Tampilkan postingan dengan label USMAN EFFENDY 1975-1991. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label USMAN EFFENDY 1975-1991. Tampilkan semua postingan

Kamis, 10 Februari 2011

USMAN EFFENDY 1975-1991

USMAN EFFENDY


USMAN EFFENDY
Lahir Senin, 22 Januari 1940 di Ujung Pandang. Pendidikan : Tamat SMA kuliah di PTP (Perguruan Tinggi Publisistik) sampai tingkat I, kemudian kursus wartawan. Sebelum ke film Usman bekerja sebagai wartawan SK. "Harian Indonesia". Terjun ke film sejak tahun 1971 sebagai pemain pembantu dalam film "Ibuku Kekasihku". Selepas itu Usman muncul sebagai pemain pembantu dengan peranan kecil dalam berbagai film. Selain itu ia juga dikenal sebagai penulis cerita/ skenario serta penterjemah teks film yang berbahasa Mandarin. Tahun 1977 menjadi sutradara dalam film "Santara Menumpas Perdagangan Sex", kemudian "Satu Malam Dua Cinta" (78).

22 Mei 1976
Film Balas Dendam Kerja sama Indonesia - Hongkong. Nama-nama karyawan Indonesia praktis hanya nama. Cerita diterjemahkan dari buatan orang Hongkong. Bahkan bentuk akhir skenario pun datang dari Hongkong, hingga waktu shooting di Bali sempat terhambat. Peran pemain Indonesia banyak berubah, karena harus disesuaikan dengan gambar yang sudah diambil terlebih dulu di Hongkong. Film ini disutradarai Chang Hwa dari Hong Kong & Bobby Sandy dari Indonesia.

Ketika film Balas Dendam sedang dikerjakan di Bali bulan Oktober tahun silam, sejumlah wartawan Jakarta diundang untuk ikut menyaksikannya. Berikut ini adalah laporannya: MELAKUKAN kerja sama dengan pihak asing dalam pembuatan film, memang tidak mudah. Kata Direktur Pembinaan Film H. Djohardin:"Untuk sebuah joint production diperlukan tenggang rasa dari kedua belah pihak. Karena cara kerja yang berbeda dari dua bangsa". Dan ucapan Djohardin memang tidak meleset, terbukti dari pengalaman pahit pembuatan Adventure in Bali maupun Virgin in Bali yang mengalami banyak kericuhan. Kedua film itu terkatung-katung. Nasib Adventure in Bali sampai sekarang tidak terdengar lagi, sedangkan Virgin in Bali baru beberapa minggu yang lalu beredar di Indonesia. Balas Dendam juga tidak luput dari persoalan itu. Cerita diambil dari karya Usman Efendi yang berjudul "Pengkhianat". Setelah ditimbang-timbang oleh para produser, judul itu diganti menjadi "Balas Dendam". Lokasi cerita aslinya mesti di tanah Toraja. Pihak Hongkong setuju, pihak Indonesia keberatan. "Daerah itu belum ada aliran listrik dan pengangkutan sulit", kata Yusnandar salah seorang produser. Persoalan ini cepat bisa diatasi. Kedua belah pihak sepakat untuk bekerja ke Bali. "Bali cukup komersiil", kata salah seorang produser dari Elang Perkasa Film. Rachmat Hidayat, Rahayu Efendi, Tuti Kirana, Soekarno M. Noer dan semua orang Indonesia yang mendukung film Balas Dendam merasa kebingungan ketika sampai di Bali. "Sampai sekarang saya belum tahu peran yang bagaimana yang akan saya pegang", kata Rachmat dan Rahayu Efendi waktu itu. Rupanya skenario yang digarap oleh Narto Erawan masih harus dikirim ke Hongkong lebih dahulu. Dan kembalinya mengalami banyak perubahan, sehingga setelah 4 hari berada di Bali para bintang masih juga nganggur dalam ketakpastian.

