Tampilkan postingan dengan label TANTRA SURJADI 1972-1995. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TANTRA SURJADI 1972-1995. Tampilkan semua postingan

Jumat, 03 Juli 2020

CEMENG 2005



Kisah tragis tentang sebuah rombongan kesenian rakyat bernama Cemeng dan tentang primadonanya. Kisah berawal dari mulai surutnya primadona Nurbandiah (Ratna Riantiarno), saat mulai tersaingi oleh primadona baru Nurkatonah (Nur Anani), anaknya sendiri. Di awal kisah, banyak kilasan masa jaya mereka. Nurkatonah jadi rebutan pengibing, hingga Bodong (O'han Adiputra), jagoan setempat yang sangat mencintainya sempat kalap. Sementara diam-diam Sukra (Didi Petet), pimpinan rombongan dan suami Nurbandiah, setelah pimpinan dan suami lama primadona itu, Nur Kelana (Sardono W. Kusumo) meninggal, menaruh hati pada Nurkatonah. Kisah tiga tokoh itu diceritakan silih berganti. Semua mengalami nasib tragis seperti juga rombongan Cemeng itu sendiri. Nurbandiah mengusir Nurkatonah ketika memergoki Sukra berusaha menggauli Nurkatonah. Nurkatonah pergi ke Jakarta dan bekerja di salon Amaliah (Rita Matu Mona), kawannya. Nurbandiah membuka rahasia hubungan Nurkatonah dan Sukra, sambil diperlihatkan perjinahan Sukra-Nurbandiah di masa lalu. Sukra menggerung, hilang ingatan dan mati tenggelam di sungai. Bodong menyusul Nurkatonah ke Jakarta dan mengajak pulang dan kawin.

Nasib malang menimpanya. Iksan (Edi Sutarto), anak buah Bodong, yang selalu iri padanya dan pernah mengawini janda Bodong, menjebak Bodong, hingga ditembak mati polisi. Nurkatonah pulang dan menjumpai ibunya sudah dalam keadaan sekarat, miskin, alat keseniannya sudah terjual habis, dan tak sempat mengatakan rahasia anaknya yang dipendamnya. Nurkatonah dan Badri (Alex Komang), satu-satunya anggota rombongan yang tinggal, mengamen dan akhirnya tersungkur-sungkur di tempat pembuangan sampah bak orang tak waras.
DEWAN FILM NATIONAL

ALEX KOMANG
NUR ANANI
RATNA RIANTIARNO
DIDI PETET
SARDONO W. KUSUMO
SAWITRI
O'HAN ADIPUTRA
SARI MADJID
RITA MATU MONA
ALEX FATAHILLAH
EDI SUTARTO
INDRA SURADI


Norbertus Riantiarno (lahir di Cirebon, Jawa Barat, 6 Juni 1949; umur 66 tahun), atau biasa dipanggil Nano, adalah seorang aktor,penulis, sutradara, wartawan dan tokoh teater Indonesia, pendiri Teater Koma (1977). Dia adalah suami dari aktris Ratna Riantiarno.

Nano telah berteater sejak 1965, di kota kelahirannya, Cirebon. Setamatnya dari SMA pada 1967, ia melanjutkan kuliah di Akademi Teater Nasional Indonesia, ATNI, Jakarta, kemudian pada 1971 masuk ke Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara di Jakarta. Ia bergabung dengan Teguh Karya, salah seorang dramawan terkemuka Indonesia dan ikut mendirikan Teater populer pada 1968. Pada 1 Maret 1977 ia mendirikan Teater Koma, salah satu kelompok teater yang paling produktif di Indonesia saat ini. Hingga 2006, kelompok ini telah menggelar sekitar 111 produksi panggung dan televisi.

Film layar lebar perdana karyanya, CEMENG 2005 (The Last Primadona), 1995, diproduksi oleh Dewan Film Nasional Indonesia.

Nano sendiri menulis sebagian besar karya panggungnya, antara lain:

Nano banyak menulis skenario film dan televisi. Karya skenarionya, ''Jakarta Jakarta'', meraih Piala Citra pada Festival Film Indonesia di Ujung Pandang, 1978. Karya sinetronnya,''Karina'' meraih Piala Vidia pada Festival Film Indonesia di Jakarta, 1987.

Menulis novel ''Cermin Merah'', ''Cermin Bening'' dan ''Cermin Cinta'', diterbitkan oleh Grasindo, 2004, 2005 dan 2006. ''Ranjang Bayi'' dan 18 Fiksi, kumpulan cerita pendek, diterbitkan Kompas, 2005. Roman ''Primadona'', diterbitkan Gramedia 2006.

