa ia punya anak.

SERIBU KENANGAN / 1975

SERIBU


Pada awalnya film ini ingin menunjukkan bahwa seorang anak bisa memilih cita-citanya berkat ketekunan dan kejujuran. Agus (Adhi Irawan) ingin memiliki sepeda motor. Untuk itu ia berjualan es dan menabung keuntungannya.

Namun sepeda motor itu diperoleh bukan dari hasil keringatnya tapi pemberian seorang teknisi Jepang yang bekerja di Indonesia. Ayah Agus bekerja di rumah orang Jepang itu sebagai tukang kebun. Lalu cerita berbalik menjadi cerita kriminal. Sepeda motor dilarikan orang dan seorang kawan sekolah Agus, anak orang kaya di culik komplotan yang sama.

P.T. AGORA FILM

BAMBANG IRAWAN
DEDDY SUTOMO
DEWI IRAWAN
ADHI IRAWAN
MASITO SITORUS
PARTO TEGAL
ADE IRAWAN
NANIEN SUDIAR
MALINO DJUNAEDY
DIMAS HARING
HARDJO MULJO

GADIS METROPOLIS / 1992

GADIS METROPOLIS


Tiga gadis yang saling bersahabat, Lisa (Sally Marcelina), Fanny (Inneke Koesherawati) dan Sandra (Febby R. Lawrence), adalah gadis metropolis yang hidupnya hanya hura-hura dan tanpa moral. Fanny dengan seenaknya tidur dengan Jacky, pacar Lisa yang barusan bentrokan. Lalu karena ia ingin jadi penyanyi, maka dengan gampangnya juga tidur dengan produsernya, sambil terus terang pada pacar yang dicintainya, dan lalu dikawininya, yaitu Maxi (Alex Kembar), yang homoseks. Sandra, seorang foto model, kepribadiannya hampir sama juga dengan Fanny. Perbedaannya, Fanny senang sama oom-oom yang berduit. Sedangkan Lisa yang dianiaya oleh teman-teman Jacky, dirayu terus oleh seorang tante yang lesbian, Mirna (Baby Zelvia). Suami Mirna lebih gila lagi. Dia selalu membawa perempuan pulang ke rumah. Ketika Lisa kembali lagi pada Jacky, maka ngamuklah Mirna. Jacky dibunuhnya.
 P.T. VIRGO PUTRA FILM


SALLY MARCELINA
INNEKE KOESHERAWATI
FEBBY R. LAWRENCE
ALEX KEMBAR
JAMES SAHERTIAN
BABY ZELVIA
PIET PAGAU
PITRAJAYA BURNAMA
GUGUN BENGET
DAVID G. TASMAN
TEDDY MALA
LUTHI TAMBAYONG

INNEKE KOESHERAWATI, bintang Gadis Metropolis dan Kenikmatan Tabu, antara lain. "Saya sumpek kalau tak ada syuting," kata gadis 18 tahun ini. Kata orang, ia ngetop sejak berani melakukan adegan panas dalam Gadis Metropolis. Tapi buru-buru ia bilang keberaniannya masih sesuai dengan alur cerita dan masih ada pakaian yang melekat di tubuhnya. "Saya tak mau disuruh bugil," kata cewek 168 cm dengan berat 54 kg ini. Pertama kali mengenal syuting semasa SMP, menjadi figuran dalam film remaja, Lupus IV. Ia dibayar Rp 15 ribu untuk syuting seharian, kata juara kontes gadis berbakat versi majalah Gadis tahun 1990 itu. Ia pertama kali jadi pemeran utama dalam Misteri Ronggeng dengan honorarium Rp 300 ribu. Saat itu "saya tak punya modal akting, dan masih takut-takut." Ayahnyalah, seorang karyawan perusahaan swasta, pernah ikut grup teater di Bandung, yang mengajarinya pasang aksi di depan kamera. Apa yang dicarinya dari film-film yang mengharuskannya memamerkan bentuk tubuhnya itu? "Terus terang saja, uang," kata lulusan SMA PSKD II Matraman, Jakarta itu, seraya mengepulkan asap Dunhill mentol dan menenggak Capuccini. Dan duit itu kini tengah mengalir deras. Tahun ini ia bikin kontrak delapan film panas, dengan tarif Rp 10 juta hingga Rp 15 juta satu film. Dengan uangnya Ine kini pergi ke mana-mana dengan sedan Great Corolla, ditemani sebuah telepon genggam. Tak risi disebut bintang seks? "Habis, tak ada pilihan lain,"jawabnya. "Memang, saya disebut-sebut sebagai bomb sex, tapi itu berarti saya diperhatikan orang," ucap bibir tipisnya yang menebarkan bau parfum Kenzo yang lembut. 