Sementara di Sanur Hotel, produser pelaksananya siang malam sibuk menterjemahkan skenario dari Bahasa Mandarin ke Indonesia. "Wah saya jadi kerja lembur'' kata Yunandar. Kalau pihak produser masih kalang kabut menterjemah sembari mengurusi peralatan yang didatangkan dari Hongkong, bintang film Indonesia mengeluh karea mengalami banyak perubahan peran. "Kalau begini peran saya tidak ada artinya dong", kata Rachmat yang akhirnya mundur teratur. Ketika Herman Masduki seorang pendatang baru dalam Kawin lari hadir di Bali dan dikira akan diikut-sertakan mendukung Balas Dendam, keadaan makin tegang. "Wah, wah, bisa peran kita tambah kecil lagi", kata Malino Jmaidi. Tapi sementara itu aktor-aktor Hongkong kelihatan tenang-tenang saja. Mereka dengan rajin berlatih Kung Fu. Atau kalau tidak latihan, mereka bercanda atau jalan-jalan melihat keindahan Bali. "Kalau tidak ada perobahan skenario saya kira tidak terjadi kelambatan yang begini", kata Usman Efendi. Dan Usman, yang juga Sekjen Parfi itu, mendapal kabar pasti bahwa perubahan skenario itu dilakukan karena shooting di Hongkong sudah selesai. "Untuk melanjutkan shooting di Bali harus disesuaikan dengan yang di Hongkong" kata Usman. Masih banyak lagi hal-hal yang mestinya menimbulkan kericuhan. Tapi pihak Elang Perkasa memilih sikap mengalah, dan pembuatan film Balas Dendam tidak banyak mengalami hambatan. "Daripada rugi banyak lebih baik mengalah saja", kata mereka. Walhasil biaya yang 100 juta tidak tambah lagi. Tapi hasilnya tidak lebih sebuah film Hongkong.

TAKKAN LARI JODOH DIKEJAR 1990 FRANK RORIMPANDEY
Actor
SANTARA MENUMPAS PERDAGANGAN SEX 1977 USMAN EFFENDY
Director
DARI PINTU KE PINTU 1991 B.Z. KADARYONO
Actor
NAGA MERAH 1976 FRITZ G. SCHADT
Actor
MALAM PENGANTIN 1975 LUKMAN HAKIM NAIN
Actor
ANTARA SURGA DAN NERAKA 1976 RATNO TIMOER
Actor
KABUT PERKAWINAN 1984 WIM UMBOH
Actor
DAMAI KAMI SEPANJANG HARI 1985 SOPHAN SOPHIAAN
Actor
SEJOLI CINTA BINTANG REMAJA 1980 DASRI YACOB
Actor
LETNAN HARAHAP 1977 SOPHAN SOPHIAAN
Actor
SATU MALAM DUA CINTA 1978 USMAN EFFENDY
Director
GUDANG UANG 1978 SYAMSUL FUAD
Actor
IMPIAN PERAWAN 1976 CHRIS PATTIKAWA
Actor
GADIS PANGGILAN 1976 RATNO TIMOER
Actor
CINTA ANNISA 1983 USMAN EFFENDY
Director
SOERABAIA 45 1990 IMAM TANTOWI
Actor
CIUMAN BERACUN 1976 RATNO TIMOER
Actor
FILM DAN PERISTIWA 1985 USMAN EFFENDY
Actor Director
LEBAK MEMBARA 1982 IMAM TANTOWI
Actor
KAMP TAWANAN WANITA 1983 JOPI BURNAMA
Actor

SATU MALAM DUA CINTA / 1978

SATU MALAM DUA CINTA


Ibu guru SD (Widyawati) yang berasal dari keluarga yang berada harus berhadapan dengan murid yang bandelnya Yosi ( Santi Sardi). Agaknya hal ini hanya jadi perantara untuk kemudian terlihat perkenalan dan persoalan ayah Yosi, Ir Johny ( Fadly) duda karena di tinggal lari istrinya, Silvy (Yattie Octavia) Sita berhasil menaklukan kebandelan Yosi dan sekaligus Johny, Lalu ia sendiri jadi ragu ketika tahu bahwa Sylvy adalah ibu kandung Yosi, sementara Johny masih mencintai Sylvy. Untung diawal film sudah diperkenalkan pemuda lain, Bobby (August Melaz) hingga film berakhir ceria.