Nano ikut mendirikan majalah Zaman, 1979, dan bekerja sebagai redaktur (1979-1985). Ia ikut pula mendirikan majalah Matra, 1986, dan bekerja sebagai Pemimpin Redaksi. [2]Pada tahun 2001, pensiun sebagai wartawan. Kini berkiprah hanya sebagai seniman dan pekerja teater, serta pengajar di program pasca-sarjana pada Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) di Surakarta.

Pada tahun 1975, ia berkeliling Indonesia mengamati teater rakyat dan kesenian tradisi. Juga berkeliling Jepang atas undangan Japan Foundation pada 1987 dan 1997. Pada1978, Nano mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, AS, selama 6 bulan. Pada 1987 ia diundang sebagai peserta pada International Word Festival, 1987 di Autralia National University, Canberra, Australia. Pada tahun berikutnya ia diundang ke New Order Seminar, 1988, di tempat yang sama di Australia. Dan pada tahun 1996, menjadi partisipan aktif pada Session 340, Salzburg Seminar di Austria.

Membacakan makalah Teater Modern Indonesia di Universitas Cornell, Ithaca, AS, 1990. Berbicara mengenai Teater Modern Indonesia di kampus-kampus universitas di Sydney, Monash-Melbourne, Adelaide, dan Perth, 1992. Pernah pula mengunjungi negara-negara Skandinavia, Inggris, Prancis, Belanda, Italia, Afrika Utara, Turki, Yunani, Spanyol, Jerman dan Tiongkok, 1986-1999.

Pernah menjabat sebagai Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta (1985-1990). [3] Anggota Komite Artistik Seni Pentas untuk Kias (Kesenian Indonesia di Amerika Serikat), 1991-1992. Dan anggota Board of Artistic Art Summit Indonesia, 2004. Juga konseptor dari Jakarta Performing Art Market/Pastojak (Pasar Tontonan Jakarta I), 1997, yang diselenggarakan selama satu bulan penuh di Pusat Kesenian Jakarta, Taman Ismail Marzuki.

Menulis dan menyutradarai 4 pentas multi media kolosal, yaitu: ''Rama-Shinta'' 1994, ''Opera Mahabharata'' 1996, ''Opera Anoman'' 1998 dan ''Bende Ancol'' 1999.

Nano pernah menghadapi interogasi, pencekalan dan pelarangan, kecurigaan serta ancaman bom, ketika ia akan mementaskan pertunjukannya, tapi semua itu dihadapi sebagai sebuah dinamika perjalanan hidup. Beberapa karyanya bersama Teater Koma, batal pentas karena masalah perizinan dengan pihak yang berwajib. Antara lain: Maaf.Maaf.Maaf. (1978), Sampek Engtay (1989) di Medan, Sumatera Utara, Suksesi, dan Opera Kecoa (1990), keduanya di Jakarta.

Akibat pelarangan itu, rencana pementasan Opera Kecoa di empat kota di Jepang (Tokyo, Osaka, Fukuoka, Hiroshima), 1991, urung digelar pula karena alasan yang serupa. Tapi Opera Kecoa, pada Juli-Agustus 1992, dipanggungkan oleh Belvoir Theatre, salah satu grup teater garda depan di Sydney, Australia.

Minggu, 19 Juni 2011

TANTRA SURJADI 1972-1995


1988
Pemenang di Festival Film Indonesia, Indonesia
Kategori: Fotografi
Penghargaan: Piala Citra
Pada film: Terang Bulan di Tengah Hari
1985
Unggulan di Festival Film Indonesia, Indonesia
Kategori: Tata Kamera Terbaik
Penghargaan: Piala Citra
Pada film: Kembang Kertas
Unggulan di Festival Film Indonesia, Indonesia
Kategori: Fotografi Terbaik
Penghargaan: Piala Citra
Pada film: Secangkir Kopi Pahit
1984
Unggulan di Festival Film Indonesia, Indonesia
Kategori: Tata Kamera Terbaik
Penghargaan: Piala Citra
Pada film: Ponirah Terpidana
1981
Pemenang di Festival Film Indonesia, Indonesia
Kategori: Tata Kamera Terbaik
Penghargaan: Piala Citra
Pada film: Perempuan dalam Pasungan
1980
Pemenang di Festival Film Indonesia, Indonesia
Kategori: Tata Kamera Terbaik Ke-II
Penghargaan: Piala Akademi Sinematografi
Pada film: Rembulan dan Matahari
Unggulan di Festival Film Indonesia, Indonesia
Kategori: Tata Kamera Terbaik
Penghargaan: Piala Citra
Pada film: Rembulan dan Matahari
1979
Pemenang di Festival Film Indonesia, Indonesia
Kategori: Tata Kamera Terbaik
Penghargaan: Piala Citra
Pada film: November 1828
Pemenang di Festival Film Indonesia, Indonesia
Kategori: Penyuntingan Terbaik Ke-II
Penghargaan: Piala Akademi Sinematografi
Pada film: November 1828
Unggulan di Festival Film Indonesia, Indonesia
Kategori: Penyuntingan Terbaik
Penghargaan: Piala Citra
Pada film: November 1828
1978
Pemenang di Festival Film Indonesia, Indonesia
Kategori: Penyuntingan Terbaik
Penghargaan: Piala Citra
Pada film: Badai Pasti Berlalu
1975
Pemenang di Festival Film Indonesia, Indonesia
Kategori: Penyuntingan Terbaik
Penghargaan: Piala Citra
Pada film: Ranjang Pengantin
1974
Pemenang di Festival Film Indonesia, Indonesia
Kategori: Penyuntingan Terbaik Ke-II
Penghargaan: Piala Panitia Penyelenggara FFI 1974
Pad