TAFANNA DEWY, pemeran pembantu dalam Misteri Permainan Terlarang dan Gairah Malam. "Film itu bukan realita, antara keduanya tak saya baurkan," kata cewek kelahiran Yogyakarta 17 Juli 1974 itu. Bibir mungilnya disapu lipstik merah menyala. Rambut ikal kecokelatan, dan sesekali digerainya di sela dada dan punggungnya yang terbuka. Itulah Tafanna Dewy, artis panas pendatang baru yang sedang sibuk memilih lagu di sebuah karaoke di kawasan Kelapa Gading Permai, Jakarta, Jumat malam pekan lalu. Tak lama kemudian terdengarlah suaranya mendesah, mendendangkan Mutiara yang Hilang. Tafanna mengaku mulai gemar tampil di depan publik sejak di bangku SMA. Tahun 1990, disabetnya Putri Ayu Malioboro, setahun kemudian Putri Batik Indonesia, dan tahun 1992 ia merebut Putri Esteem 1992. Masuklah tawaran untuk menjadi model iklan dan kalender, tentu saja dalam pose pamer bentuk tubuh. Dunia film dimasukinya setelah bermain dalam sinetron Sebening Air Matanya (bersama Adi Kurdi dan Uci Bing Slamet), dan Si Buta Dari Goa Hantu tayangan RCTI sebagai Komariah Si Mawar Berbisa. Setelah dua kali berperan dalam film, tawaran main film mengalir, katanya. "Tapi, kok perannya itu-itu melulu," ujar cewek yang gemar mandi lulur ini. Baru dalam Tergoda Nafsu, yang baru akan beredar, ia mendapatkan peran utama. Tapi, ya, "itu-itu juga." Ia memerankan tokoh Elisa yang lembut, korban perkosaan. Gadis 167 cm dengan berat 48 kg ini mengaku melakukan adegan-adegan syur tanpa canggung. Karena sudah terbiasa? Bukan itu soalnya, tapi karena ia selalu dikawal sang ibu, sekaligus guru dan manajernya, hingga merasa aman. 

LELA ANGGRAINI, berperan pembantu di Kenikmatan Tabu, menjadi peran utama dalam film silat Selir Sriti. Tapi yang paling mengesankan buat Lela adalah film Skandal Iblis, film panasnya pertama. "Skandal iblis, ya apalagi kalau bukan skandal seks yang brutal," tuturnya sambil ngakak. Bercelana pendek, dengan kaus tanpa lengan, di rumahnya, pekan lalu, Lela kelihatan seadanya. "Bila perlu, ke warung saya cuma dengan kain melilit di tubuh," katanya tanpa bergurau. Janda kembang yang akan genap 27 tahun Oktober nanti itu sudah membintangi sekitar 20 film. Film pertamanya, setelah meninggalkan profesinya sebagai model di Surabaya, adalah film komedi Giliran Saya Mana, bersama Kadir dan Doyok. Ketika itu ia sekadar muncul sebagai figuran, hanya berbikini. Wanita 170 cm dengan berat 53 kg ini dengan sadar melakukan peran-perannya dalam film panas. "Produser tak mau rugi, mencari yang mau buka-bukaan, berani, cantik, mulus. Dan modal saya memang cuma itu, badan," katanya terus terang. Wanita yang bicaranya ceplas-ceplos ini toh tak mau melakukan adegan bugil. "Buat apa, kan nanti dipotong sensor juga, dan enak dong para kru film, mendapatkan hiburan gratis. Tapi mau juga, lo, kalau dibayar semiliar...," tawanya yang keras terdengar lagi. Berapa ia dibayar? Masih di bawah Rp 30 juta, katanya. Hasil main dalam filmnya antara lain berwujud 2 ha kebun pepaya hawai di Bogor, yang buahnya ia pasok ke beberapa pasar swalayan di Jakarta. 