P.T. BHASKARA INDAH CINE FILM

FADLY
WIDYAWATI
YATIE OCTAVIA
AUGUST MELASZ
SANTI SARDI

01 Juli 1978 Satu cinta dua sutradara
KEKISRUHAN FFI Ujung Pandang belum lagi terselesaikan. Dan heboh baru melanda perfilman Indonesia pekan silam. Persatuan Karyawan Film dan Televisi (KFT) dalam rapatnya Sabtu siang pekan silam menjatuhkan hukuman skorsing terhadap 5 anggotanya yang dinilai telah menodai nama organisasi. 
 
"Mereka dianggap bersalah telah melakukan kerja sama dengan tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia tanpa izin resmi dari Pemerintah maupun rekomendasi KFT," kata sebuah sumber di kantor persatuan karyawan Film ini pekan silam. Sebelum para pimpinan KFT bersepakat menjatuhkan hukuman, kalangan artis sudah lebih dahulu tegang. Tanggal 21 Juni yang lalu Soekarno M. Noor, Ketua Persatuan Artis Film (Parfi) telah menandatangani sepucuk surat peringatan keras kepada sejumlah artis film (drg. Fadly, Panji Anom, Widyawaty, Agus Melaz, Yatty Octavia) yang ikut bermain dalam film Satu Malam Dua Cinta (SMDC). Film yang diproduksi PT Bhaskara ini ternyata telah mempekerjakan seorang sutradara Hongkong, Paul Chang Chung, tanpa izin dan rekomendasi yang berwajib -- dan para artis itu "lalai dalam melaporkan kejadian tersebut kepada Parfi." Dirahasiakan Kisah tentang tenaga asing yang dipekerjakan PT Bhaskara ini sebenarnya sudah menarik perhatian kalangan KFT bulan April yang silam, ketika pembuatan film SMDC itu baru dimulai. Ketika itu kabarnya terjadi sedikit keributan antara Yudi Astono, pemilik PT Baskara, dengan sutradara Sugiman Djajaprawira. Yang terakhir ini tidak bersedia bekerja sama dengan Paul Chang Chung yang khusus didatangkan Yudi dari Hongkong untuk produksi itu. Sugiman berkeras. Yudi juga bertahan -- dan pergantian sutradara pun tak bisa dihindari. Kini muncul Usman Efendi, sutradara baru yang sehari-harinya rcporter surat kabar berbahasa Cina, Harian Indonesia. Pembuatan Film berjalan lancar. Tapi soal lain timbul, dan KFT turun tangan. Tanggal 20 April, Yudi Astono berjanji akan mengembalikan Paul ke Hongkong. Tapi laporan para artis pendukung film itu menunjukkan bahwa Paul masih saja mendampingi Usman dalam tiap opname. Karena itu tanggal 24 April, KFT mengeluarkan lagi peringatan keras kepada Yudi Astono. Semua peringatan itu ternyata tidak digubris. "Malahan tempat shootingnya dirahasiakan, hingga pengurus KFT tidak bisa melakukan pencekan langsung pada saat opname," kata Bustal Nawawi, Sekjen KFT. Dalam urusan merahasiakan tempat pengambilan itu, pihak KFT tidak cuma menyalahkan Yudi Astono. 
 
Tapi juga karyawan film lainnya: Usman Efendi, sutradarai T. Surydi, juru kamera Nazar Ali, penata artistik A.D. Hidayat, unit manajer -- yang dianggap telah bersekongkol denan produser, Yudi Astono. Karena itulah para karyawan tersebut mendapat hukuman skorsing, yang berarti tidak boleh bekerja sebelum keputusan dicabut. "Ini untuk memberi pelajaran kepada mereka agar tidak seenaknya melanggar disiplin organisasi," kata Haji Misbach Yusa Biran Ketua KFT. Yudi Astono sendiri punya komentar lain mengenai kasus Paul Chang Chung itu. "Lho, dia itu tamu pribadi saya," katanya. Tapi mengapa tamu dengan visa turis kok ikut campur langsung dalam pembuatan film? "Sebagai teman, saya kira tidak ada salahnya kalau saya meminta nasehat Paul dalam urusan pembuatan film saya. Dia itu orang pintar." Konon hal itu ia lakukan lantaran didesak keinginan untuk makin meningkatkan mutu film Indonesia. "Film kita begitu-begitu saja mutunya, ini harus segera diatasi," katanya. Niat Yudi ternyata dilakanakan lewat cara yang tidak berkenan di hati para karyawan film di sini. "Kalau dengan gampang produser film itu mendatangkan sutradara Hongkong atau Taiwan, bisa terjungkir periuk nasi kita di Indonesia ini," kata seorang sutradara muda pekan silam. Dari berbagai sumber TEMPO mendapat keterangan bahwa kasus karyawan film asing -- umumnya Hongkong dan Taiwan -- yang bekerja secara gelap di Indonesia sebenarnya bukan berita baru. Konon kasus seperti itu banyak kali didiamkan oleh organisasi perfilman, karena sang produser yang mendatangkan tenaga asing itu bisa menghindari kehebohan macam yang terjadi dengan kasus Sugiman versus Yudi Astono itu.