Lahir di Jatibarang. Pendikan SMA. Keterlibatannya di dunia film bermula ketika ia pertama kalinya mendapat kepercayaan menjalani tugas editor dalam Si Dudung (1952) produksi Anom Picture. Setelah beberapa kali menunjukkan kemampuannya sebagai editor di beberapa film, ia sempat merangkap tugas sebagai asisten juru kamera dalam Kartika Ayu (1963) produksi Sarinande Film. Setelah itu, tantra pun mencoba profesi sebagai juru kamera dalam Insan Kesepian. Kemudian ia lebih sering berpartisipasi sebagai juru kamera ketimbang editor. Bahkan, sejak tahun 1978 sampai 1994 Tantra hanya sebagai juru kamera. Dalam tugas-tugas yang diembannya, Tantra selalu mengutamakan keseriusan bekerja. Tak heran kalau ia sempat beberapa kali memperoleh Piala Citra.

GOYANG SAMPAL TUA1978RATNO TIMOER Director Of Photography
MANUSIA TERAKHIR1973SISWORO GAUTAMA Director Of Photography
SEPASANG MATA MAUT1989TORRO MARGENS Director Of Photography
SORGA DUNIA DI PINTU NEKA1983HENKY SOLAIMAN Director Of Photography
INSAN KESEPIAN1986BAMBANG IRAWAN Director Of Photography
NOPEMBER 18281978TEGUH KARYA Director Of Photography
SI MANIS JEMBATAN ANCOL1973TURINO DJUNAIDY Director Of Photography
JANGAN MENANGIS MAMA1977SOFIA WD Director Of Photography
TIRAI PERKAWINAN1987ABDI WIYONO Director Of Photography
PERNIKAHAN BERDARAH1987TORRO MARGENS Director Of Photography
BINTANG KEJORA1986CHAERUL UMAM Director Of Photography
PERKAWINAN DALAM SEMUSIM1976TEGUH KARYA Director Of Photography
SORGA YANG HILANG1977PITRAJAYA BURNAMA Director Of Photography
RAJA PUNGLI1977PITRAJAYA BURNAMA Director Of Photography
SI KABAYAN SABA METROPOLITAN1992MAMAN FIRMANSJAH Director Of Photography
KABUT BULAN MADU1972TURINO DJUNAIDY Director Of Photography
KEMBANG KERTAS1984SLAMET RAHARDJO Director Of Photography
SI BUTA DARI GUA HANTU1977PITRAJAYA BURNAMA Director Of Photography
API CEMBURU1989IKSAN LAHARDI Director Of Photography
KIDUNG CINTA1985MATNOOR TINDAON Director Of Photography
CATATAN HARIAN TANTE SONYA1994ABRAR SIREGAR Director Of Photography
AKHIR SEBUAH IMPIAN1973TURINO DJUNAIDY Director Of Photography
INEM NYONYA BESAR1977MOCHTAR SOEMODIMEDJO Director Of Photography
GERBANG KEADILAN1989DARTO JONED Director Of Photography
TERAN BULAN DI TENGAH HARI1988CHAERUL UMAM Director Of Photography
DIBALIK PINTU DOSA1970M. SHARIEFFUDIN A Director Of Photography
DI BALIK KELAMBU1983TEGUH KARYA Director Of Photography
HANYA SATU JALAN1972BAMBANG IRAWAN Director Of Photography
BABAD TANAH LELUHUR II1991DENNY HW Director Of Photography
SATU MALAM DUA CINTA1978USMAN EFFENDY Director Of Photography
SEBATANG KARA1973INDRA WIJAYA Director Of Photography
RAHASIA BURONAN1983WAHAB ABDI Director Of Photography
PERJALANAN CINTA1980MATNOOR TINDAON Director Of Photography
PERCERAIAN1985HASMANAN Director Of Photography
LIMA JAHANAM1972SISWORO GAUTAMA Director Of Photography
BERCINTA DALAM BADAI1984TORRO MARGENS Director Of Photography
OOM PASIKOM1990CHAERUL UMAM Director Of Photography
BINALNYA ANAK MUDA1978ISMAIL SOEBARDJO Director Of Photography
MENCARI CINTA1979BOBBY SANDY Director Of Photography
KELUARGA MARKUM1986CHAERUL UMAM Director Of Photography
SUAMI, ISTRI DAN KEKASIH1994SLAMET RIYADI Director Of Photography
BERCANDA DALAM DUKA1981ISMAIL SOEBARDJO Director Of Photography
KARENA LIRIKAN1980RATNO TIMOER Director Of Photography
REMBULAN DAN MATAHARI1979SLAMET RAHARDJO Director Of Photography
BUNGA ROOS1975FRED YOUNG Director Of Photography
SAUR SEPUH V1992TORRO MARGENS Director Of Photography
PONIRAH TERPIDANA1983SLAMET RAHARDJO Director Of Photography
YANG KEMBALI BERSEMI1980SUKARNO M. NOOR Director Of Photography
CINTA BERDARAH1989TORRO MARGENS Director Of Photography
SI KABAYAN DAN ANAK JIN1991HENKY SOLAIMAN Director Of Photography
BALAS DENDAM1975BOBBY SANDY Director Of Photography
CIUMAN BERACUN1976RATNO TIMOER Director Of Photography
JODOH BOLEH DIATUR1988AMI PRIJONO Director Of Photography
HIDUP, TJINTA DAN AIR MATA1970M. SHARIEFFUDIN A Director Of Photography
GADIS DI ATAS RODA1984B.Z. KADARYONO Director Of Photography
PEREMPUAN HISTRIS1976RATNO TIMOER Director Of Photography
PACAR PERTAMA1986SAM SARUMPAET Director Of Photography
SUSANA1974B.Z. KADARYONO Director Of Photography
CEMENG 20051995N. RIANTIARNO Director Of Photography
GADIS MALAM1993ACKYL ANWARI Director Of Photography
REO MANUSIA SRIGALA1977RATNO TIMOER Director Of Photography
SEJAK CINTA DICIPTAKAN1990ADISOERYA ABDY Director Of Photography
HATI SELEMBUT SALJU1981ISHAQ ISKANDAR Director Of Photography
DUA KEKASIH1990AGUS ELLYAS Director Of Photography
SUMPAH KERAMAT1988ISMAIL SOEBARDJO Director Of Photography
SURGAKU NERAKAKU1994TORRO MARGENS Director Of Photography
SURAT UNDANGAN1975ISHAQ ISKANDAR Director Of Photography
WADJAH SEORANG LAKILAKI1971TEGUH KARYA Director Of Photography
KUTUKAN IBU1973TURINO DJUNAIDY Director Of Photography
MADU DAN RACUN1985ABDI WIYONO Director Of Photography.