AYU YOHANA, bintang dalam Susuk Nyai Roro Kidul. "Dulu, pada adegan perkosaan wanitanya masih pakai baju. Sekarang, wah ...," kata Ayu, yang sudah terjun dalam film panas sejak awal 1980-an. Janda yang tingginya 160 cm dan berat 48 kg ini mengaku tak sungkan melepaskan penutup dadanya, asal "sutradara yang minta". Bahkan mojang Priangan yang mogok SMA-nya ini siap melakukan adegan bugil bila saja aktris lain begitu juga, dan memang sutradaranya mengharuskannya begitu. Tekad Ayu terjun dalam film memang besar. Ia bersedia melakukan adegan buka-bukaan sekadar untuk merintis jalan ke dunia film. "Waktu itu ada yang bilang yang bisa jadi bintang film hanyalah orang-orang kaya," ceritanya. Tak tahunya, peran itulah yang kemudian selalu diterimanya, dan makin lama perannya makin panas saja. 

FERRY ANGRIAWAN, Produser PT Virgo Putra Film, yang sudah membuat 50 film. Beberapa di antaranya mendapat penghargaan. Cinta di Balik Noda, misalnya, mendapat Piala Citra pada Festival Film Indonesia 1985, untuk aktris utama terbaik (Meriam Bellina). Pada festival tahun 1986, Cinta Anak Zaman meraih Citra untuk aktor pembantu terbaik (Didi Petet). Tahun berikutnya, Selamat Tinggal Jeannete, pemeran pembantu wanitanya yang mendapat Citra (Ria Irawan). Dan Festival Film Indonesia 1988 memberinya Citra lagi untuk peran pembantu wanita (Ayu Azhari) dalam Dua Kekasih. Dengan prestasinya itu, toh Ferry terpaksa ikut arus, membuat film-film yang menyajikan adegan panas sebagai menu utamanya: Gadis Metropolis, Tiga Dalam Satu, dan beberapa lagi. Awalnya adalah terjangan film impor, tahun 1991. Ia mengaku ketika itulah mulai babak-belur. "Utang saya banyak," katanya terus terang. Ia bahkan sampai menjual rumah yang pernah ditinggali ketika masih menjadi suami Meriam Bellina. Maka, ia pun melakukan strategi menekan ongkos produksi: memakai artis yang belum punya nama. Maka, apalagi yang keluar dari cara itu bila bukan film syur tadi, tutur anak seorang pemilik sembilan bioskop di Sumatera Barat ini. "Mau bagaimana lagi, itu yang disenangi penonton sekarang?" katanya. Ferry punya resep sendiri untuk film-filmnya. "Yang penting citra, bukan detailnya. Dan itu bisa lewat ekspresi wajah, kaki, atau tangan yang seksi," katanya. Ia pun melakukan taktik yang tampaknya dilakukan oleh hampir semua produser film panas: gambar dan foto yang dipasang sebagai reklame filmnya sebenarnya tak ada dalam adegan sesungguhnya. Dengan resep itu ia mengaku bisa untung 30% dari modal Rp 250 juta -- rata-rata ongkos produksi film panas sekarang. Sebagai produser profesional, katanya, ia tak peduli filmnya dicap murahan, ngeseks, atau apa pun. Yang penting, dapur produksinya jalan. 