FILM DAN PERISTIWA / 1985

FILM DAN PERISTIWA


Proklamasi 17 Agustus 1945 tidak sempat direkam oleh karyawan Berita Film Indonesia (BFI), pimpinan RM Soetarto (Didit), karena studio Nippon Eiga Sha ditinggalkan para petugasnya yang berkebangsaan Jepang. Maka Soetarto bersama rekan-rekannya bertekad meneruskan langkah perjuangan lewat profesinya sebagai juru kamera film berita. Banyak peristiwa yang berhasil direkam, antara lain peristiwa 10 November 1945 di Surabaya, Aksi Militer Belanda I dan lain-lain. BFI menerima warisan dari Nippon Eiga Sha tanggal 6 Oktober 1945. BFI merupakan cikal bakal PPFN. Waktu diputar di TVRI, judulnya berganti menjadi "Detik-detik Proklamasi".

P.P.F.N.

DIDIT
USMAN EFFENDY
BENNY CHANDRA
ANTON INDRACAYA
HARDO SUKOYO
CHRISTI MAHARSA

CINTA ANNISA / 1983

CINTA ANNISA


Semula berjudul "Mengapa Harus Jumpa" (PT. Insantra) yang diilhami dari sebuah lagu pop band D'Lloyd. Rencana produksi tahun 1975 itu gagal, dan baru terlaksana tahun 1983 dengan ganti judul dan ganti produser.

Ratih (Tamara Annya) ditinggal mati kedua orang tuanya sejak kecil. Dia berkewajiban membesarkan adiknya, Ratna (Misye Arsita) dan Ratno (Benny Reynalfi). Ratih terjerumus menjadi pelacur. Dan ia punya langganan tetap, Gunawan (Yan Bastian), yang ditolongnya hingga penyakit impotennya bisa sembuh. Gunawan ini pula tempatnya minta pertolongan bila membutuhkan uang banyak. Dengan cara itu ia membiayai adiknya.

Suatu kali ia ditolong penjual sate, Idrus (Tri Warsono) dari gangguan anak berandal. Idrus dan Ratih lalu akrab dan saling cinta. Semua berantakan saat Ratna hamil oleh pacarnya, dan Ratih diketahui pacar Ratna maupun Idrus sebagai pelacur. Gunawan lagi-lagi menyelamatkan Ratih, karena pacar Ratna adalah keponakannya. Ratih lalu pulang kampung. Idrus menyusul. Nama Ratih di desa kembali ke aslinya: Annisa.

Sutradara sangat bernafsu dakwah dalam film ini, hingga ayat-ayat Quran sering muncul di layar berikut terjemahannya.

P.T. DWI TUNGGAL PERKASA FILM

TAMARA ANNYA
TRI WARSONO
MISYE ARSITA
YAN BASTIAN
MANDRA
ZAINAL ABIDIN
HENGKY NERO
BENNY REYNALFI
DASRI YACOB
FAKHRI AMRULLAH
CHAIDAR DJAFAR
WISJNU MOURADHY

SANTARA MENUMPAS PERDAGANGAN SEX / 1977


 
Seorang gadis meninggal. Sebuah anting-anting tersisa di salah satu telinganya. Maka penyelidikan di mulai sampai ke sebuah perusahaan importir yang mempunyai perkumpulan bela diri. Seorang polwan diselundupkan ke sana. Ternyata perusahaan ini memperdagangkan wanita ke luar negeri. Maka penggrebekan dilakukan oleh Santara (Gatot Soenjoto), detektif jagoan polisi.