Kamis, 09 Juni 2011

PACAR PERTAMA / 1986

Sutradara: SAM SARUMPAET




Martono (Ikang Fawzi) mencari kakaknya ke Jakarta, tak ketemu, karena sang kakak itu telah pergi dari tempat kerjanya, menyusul sebuah kecelakaan. Ia kemudian mencari teman sekampungnya yang jadi pengamen di kawasan Blok M, yaitu Gendon (Rudy Suherman), yang tengah sakit-sakitan. Ia juga bertemu dengan pacar pertamanya, Yati (Dewi Yull), adik Gendon yang pagi hari kerja jadi tukang jahit dan malam hari ikut juga ngamen. Martono diajak tinggal di rumah Gendon. Tetapi karena ajakan mesum istri Gendon yang bekerja sebagai gadis bilyar, Martono pergi dari rumah itu, berusaha kerja apa saja, termasuk jadi kuli, dan mengamen juga.
Muncul seorang yang tertarik pada bakatnya dan bersedia mensponsorinya dengan peralatan musik dan rencana pertunjukan. Hal ini membuat Martono dekat dengan putri pengusaha rekaman tadi, Ira (Sabrina Ayunani), putri manja yang awalnya membuat banyak masalah tapi lalu tampak senang dengan Martono. Yati terabaikan.

Yang pantas dicatat dari karya pertama Sam Sarumpaet ini, mungkin gaya bertutur yang ingin agak lain. Permasalahan Martono-Yati, sejak awal diungkap menjadi semacam narasi yang berulang kali muncul di tengah-tengah jalannya kisah, hingga di puncaknya, saat pertunjukan berlangsung Martono dan Ira yang sukses di panggung, sementara Yati termangu di luar gedung.


P.T. CAMILA INTERNUSA
P.T. KHARISMA JABAR FILM