Tampilkan postingan dengan label SUSKA 1941. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SUSKA 1941. Tampilkan semua postingan

Selasa, 08 Februari 2011

SUSKA 1941

SUSKA


Suska / Soeska / Sutan Usman Karim adalah mantan pemimpin harian PERSAMAAN di Padang. Suska (Sultan Usman Karim) mantan pemimpin redaksi harian Persamaan Padang, ikut tersedot ke studio yang dimasuki Andjar Asmara ini, setelah berpengalaman menyutradarai film Panggilan Darah 1941, produksi Oriental Film Coy, dengan masuknya Suska, jumlah mantan wartawan ada 3 orang.

Sejak 1941 orang film sudah melepaskan tangan untuk meraih penonton kelas atas. Mereka foklus saja pada kelas bawah. jelas sudah tangan mereka tidak mampu untuk meraih itu, tingkat mutu juga dan wawasan tentang kesenian semua orang film jauh dari memadai untuk digantui harapan yang terlalu tinggi dan bertubi-tubi. 

Baru sejak 2 tahun ini, orang film berusaha merubah cara berfikir dan pendekatan mereka, tetapi penonton kalangan atas tidak sabar menunggu. Soeska selalu membidik penonton kelas bawah, ia juga menulis skenario Poetri Rimba (Jungle Romanve) untuk disutradarai Inoe Perbatasari, tetapi juga memfilmkan cerita dari Khazanah Stamboel, Ratna Moetoe Manikam. Ia dengan sadar menjauhi apa yang dituntut oleh kalangan terpelajar dan pergerakan. Poetri Rimba adalah kisah tentang masyarakat primitif di sebuah pulau antah berantah yang berisi aksi, sensasi serta lagu merdu dan romance yang tidak beda dengan kebanyakan film buatan Tan Tjoei Hock untuk penonton paling bawah. Sementara itu Ratna Moetoe Manikam yang disutradarai Soeska ceritanya berdasarkan Jula-Juli Bintang Tiga. Penulis A. Th,Manusama menyebut cerita tersebut sebagai jenis cerita Stamboel.

Ketika jaman Modern Soeska kembali kepada cerita kuno? Soeska beralasan karena meskipun zaman beredar dan kehidupan manusia bertukar, tapi ada satu kebutuhan yang tidak berubah, yakini Romantik! Sebagai bukti dari pendapatnya itu, ia menunjuk suksesnya pemutaran film buatan Hollywood, the Thief of Bagdad, cerita 1001 malam, lengkap dengan jin-nya, dipasaran saat itu. Maka ia mengatakan kenapa Indonesia orang tidak menampilkan kembali cerita-cerita kuno dengan cara modern? Alasannya adalah bahwa penonton kelas bawah masih merindukan tontonan dengan menguyah bahan impian yang gemerlap dan keindahan itu. Yang pasti dengan cara ini orang film terhindar dari kerewelan penonton kalangan atas yang telah menjauhi film Indonesia dan semakin tidak sudi menontonnya.
 
RATNA MOETOE MANIKAM 1941 SUSKA
Director
PANGGILAN DARAH 1941 SUSKA
Director

RATNA MOETOE MANIKAM / 1941

RATNA MOETOE MANIKAM
DJOEIA DJOELI BINTANG TIGA


Film ini dibuat saat New JIF lagi besar-besarnya. Peralatan kamera bertambah, lab juga, hingga ke set dekor di dalam ruangan yang dilakukan dengan lampu. Sehingga bisa melakukan 4 produksi sekaligus dalam waktu yang bersamaan. pembuatan film ini tidak rampung karena Jepang masuk, dan atas permintaan Jepang film ini diselesaikan oleh Tan tjoei Hock. Ceritanya berasal dari Jula-Juli Bintang Tiga, penulisnya A. Th.Manusama dengan jenis cerita Stamboel. Saat peredarannya judulnya di ganti menjadi Djoela-djoeli Bintang Tiga. Karena saat Jepang masuk, sejarh film terhenti pada awal 1942. Saat Jepang film hanya sebuat sementara saja sifatnya. Lalu setelah Jepang kembali jalan lagi. seolah-olah 1942-1950 itu tidak berarti.

Kesuma dan Kumala Juwita. Mereka ini penghuni di balik awan. Ratna dan Kumala berselisih karena sama-sama menginginkan pria sama, Sultan Darsyah Alam (Astaman). Kumala nekat melamar Darsyah, tapi ditolak. Karena dendam, Kumala memerintahkan jin dan peri untuk memusnahkan kerajaan Darsyah. Maksud ini didengar Laila dan disampaikan pada Ratna, lalu dilaporkan pada Bathara Guru. Jawabannya: itu cobaan bagi Darsyah yang telah digariskan bakal berjodoh dengan Ratna. Sultan memiliki cincin wasiat yang namanya juga Ratna Mutu Manikam. Bila cincin itu lepas dari jarinya, maka bakal terjadi bencana atas kerajaan. Bencana yang ditimbulkan Kumala, bisa diselesaikan Ratna dengan bantuan Laila.