TJUT DJALIL, sutradara yang filmnya lima tahun lalu menghebohkan, Pembalasan Ratu Laut Selatan. "Film Indonesia sekarang sudah murni barang dagangan," kata lelaki berusia 62 tahun ini. Tjut termasuk orang film yang bicara blak-blakan. Coba dengar pendapatnya tentang film Indonesia belakangan ini. "Film Indonesia? Itulah film yang dibuat dengan biaya semurah mungkin, harus laku dijual, tak peduli segi artistik dan alur cerita. Pokoknya, ada adegan cumbu-mencumbu, cium-mencium, polos-polosan, lalu ah-eh-oh." Ia pun tak ingin sok-sokan membuat film horor atau film laga berbumbu seks, karena harus mengeluarkan ongkos untuk adegan-adegan tipuan yang biayanya mahal. Menurut pendapatnya, dunai film Indonesia kini dikuasai oleh produser. Dulu, misalnya, pengedar masih ikut menentukan artisnya. Malah kala itu produser menyetujui saja usul pengedar. Sekarang zaman sudah berbeda, kata Tjut, "produser yang punya duit yang menentukan segalanya. Dari soal cerita sampai bintangnya...." Sutradara tinggal menjalankan apa maunya produser. "Maka, kalau mau jujur, saya membuat film semata karena urusan perut," kata ayah sembilan anak itu, yang mengaku honorariumnya sebagai sutradara kini sekitar Rp 10 juta bersih. Orang Aceh yang pernah menjadi pegawai negeri lalu menjadi wartawan di Medan ini, awal tahun 1960-an, pindah ke Jakarta. Setelah diterima menjadi asisten sutradara, tahun 1974 film pertamanya lahir, Benyamin Spion 025, sebuah film komedi satir. Melihat sosok Tjut, sulit membayangkan bahwa dari tangannya lahir film-film merangsang. Tjut, yang berambut lurus, bertubuh ceking, adalah haji yang rajin salat. Meski dia yang mengarahkan artis untuk membuka ini-itu, ia mengaku tak pernah tergoda. "Mending perempuan desa, asli dan sederhana, jauh dari polesan rias wajah atau manipulasi keseksian karena operasi," katanya. Ia kini menunggu saat "pensiun". Ia mengaku mengalami konflik batin tiap membuat film panas. "Saya punya anak yang bekerja sebagai guru SMA," tuturnya. Itulah salah satu yang menyebabkan konflik batin itu, dan karenanya ia ingin bisa cepat berhenti dari dunia film. 

RAAM SORAYA, produser yang sudah bikin 50 film, demi film Indonesia mengaku pernah langsung meminta Badan Sensor Film melonggarkan guntingnya. "Saya minta supaya ada pancingan buat penonton, supaya mereka mau masuk bioskop yang memutar film Indonesia. BSF setuju. Dan bioskop luber lagi, bioskop kelas bawah tapi," tuturnya. Raam tidak membantah, filmnya banyak menampilkan adegan seks. "Tapi itu cuma bumbu," ujarnya. Dialah produser Pembalasan Ratu Laut Selatan. Dalam sebelas hari, sebelum terjadi protes dan ia menarik film itu dari peredaran, sudah 500.000 karcis terjual. "Karena film itu diributkan, orang malah penasaran dan mencari film itu," katanya kepada Rihad Wiranto dari TEMPO. Ada yang disayangkan Raam, bahwa film-film sekarang bebas ditonton semua umur. Mestinya itu cuma untuk orang dewasa, katanya. Bahkan film komedi Warkop, menurut dia tak cocok ditonton anak-anak, karena banyak adegan buka dada dan paha. Jebolan Institut Teknologi Surabaya ini masuk dunia film dengan menjadi distributor film di Jawa Timur, tahun 1973, terlebih dahulu. Baru tahun 1987 ia mendirikan PT Soraya Intercine Film. Sri Pudyastuti R., Wahyu Muryadi, dan Indrawan.