Kenapa jaman Modren Soeska kembali ke cerita kuno? Meskipun jaman bertukan dan beredar, masyarakat berubah tapi ada satu kehidupan yang tidak berubah yakni romantik. Seperti suksesnya Hollywood dengan film The Thief of Bagdad. Kenapa di Indonesia orang tidak menampilkan cerita kuno dengan cara modren? Saat itu lagi rame-ramenya pembuatan film dengan cerita 1001 malam dan sejenisnya.

NEW JAVA INDUSTRIAL FILM

RATNA ASMARA
ASTAMAN
ALI YUGO
INOE PERBATASARI
LOUISE GUNTER
AISAH
LOEDI




PANGGILAN DARAH / 1941

PANGGILAN DARAH


Film Panggilan Darah mendapat sambutan yang baik dari penonton, bahkan produser mendapat masukan tambah dari iklan terselubung pabrik rokok Nitisemito (Kudus), pabrik batik pe Tan Jauw Lin (Pekalongan) dan dari 2 majalah. Nama Soeska segera terkenal sebagai sutradara, Nama pemain utama wanita Dahlia, yang memulai karirnya di panggung, mendadak populer lewat debutnya pada film yang pertunjukan perdanannya di Bioskop Orion Batavia 30 juni 1941, padahal saat itu penonton kalangan menengah ke atas sudah tidak tertarik lagi menonton film buatan dalam negeri. Tempat duduk belakang pasti kosong kalau ada film Indonesia. Sebaliknya di kalangan penonton bawah, film Panggilan Darah ini menjadi pembicaraan. Dahli menjadi terkenal dan Soerip sangat disukai penonton, yang dianggap mainnya wajar tidak dibuat-buat. adegan yang dikenang banyak orang adalah adegan ketika Dahlia dan Soerip meninggalkan desanya dengan membonceng gerobak. Keduannya naik di belakang sambil menjuntaikan kaki, terasa bebas dan wajar. Nyanyian Soerip di Pabrik sementara bekerja mengasyikan dan mengharukan. Ditambah sambutan oleh nyanyian S,Poniman sambil mengiringi dengan petikan gitar. TEtapi adegan ini di protes oleh penonton kelas atas, mereka secara sinis mempertanyakan apa benar mandor-mandor di pabrik Nitisemito selalu membawa gitar kalau ke pabrik?

Dua anak yatim piatu (Dahlia dan Soerip) tidak betah hanya menerima pemberian orang saja. Mereka ingin hidup dari keringat sendiri. Maka berangkatlah mereka ke kota. Di kota mereka hidup sengsara, terlunta-lunta. Akhirnya mereka mendapat pekerjaan sebagai pembantu di rumah H. Ishak. Tetapi, isteri Haji Ishak (Wolb Sutinah) congkak dan kejam. Kedua anak yatim itu sangat menderita karena harus kerja berat, dinista, dicaci maki, bahkan dipukul. Sementara itu, nyonya haji juga sekarang jadi sering ribut dengan mantunya karena sang mantu ini sering mengganggu kedua anak yatim tersebut, terutama Dahlia yang cantik.

Akhirnya, kedua anakyatim kabur dari rumah H. Ishak. Kemudian barulah datang orang yang membawa potret kedua anak itu kepada H. Ishak sambil menerangkan bahwa mereka sebenarnya adalah masih kemenakan H. Ishak sendiri, yakni anak perempuan dari H. Ishak yang dulu lari dengan seorang pemuda. H. Ishak sangat sedih, tambahan pula isterinya terus juga mencari-cari pertengkaran saja. Maka ia jatuh sakit. Ia suruh mencari kedua anak yatim kemenakannya tersebut. Dahlia dan Soerip sudah pergi ke Kota Kudus untuk menemui kenalan mereka, seorang mandor (penyanyi S. Poniman) di pabrik rokok kretek Nitisemito. Melalui iHan yang dipasang oleh H. Ishak, orang akhirnya bisa menemukan kedua anak yatim itu. Kebetulan waktu itu Dahlia sedang sakit. Kedua gadis yatim ini selanjutnya dipelihara oleh H. Ishak. Dan kemudian Dahlia dikawinkan pula dengan Surakhma. Sesudah hidup Dahlia senang, maka ia bercita-cita ingin. mendirikan rumah yatim piatu. Istri Ishak yang telah insaf mendukung dan membagikan hatranya.
 ORIENTAL FILM COY

DHALIA
SOERIP
WOLLY SUTINAH
MOCHTAR WIDJAJA