PEDANG NAGA PASA / 1990

PEDANG NAGA PASA


Pedang Naga Pasa ciptaan Ki Ranu (WD Mochtar} direbut Kebo Abang (Advent Bangun). Ki Ranu terbunuh dalam perebutan itu. Anak Ki Ranu, Jaka Mandala (EK Soemadinata), hanya menjumpai ayahnya yang sudah jadi mayat. Untung arwahnya masih memberi petunjuk ke arah mana untuk mencari sang pembunuh: matahari terbenam. Maka mengembaralah Jaka. Di satu desa ia melihat pengobrak-abrikan. Jaka turun tangan. Ternyata pengobrak-abrik itu anak buah Kebo Abang, yang berniat menggulingkan Ratu Majapahit. Kebo Abang marah anak buahnya kalah. Dengan cara licik mereka berhasil menangkap Jaka yang entah bagaimana hilang kesaktiannya. Ia bisa lepas dari siksaan dan mulai menjalankan balas dendam dibantu Wulan (Anneke Putri), anak lurah desa yang mencintainya. Tentu saja Jaka akhirnya menang. Pokoknya, perkelahian menguasai lebih dari 60 persen masa tayang. Dan film ini bermaksud pamer segala macam keajaiban tenaga dalam lewat berbagai trick bagaikan sinar-sinar laser dalam film Star Wars, termasuk perkelahian di angkasa karena para jagoannya bisa terbang.
 P.T. RAPI FILM

E.K. SOEMADINATA
ANNEKE PUTRI
W.D. MOCHTAR
ADVENT BANGUN
PITRAJAYA BURNAMA
AFRIZAL ANODA
ROY RAYMOND
YONGKY DP
DEVI SABAH
BARON HERMANTO
ALBA FUAD

AJIAN PAMUNGKAS / 1990

AJIAN PAMUNGKAS


Ketika hendak menurunkan ilmu pada muridnya, Bayu (Benny G. Rahardja), Ki Ageng (Pitrajaya Burnama) kaget karena buku aji Kamasutranya lenyap. la lalu mengeluarkan lembaran lontar dari bambu. la sengaja memisahkan Kamasutra jadi dua agar tak jatuh ke tangan golongan hitam. Yang tersimpan adalah halaman genap, sedang halaman ganjil yang dicuri orang. Bayu lalu pergi mencari yang hilang itu. Mula-mula ia harus berhadapan dengan gerombolan yang mengganggu sebuah kampung. Lalu gerombolan lain lagi. Baru kemudian ia jumpa Laksmi (Ayu Lestari) yang memiliki bagian Kamasutra lain dan mencari pemuda yang bisa menandingi nafsunya. Laksmi bisa dikalahkan Bayu.
 P.T. VIRGO PUTRA FILM

KIKI FATMALA
BENNY G. RAHARDJA
AYU LESTARI
RR DIAN SITORESMI
GITTY SRINITA
PITRAJAYA BURNAMA
KIES SLAMET
KIKI AMELIA
HERU SUTANTO
WENDA WIJAYA

Rabu, 02 Maret 2011

SUAMI, ISTRI DAN KEKASIH / 1994

SUAMI, ISTRI DAN KEKASIH


SLAMET RIYADI sakit, dan penyutradaraan diteruskan  Achiel Nasrun.

Gara-gara rapat penting di perusahaannya, Andrean (Ryan Hidayat) tak jadi liburan bersama istri (Inneke Koesherawati) dan anaknya (Niken). Gara-gara itu pula ia jadi terlibat cinta kilat dengan Alexandra (Ayu Azhari), yang penelitiannya mengenai mainan tradisional hendak dikembangkan oleh perusahaan tempat Andrean bekerja. Andrean sadar akan permainannya dan sekuat tenaga menghentikan hubungan itu, tapi Alexandra sungguh-sungguh ingin memiliki. Maka ilmu hitam yang dipunyainya dipakai untuk mengganggu Andrean lewat mimpi-mimpinya, hingga Andrean jadi belajar "mistik" juga lewat buku-buku. Puncaknya, gangguan dilakukan terhadap istri dan anak Andrean juga. Dan Andrean sendiri ingin dibunuh. Cuma kali ini tak pakai ilmu hitam, tapi pakai pisau. Dan Andrean berhasil, dibantu oleh istrinya yang kebetulan datang.


P.T. VIRGO PUTRA FILM

RYAN HIDAYAT
AYU AZHARI
PIET PAGAU
SUSI ADELLA
LINGGA TENGGARA
LINDA
NIKEN